Cerita Ngentot Dewasa – Cerita Panas ini Ini adalah kisah dewasa lain yang terjadi antara aku dengan Oom Win (pamanku yang berusia 10 tahun lebih tua dariku dan masih menumpang di rumahku), ketika aku masih berumur 17 tahun. Ketika itu rumah memang sedang sepi, hanya Oom Win dan aku saja yang ada di rumah. Kedua orang tuaku sedang berlibur ke Bali dan kakak-kakakku yang sudah berkeluarga sudah pindah ke lain kota. Pembantu-Pembantu pun tidak ada karena memang saat itu hari lebaran. Sambil malas-malasan, aku menonton televisi sendirian karena Oom Win juga belum pulang malam itu, jadi sekalian saja menunggu Oom Win (yang katanya akan membawa temannya malam itu). Sebetulnya aku agak kesal dengan berita itu karena aku berharap Oom Win dapat melakukan kegiatan “rutin” kami yang biasa kami lakukan sejak aku berumur 16 tahun. Bunyi bel di pintu memecah konsentrasiku pada acara televisi, dan aku pun sudah menebak bahwa itu pasti Oom Win beserta temannya yang ada di luar pintu. “Malam, Oom” “Malam Meli, ini kenalkan teman Oom Adeel” Teman Oom Win ternyata adalah seorang keturunan Pakistan-Cina dengan tampang yang notabene diatas rata-rata. Tubuhnya tegap, dadanya bidang dan perawakannya yang lumayan tinggi telah mendapatkan simpatiku. “Meli, Adeel ini jago pijat lho” “Meli kagak capek kok Oom, jadi kagak usah dipijat” sahutku sambil memasang tampang kesal di depan kedua orang itu. “Meli, kamu jangan gitu dong sama teman Oom. Dia sengaja Oom undang malam ini untuk memijatmu karena Adeel bukan pemijat biasa, dia ahli kecantikan” Setelah mendengar kata-kata kecantikan yang ternyata cukup ampuh untuk mengubah pikiranku, aku pun setuju untuk dipijat oleh Adeel.
“Adeel, kamu mandi dulu deh setelah itu giliranku” Dan selama Adeel mandi, Oom Win menerangkan kepadaku bahwa Adeel adalah seorang pemijat professional yang dapat mempercantik pasien-pasien nya, dan kepiawaiannya telah banyak terbukti. “Ok deh, Oom. Meli mau dipijat oleh Adeel dengan syarat nanti malam Oom mau melakukan kegiatan “rutin” kita” “Iya, Meli, Oom janji” Setelah selesai mandi, Adeel hanya mengenakan celana training sambil bertelanjang dada. “Adeel, kamu mulai saja pijatnya. Aku mandi dulu,” kata Oom Win. Dengan tampang masih kesal aku pun menuju ke kamar Oom win yang ternyata telah secara diam-diam dipersiapkan untuk pijat malam ini. Kamar itu telah dilengkapi dengan lilin-lilin yang ditata rapi berjajar diseluruh dinding ruangan; tidak lupa juga minyak tradisional untuk keperluan pijat. Lumayan juga selera Oom Win, begitu pikirku. Kami pun masuk dan membiarkan pintu sedikit terbuka karena memang tidak ada orang lain lagi di rumah itu yang akan menganggu kegiatan kami. Adeel merengkuh pinggangku sambil menuntunku ke tempat tidur Oom Win yang cukup lebar. “Meli, saya hanyalah seorang pemijat, dan kalau kamu tidak keberatan, saya akan pijat kamu dalam keadaan bugil” Adeel pun meninggalkan aku memberi aku waktu untuk bersiap-bersiap sementara dia menunggu di luar kamar Oom Win. Dengan perasaan heran tapi demi memenuhi janji Oom Win dan membayangkan bahwa aku akan mendapat kepuasan dari Oom Win malam ini, aku pun cuek saja dan langsung melepaskan semua pakaianku dan mengambil handuk untuk menutupi bagian pinggulku ketika berbaring tengkurap. Karena menunggu Adeel terlalu lama, aku pun tertidur (karena suasana ruangan yang gelap temaram itu juga mendukung kantukku). Setelah Adeel memijatku beberapa lama, tenyata tanpa kusadari Oom win yang setelah selesai mandi hanya mengenakan kimono saja, duduk di kursi sambil melihat Adeel yang sedang memijatku. Ketika aku terbangun, kurasakan lembutnya tangan Adeel memijat-memijat kepalaku dan memang kuakui pijatannya professional sekali. Minyak yang digunakannya juga terasa segar di tubuh dan berbau enak. Adeel mengatur posisi tubuhku yang tengkurap sehingga kedua tanganku direntangkan ke arah samping.
Setelah memijat kepalaku, Adeel pun memijat leherku dan beranjak ke tanganku yang dimulai dari ujung-ujung jari. Kemudian tak beberapa lama, konsentrasinya beralih ke bagian samping tubuhku yang memang menantang karena tanganku terentang ke samping. Pertama-Pertama dituangkan nya minyak ke bagian samping bahuku sehingga cairan yang dingin menuruni susuku menuju kea rah putingnya memang membuatku tersentak. Karena licinnya minyak itu, kadang-kadang tangannya mengena pentilku, dan itu membuatku semakin terangsang. Setelah selesai dengan pungguku, Adeel pun beralih ke ujung-ujung jari kakiku, dan pelan-pelan naik ke pahaku. Ketika disingkapkannya handuk yang menutupi bagian pinggulku, aku pun mengalami rangsangan yang terasa sangat erotis, mungkin karena dengan begitu aku bisa memamerkan memekku ke orang yang baru kukenal. Pijitannya di pahaku dilakukannya tanpa menyentuh memekku yang sudah mulai basah itu, dan itu membuatku sedikit kecewa. Tetapi hal yang tak kusangka-kusangka terjadi ketika dia mulai sedikit demi sedikit menuangkan minyak ke belahan pantatku, otomatis aku menggelinjang dan meregangkan selangkanganku. Sebelum aku sempat untuk berpikir lebih jauh, Kedua tangannya yang bertumpuk satu sama lain telah mencakup semua memekku dan memijat-memijat nya. Kedua tangannya masuk lebih dalam untuk memijat perutku sehingga otomatis pergelangan tangannya yang memang penuh minyak itu mengurut-mengurut memekku dan kelentitku. Perasaan yang kurasakan luar biasa karena gerakan itu sekaligus membuat pusarku geli dan memekku seperti diusap-diusap. Pelan namun pasti, Adeel membalikkan badanku, dan langsung saja tangannya menuju ke payudaraku dengan pentil-pentil nya yang sudah mencuat tanda aku memang sudah terangsang hebat. Gerakan tangannya yang berputar-berputar itu ternyata tidak menyentuh pentilku sama sekali, dan itu membuatku semakin memajukan dadaku ke arahnya berharap agar Adeel segera menyentil puncaknya yang sudah tidak dapat menunggu lebih lama lagi untuk disentuh.
Adeel pun tersenyum karena aku yakin bahwa dia pun tahu kalau aku ingin pentilku disentuhnya. Tak lama kemudian, harapanku menjadi kenyataan, tetapi bukan dengan jari-jari nya, Adeel meletakkan telapak tangannya yang sudah licin itu tepat diatas kedua pentilku. Dengan gerakan memutar-memutar, Adeel “memijit” pentilku, semakin lama gerakannya semakin cepat dan semakin menekan susuku. Dengan berakhirnya gerakan itu pula aku melepaskan eranganku yang pertama tanda aku mencapai orgasmku yang pertama. Bukannya menghentikannya, Adeel malahan menyentil-menyentil pentilku dengan ujung-ujung jarinya, dan setelah pentilku menjadi keras kembali, Adeel memasang alat perangsang berbentuk lingkaran di kedua pentilku. Ternyata alat itu dapat membuatku terangsang terus-menerus terlebih ketika aku bergerak-bergerak, terasa alat yang seperti cincin itu memberikan kegelian yang sangat di ujung pentilku sehingga kedua puncak itu tetap mencuat keras. Pelan namun pasti, pijatannya beralih kea rah perutku dan Adeel mulai menjilat-menjilat pusarku yang ternyata amat merangsang birahiku. Kembali kurasakan cairan hangat mengalir melalui memekku yang pasti telah berkilat-berkilat karena banyaknya lendir yang keluar. Lama kelamaan, pijatannya turun ke bagian dibawah pusar dengan gerakan memutar, dan gerakan itu menambah banyaknya cairan yang keluar sampai akhirnya aku mencapai orgasme yang kedua. Betapa hebatnya pijatan-pijatan Adeel ini yang ternyata tanpa disetubuhi pun aku bisa mendapatkan orgasme sampe dua kali. Ketika aku belum reda dengan orgasmeku yang kedua kalinya, Adeel membuka selangkanganku lebar-lebar dan merekahkan kedua bibir memekku dengan tangan kirinya. Kemudian dengan telapak tangan kanannya (ke empat jari-jarinya), dia mulai menepuk-menepuk pussyku yang terpampang lebar di depannya. Gerakan-Gerakan itu bermula dengan pelan, dan setiap kali “tamparan” nya mengenai bibirku yang sudah basah itu, aku tersentak-tersentak antara rasa kaget dan erotis. Akhirnya, pukulan-pukulan kecil itu bertambah keras dan cepat seiring dengan aku mendapatkan sensasi yang luar biasa di rondeku yang ketiga.
Aku orgasme hebat diselingi erangan-erangan ketika tamparannya mengenai memekku dengan cairan kentalnya yang mengalir deras sampai ke bongkahan pantatku. Kemudian Adeel memasangkan suatu alat yang aneh sekali di pinggangku, berupa sabuk dengan penis buatan yang berukuran sedang dengan permukaannya yang dipenuhi tonjolan-tonjolan yang tidak sama besarnya maupun tingginya. Keseluruhan alat itu berbentuk seperti ikat pinggang dengan celana dalam yang dilengkapi dengan penis mencuat kea rah dalam. Setelah agak reda, Adeel memberiku segelas air putih sambil menunggu sampai aku agak tenang kembali, dan pelan-pelan memasukkan penis itu ke dalam lubang memekku dan memasangkan strap-strapnya ke pinggangku. Adeel juga mengganjal pinggangku dengan tumpukan bantal sehingga penis itu yang telah dilumuri lubricant, dapat dengan mudah masuk ke lubang memekku. Alat yang aneh itu ternyata memiliki remote control yang tidak terhubung dengan kabel sehingga tidak merepotkan pemakainya. Setelah dirasanya cukup siap, Adeel melebarkan kakiku dengan memekku yang telah tertancap penis palsu itu. Kemudian, dia menekan tombol di remote control yang ternyata menyebabkan alat itu bergerak memutar pelan-pelan seakan-seakan menggaruk rahimku. Dan oleh gerakan itu, maka seluruh dinding rahimku kegelian. “Argh, argh, hmph hmph..” “Enak kan, Meli?” “Oh, alat biadab, oh, oh, oh” Di tengah-tengah permainan itu, Adeel menambah getaran-getaran kecil di alat itu sehingga aku merasa melambung dibuatnya. Alat itu ternyata dapat pula mengeluarkan cairan dari bagian ujungnya, sehingga rahimku terasa disemprot-disemprot oleh cairan yang seolah-seolah terasa seperti cairan air mani. “Oh, oh, Adeel, Meli sudah mau keluar” Dan seketika itu Adeel menghentikan alat itu, dan tampak sekali di wajahku rasa kecewa yang amat sangat. “Please Adeel, Meli mau, Meli nggak tahan Adeel, gerak-gerak in lagi Adeel” Bukannya menurutiku, Adeel hanya senyum-senyum sendiri melihatku, dan aku pun tidak tahan akhirnya hanya memegang-memegang kelentitku saja. Tiba-Tiba Adeel mengulurkan tangannya, dan mengajakku untuk berdiri. “Aku akan turuti permintaanmu jika kamu mau melakukan syaratnya”
Baca Juga Cerita Sex Dewasa : KENIKMATAN DI MALAM JUMAT DENGAN TIARA
“Please, Adeel apa aja akan aku lakuin” “Kamu harus berjalan-berjalan di luar kamar ini dengan alat itu” “Siapa takut, tapi please Adeel, sudah tanggung tadi” Karena cincin yang masih terpasang di pentil-pentil ku bergoyang-bergoyang setiap kali aku bergerak, maka aku pun mulai terangsang lagi. Kemudian aku pun melangkah keluar kamar dan mulai berjalan-berjalan. Tiba-Tiba kurasakan alat itu kembali beroperasi mengorek-mengorek isi rahimku, kakiku pun menjadi lemas karena sensasi yang kurasakan lebih hebat dengan posisi tubuhku yang berubah-berubah dan kedua kaki ku yang tetap kupaksakan melangkah menambah rangsangan di kelentitku dan memekku. “Adeel, Meli tidak kuat berjalan lagi, oh please” sambil berjalan terseok-terseok aku pun merintih-merintih. “Ayo kamu teruskan atau alat itu kuhentikan” Akhirnya aku hanya dapat menuruti kemauan Adeel untuk terus berjalan-berjalan dengan alat yang semakin dasyat mengorek-mengorek rahimku dengan tonjolan-tonjolan nya itu. Ketika aku mencapai orgasmeku, Aku pun terjatuh lemas di sofa. Kemudian, Adeel menghentikan alat itu tepat ketika aku mencapai orgasmeku dan dengan hati-hati dia membereskan alat itu melepaskan nya dari pinggangku. Aku pun terkulai lemah untuk beberapa saat sebelum Adeel akhirnya membopongku ke dalam kamar Oom Win dan merentangkan kedua pahaku untuk siap dimainkan oleh penis asli milik Oom Win yang sudah berdiri tegak mencuat itu. “Thank you banget, Adeel, aku sangat menikmati permainan ini. Sekarang kamu boleh pulang,” kata Oom Win sambil memberi Adeel sejumlah uang. “Oom, Meli sudah nggak kuat lagi Oom,” dengan tampangku yang sudah pasrah demi melihat kemaluan Oom Win yang sudah berdiri. “Oom hanya memenuhi janji Oom, Meli” Malam itu, akhirnya aku tertidur kecapaian setelah mendapatkan empat kali orgasme lagi dengan Oom Win dari berbagai posisi. Keesokan harinya, aku terbangun dengan posisiku yang mengangkang lebar menantang.
KEGELISAHAN NAFSU SEORANG ISTRI
Sesudah demikian lama aku tekuni hidup dengan dua orang suami disisiku dan juga telah banyak kesenangan duniawi yang aku dapatkan, pada pada akhirnya ada pula rasa gelisahku. Perasaan gelisahku muncul lebih-lebih andaikan Duta datang berasal dari Jakarta tengah aku tidak dapat melayaninya di ranjang karna kodratku menjadi wanita yang harus terima tamu”jepang”, aku jadi bersalah sekali. Sedang Mas Pujo karna setiap hari tersedia disisiku aku tidak terasa demikianlah terbebani dengan perasaan bersalah. Sebetulnya dua-duanya lumayan sabar serta tahu kondisiku, apalagi terhitung Mas Pujo dengan suka-rela mengalah untuk memberikan kesempatan terhadap Duta memuaskan dirinya”menyetubuhi” diriku jikalau Duta bakal pergi agak lama, demikianlah sebaliknya demikianlah pula jikalau Mas Pujo bakal dinas luar. Ada hasratku untuk mencarikan pengganti peranku menjadi isteri membuat mereka berdua saat-saat tamu”jepang” itu datang. Hasrat itu demikianlah besarnya menekan jiwaku karna didorong rasa sayangku terhadap keduanya. Sesudah menimbang baik-buruk serta untung rugi, jalur untuk wujudkan hasratku itu terhadap selanjutnya tersedia pula. Dengan kebetulan aku sedang ikuti arisan ibu-ibu yang tertata dijalankan tiap-tiap bln. di kantor suamiku. Biasanya menjadi isteri bos aku agak melindungi jarak dengan ibu-ibu yang beda, tapi tak tahu sesudah kehadiran Duta aku menjadi lebih PD serta dekat serupa mereka. Salah satu ibu yang ikut arisan tertata itu adalah isteri seseorang manajer menengah, kami memamggilnya Bu Jhoni (nama samaran suami).
Wanita keturunan Manado dengan Madura kulitnya tidaklah terlalu putih layaknya wanita Manado kebanyakan tapi jadi mendekati mulato tapi nampak bersih serta kemel, tingginya tidak cukup lebih 165 cm, serta bodynya lumayan ramping biarpun telah punyai anak 2 orang. Yang istimewa sesungguhnya bentuk perutnya yang rata khususnya sisi bawah pusar tidak layaknya wanita yang telah punyai anak saja serta umurnya baru 35 tahunan. Dia terhitung terhitung tidak cantik tapi ayu dadanya lumayan besar jikalau dipandang berasal dari luar apalagi terhitung makin besar berasal dari ukuran saya. “Mbak Rien saat ini lebih seger lho.? ” bisiknya satu saat ditengah acara arisan yang riuh oleh nada ibu-ibu. “Ah jeng Meta (samaran) ini dapat saja, Mbak berasal dari dahulu kan begini-begini saja to. ” jawabku biarpun tersedia rasa GR terhitung di dalam hati. “Benar lho Mbak, Mas Jhony saja kerapkali komentar jikalau dikantor ini Mbak terhitung terhitung orang yang masih selamanya semlohai (semok molek aduhai) biarpun telah berumur” terusnya. “Itukan bisa-bisanya Dik Jhony” jawabku sekenanya. “Tapi benar lho Mbak, apa sich resepnya? Mbok aku diberi tahu jamunya” bisiknya memohon. “Aa.. H jeng Meta ada-ada saja, kelak jikalau Mbak kasih tahu terhitung percuma wong tidak dapat disebarkan” jawabku sembari tertawa. “Yang benar Mbak..? Apa sich Mbak aku kok penasaran” ubernya. “Benar pengin tahu..? ” “Ya.! ” “Minum Air liur burung” bisikku sembari mendekat ke telinganya. “Burung apa Mbak” kejarnya penasaran. “Burung.. Burungnya Mas Pujo” bisikku kubuat serius. “AH! Mbak guyon! ” “Betul jeng, ini benar lho jeng” jawabku. “Itukan umum Mbak” “Biasa bagaimana, jikalau sekedar ML selamanya usai ya umum jeng tapi tersedia caranya” jelasku. “Jeng Meta ML dengan Dik Jhony berapakah kali satu minggu? ” lanjutku.
Baca Juga Cerita Bokep Seks : KAKAK BEKAS PACARKU
“Paling sekali ya sering kadang 2 x Mbak” jawabnya. “Kalau ML apa sajakah yang jeng Meta laksanakan? ” tanyaku sekali lagi. “Ya umum Mbak bercumbu selamanya gitulah..! Selalu usai ya telah demikianlah aja” jawabnya. “Lho ya telah bagaimana to jeng, mestinya kan tersedia pemanasan, permainan selamanya pendinginan serta apakah jeng Meta selamanya dapat mencapai puncak? ” “Itulah Mbak problemnya, aku kerapkali ditinggal menggantung” jawabnya sembari menerawang. “Terus” “Ya jikalau telah demikianlah paling aku yang uring-uringan serta rata-rata hanya dapat melampiaskan ke pekerjaan daerah tinggal Mbak” terusnya. “Nah berikut jeng bedanya, Mbak dengan Mas Pujo selamanya puncak apalagi terhitung beberapa kali lho” jawabku. Kulihat berwajah nampak takjub serta terlihat rasa mengidamkan taunya yang terpancar berasal dari matanya. “Jeng ML itu jikalau dijalankan dengan benar serta bahagia hati dapat membuat kami awet muda, karna kerja hormon-hormon terhadap badan kami menjadi optimal” lanjutku menerangkan bak seaorang dokter. “Oooh itu to Mbak rahasianya..! ” celetuknya. “Makanya aku katakan, biarpun Mbak kasih tahu kan jeng Meta belum terhitung pasti dapat.. Bahkan juga.. ” jelasku punya niat memancing reaksinya. “Bahkan apa Mbak.? ” Tanyanya tidak sabar. “Bahkan jikalau jeng Meta Mbak suruh belajar serupa Mas Pujo terhitung belum terhitung pasti mau” lanjutku sembari berbisik. “Ahh Mbak” jawabnya sembari mencubit lenganku. Cerita kami selesai dengan selesainya acara arisan, di awalnya pergi Meta pernah berbisik setiap saat pengin konsultasi kujawab ya setiap saat. Bahkan terhitung kubisiki kelak belajar langsung saja ama Mas Pujo.
Satu minggu lantas saat itu jam 19. 00 malam, Duta baru berkunjung berasal dari Jakarta sedang aku sekali ulang tersedia tamu jepang menjadi aku punyai maksud memberikan blowjob Duta sedang Mas Pujo masih selamanya malas-malasan didekat kami berdua, mendadak telepon berdering, karna aku serta Duta telah nyaris telanjang menjadi Mas Pujo yang mengangkat telepon. “Halo selamat malam” salam Mas Pujo, aku tidak tahu apa jawaban disamping sana, tapi, “Ya benar, pengin berkata dengan Mbak Rien..? Sebentar ya, berasal dari siapa? Meta! Oh jeng Meta, Meta Jhony? ” menanyakan Mas Pujo, mendengar itu aku bangkit, Duta terlalu terpaksa membiarkan dekapannya padaku. Sebetulnya skenario ini aku yang buat, karna aku mengidamkan Meta dapat main kerumah hingga kuminta Mas Pujo memberi tambahan tugas Jhony nampak kota untuk supervisi selama 3 hari. “Halo jeng Meta kok tumben nelpon malam-malam” sapaku terasa pembicaraan. Kami ngomong panjang lebar hingga terhadap selanjutnya menyinggung penuturan kami di arisan dahulu. Kuulangi tawaranku untuk belajar pemanasan dengan Mas Pujo, atau melihat saja kami yang mempraktekkannya berdua. Meta penasaran era aku serta Mas Pujo pengin bercinta dipandang orang yang lain, kujawab kalau aku hanya dapat jikalau orangnya itu Meta, beda tidak lagian hanya hanya lebih dari satu cara pemanasan. Meta rupanya terasa panas terhadap selanjutnya kuulangi sekali ulang tawaranku serta jawabannya. “Iya Mbak BT nih anak-anak telah terhadap tidur, Mas Jhony dinas luar” jawabnya. “Ya telah to main saja ke daerah tinggal, kami sepenuhnya sedang tidak tersedia kesibukan kok lagian masih selamanya sore” jawabku. “Tapi Mbak, ” “Apa? ” “Aku malu serupa Mas Pujo, .. ” jawabnya. “Nggak pa-pa kami hanya berdua kok, janganlah cemas kelak pulangnya kami antar” jawabku. “Baiklah Mbak tapi janji lho.. tidak usah dipraktekin serupa saya.. ” pintanya akhiri perbincangan.
Kemudian kami tutup perbincangan, daerah tinggal Meta tidak cukup lebih 15 menit dengan naik kendaraan. Kuminta Duta bersabar serta sembunyi di kamar sesaat aku serta Mas Pujo yang terhitung bakal menerima Meta. Gagasan ini sempat kuutarakan khususnya pernah serupa suami-suamiku. Kurang lebih 25 menit kami tunggu tersedia orang memencet bel pintu pagar, Mas Pujo yang saat itu hanya manfaatkan piyama tanpa tersedia dalaman yang membukakan pintu. “Malam Mbak, ” sapa Meta demikianlah masuk pintu daerah tinggal dibarengi Mas Pujo. Meta manfaatkan pakaian agak ketat hingga dadanya yang membusung terlihat samar tapi aku meyakini Laki-laki manapun terhitung bakal penasaran mengidamkan tahu berisi, khususnya dengan kancing depan serta belahan dada yang agak kebawah sedang bawahan ia manfaatkan celana jean nampak seksi sekali bokongnya. “Malam, wah.. Jeng Meta tidak nyagka lho jikalau dapat main kerumah tidak kesasarkan? ” tanyaku. Sesudah menyilahkan Meta duduk kami bercakap ngalor-ngidul hingga terhitung terhadap selanjutnya menyinggung gangguan ranjang, Mas Pujo dapat melihat air muka Meta yang jengah tahu jikalau ia terhitung terasa terpancing birahinya. Karna omongan kami yang merangsang saraf telinga Meta serta kami tetaplah tidak menyebutkannya dengan vulgar, tanpa tersedia terasa jam menyatakan angka 9 malam, Meta gelisah. “Mbak telah malam nih Meta pengin mohon pamit” pintanya tapi matanya nampak sayu. “Jangan dahulu tuturnya pengen belajar rahasianya Mbak” jawabku sembari melihat Mas Pujo penuh makna. “Ah Mbak.. Malu ah serupa Mas Pujo” Saya mendekati Mas Pujo serta kucium dia dibibirnya denga mesra serta lembut.
“Nggak pa-pa kan Mas? ” pintaku Mas pujo menganggangguk sembari memelukku, kami berciuman, serta sama-sama raba dimuka Meta, sesaat Meta kulihat merah padam mukanya melihat adegan kami, meski begitu aku mengerjakannya dengan halus serta hati-hati sekali. “Beginilah kami mengerjakannya jeng, ” kataku menerangkan layaknya dosen saja. “Ah.. Mbak, Meta menjadi bingung nih.., Meta pulang saja ya Mbak” pintanya tapi tidak beranjak. “Ayolah.. tidak pa-pa” kami berpelukan mendekati Meta yang terasa layaknya cacing kepanasan. Mas Pujo tahu situasi selekasnya mendekat hingga duduk berdampingan di sofa panjang yang diduduki Meta, selamanya dipegangnya ke-2 tangan Meta, Meta menunduk malu-malu. “Mbak.. Tapi cu ma se ba.. tas cara pemanasan saja lho Mbak” pintanya sembari memandangku. “Ya, Mas hanya terhitung bakal menunjukkan cara pemanasan saja serupa jeng Meta” jawab Mas Pujo sabar. Perlahan disentuhnya dagu Meta dipandangnya matanya dalam-dalam penuh perasaan, memperoleh perlakuan cocok serupa itu berasal dari Mas Pujo Meta pejamkan mata, perlahan-lahan Mas Pujo mencium bibirnya tanpa tersedia melumatnya. Ahh! Meta mendesah, diulanginya ciuaman itu oleh Mas Pujo dengan tempelkan bibirnya agak lama, Meta terasa bereaksi dengan mengulum bibir Mas Pujo serta Mas Pujo terasa meningkatkan aksinya, tangannya beralih ke bawah ketiak Meta serta menarik tubuh Meta kepelukannya. Semuanya dijalankan di sofa ruangan tamu, sembari duduk bedempetan. Mas Pujo terasa meraba dada Meta yang membusung, serta Meta terasa mendesah-desah mereka masih selamanya berciuman sama-sama lumat serta sama-sama hisap (masalah bersilat lidah memang Mas Pujo begitu lihai). Sesudah nyaris sepuluh menit mereka sama-sama raba Mas Pujo meningkatkan aksinya berasal dari meraba sisi luar selamanya membiarkan kancing atas pakaian Meta jari-jari tangannya terasa menyisir tepi BHnya menuju ketengah. Meta melenguh layaknya sapi disembelih demikianlah tangan Mas Pujo mancapai putingnya serta menjepinya dengan dua jari.
Baca Juga Cerita Seks Indonesia : GARA GARA BAJUKU TERLALU PENDEK dan PERTUNJUKAN UNTUK KEPONAKANKU
Disamping itu mulut Mas Pujo terasa merambat ke bawah ke arah belahan dadanya yang sekal. Tanpa tersedia diakui Meta tangan kanan Mas Pujo telah menyelusup ke punggung Meta serta membiarkan kait BH Meta menjadi tampaklah buah dada Meta yang kencang serta menantang, tanpa tersedia buang kesempatan langsung Mas Pujo melumat putingnya. Meta terasa tidak dapat sesuaikan diri, dia lupa dengan janjinya sendiri, tangannya dengan cara reflek menggerayang sisi depan Mas Pujo serta terasa jalankan pijatan-pijatan halus terasa dada, pusar serta selamanya ke bawah pusar. Tanpa tersedia menampik Mas Pujo menjadi memberikan kesempatan terhadap Meta menyorongkan tubuhnya, sembari mulutnya tetaplah bergelayut di puting Meta, tapi tanggannya telah terasa menarik resleting celana jeannya. Meta tidak henti-henti mendesah, perlahan-lahan aku ke saklar lampu kukecilkan hingga situasi nampak redup serta makin lama romantis. Meta telah meluruskan kakinya di sofa sembari kepalanya bertumpu di tanganan sofa, sesaat tinggal kenakan CD warna merah, Mas Pujo belum terhitung membiarkan piayamanya dengan daerah di atas Meta tapi batangnya telah terlihat mengacung karna diurut-urut Meta. Perlahan-lahan Mas Pujo menggigit tepi CD Meta serta menariknya kebawah hingga bugil Meta masih selamanya tenang barangkali karna melihat Mas Pujo tidak membiarkan piyamanya. Mas Pujo terasa mejilati perut Meta turun ke arah pusar selamanya menciuminya serta meleletkan lidahnya kebawah mencium rambut kemaluan Meta, diperlakukan terlalu Meta meracau tidak karuan. “Aduh Mas.. Mbak Meta tidak tahan.. oh Mas Pujo” Saya memberikan kode terhadap Duta, saat itu Mas Pujo telah membenamkan mukanya di selangkangan Meta, menjilati klitoris Meta, Meta dengan daerah buka ke-2 pahanya pinggulnya terganjal pegangan kursi hingga saat ini kepalanya tersedia di bawah. Dengan daerah ini menjadi nampaklah gundukan bukit venus yang indah serta merekah merah hingga meringankan membuat penetrasi. Perlahan-lahan Mas Pujo mundur serta Duta yang telah telanjang bulat maju dengan palkon siap serbu, Meta masih selamanya terbenam di dalam kesenangan yang didapatnya nyaris satu jam dicumbu Mas Pujo, tidak berpikiran kalau tersedia pergantian daerah di bawah. Duta langsung mengenggam palkonnya serta mengarahkan ke lubang surga Meta, dengan presisi Duta menghentak serta bles..! “Ahh Mas aku tak ingin.. tidak mau” sembari meronta tapi secepat kilat aku membelai serta mengulum putingnya, sedang Duta langsung mengunci kaki Meta menjadi Meta hanya dapat mendesis serta mengidamkan berontak tapi karna serangan rasa nikmat yang mengagumkan ia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Ahh Mbak.. Mas.. Kalian curang aduhh.. Oh.. Mengapa ini ohh.. Ohh.. Mbak aku tidak tahan.. Nggak ta.. Hhaan.. ”jerit Meta sembari mengejang nafasnya memburu seluruh otot-otot tubuhya meregang berarti orgasme hingga. Duta menyeimbangi dengan kocokan-kocokan perlahan-lahan serta tertata apalagi terhitung dibiarkannya Meta nikmati orgasmenya yang pertama yang nyaris membuatnya tidak sadarkan diri. Setelah nafas Meta aga tertata perlahan-lahan Duta terasa memompa lantaran itu perlahan-lahan Meta terasa buka matanya serta.. “HAAH Mbak kok bukanlah Mas Pujo..! ” teriaknya kuatir sembari mengidamkan berontak tapi kuncian Duta serta kocokan-kocokan palkon Duta di memeknya membuat dia tidak berdaya. “Gimana Mbak? Saya tak mengidamkan Mbak, aku mengidamkan serupa Mas Pujo saja, ” teriaknya kembali. “Tenang jeng, tenang..! ” kucoba menenangkannya, sembari kukedipi Mas Pujo membuat persiapan menukar tempatku. Mas Pujo mendekat serta terasa melumat puting Meta yang samping kiri sesaat tangan kirinya meremas-remas puting yang samping kanan. Memperoleh serangan bertubi-tubi berasal dari bawah serta atas Meta menjadi naik birahi kembali.. “Ahh.. Mbak, Mas bagaimana ini kok begini to, ahh nikmat Mbak.. Meta tidak tahan Mas, mari selamanya Mas.. Yang keras.. ” ceracaunya Meta mengejang ulang menapaki orgasmenya yang ke-2. Dutapun nampak terasa berkerenyit dahinya serta makin lama keras kocokannya, berarti mengidamkan menjangkau orgasme menjadi cepat-cepat aku tarik sesaat Mas Pujo langsung menukar daerah Duta mengocok vagina Meta dengan palkonnya tanpa tersedia memberikan kesempatan terhadap Meta membuat sesuaikan nafas. Kucium serta kukulum kepala kontol Duta dimuka Meta sembari mengocok-ngocok batangnya.. Serta.. Creett.. Crett.. Cret..
Kuminum sperma Duta yang tumpah dimulutku. Meta melihat sepenuhnya sembari mendelik mencegah nikmat karna kocokan Mas Pujo. Setelah nyaris 1/2 jam mereka sama-sama genjot terhadap selanjutnya terasa tersedia tanda tanda Mas Pujo serta Meta terhitung bakal menjangkau puncaknya serta.. “Aaahh Mas aku tidak kuat.. Saya.. ” terlalu teriak Meta menapaki orgasmenya yang ke-3. Mas Pujo memberikan kesempatan membuat ambil nafas sembari sering kadang masih selamanya mengocok vagina Meta pelan-pelan. “Sini Mas.. Sini Mas.. ” pinta Meta terhadap Mas Pujo sembari tangannya menggapai-gapai. Mas Pujo akhiri kocokannya serta mencabut kontolnya serta menyorongkannya ke mulut Meta, sembari tetaplah tiduran terlentang di sofa dikulumnya kontol Mas Pujo yang telah bengkak serta berenyut-denyut. Pada akhirnya.. Crett.. Crett.. Crett Muncratlah sperma Mas Pujo di mulut Meta, Meta menelannya sembari membeliakkan mata, barangkali belum terhitung umum tapi selanjutnya dijilatinya sisa-sisa sperma diujung kontol Mas Pujo. Setelah itu mereka bertiga istirahat sesuaikan nafas, sembari nikmati sisa-sisa orgasme yang mereka alami. Meta mengerling padaku. Saat itu telah jam 11-an malam. “Mbak Rien nakall..! ” rengeknya manja, sembari memukul bahuku. “Lho kan jeng Meta sendiri yang keterusan.. ” jawabku. “Ahh Mbak ni lho, Meta menjadi malu ama Mas Pujo.. Eh.. Mas yang satu siapa Mbak? ” tanyanya sembari mengerling ke Duta. “Adiknya Mas Pujo! Duta” jawabku. “Jeng Meta mengidamkan pulang..? ” tanyaku kembali. “Ya deh Mbak, telah malam nih kelak anak-anak mencari” jawabnya.
Saya serta Duta mengantar Meta pulang sedang Mas Pujo tunggulah daerah tinggal, di jalur Meta berterimakasih serupa Duta, tuturnya baru kesempatan ini dia alami multiorgasme yang hingga kini hanya angan-angan saja. Meta apalagi terhitung berani mencium Duta di depanku saat ia turun berasal dari mobil. Setelah mengantar Meta pulang aku memperoleh ciuman istimewa berasal dari Mas Pujo serta Duta tuturnya mereka tidak sempat mengayalkan wanita beda hingga kini karna sesungguhnya hingga kini mereka telah terasa lumayan hanya pelayananku. Tapi kehadiran Meta membuat mereka lebih bahagia. Serta selama tiga hari mereka berdua selamanya dapat memuaskan Meta apalagi terhitung saat hari paling akhir Meta minta nginap di rumah serta mereka main hingga empat kali. Sebagai isteri aku tetaplah gelisah melihat keperkasaan mereka berdua, tapi kehadiran Meta dapat sedikit membuat sembuh kegelisahanku. Pembaca yang budiman hingga saat ini ini telah nyaris setahun aku Meta, Duta serta Mas Pujo tanpa tersedia Jhony jalankan ini. Meta lebih rajin memelihara dianya serta ia makin lama berbinar ia sangatlah bahagia terhadap Mas Pujo biarpun itu kami sepenuhnya bahagia. Ada pembaca yang menawarkan kepadaku membuat ML tapi minta maaf aku tidak dapat karna aku hanya dapat membuat Dutaku serta Mas Pujoku, kehadiran Meta sesungguhnya tidak mereka mengidamkan terhitung tapi karna telah terlanjur menjadi kami setuju melanjutkan tak tahu hingga kapan yang pasti kami sama-sama mengasihi. Demikianlah cerita birahi dewasa MELI TERJATUH LEMAS SETELAH ORGASME BERULANG KALI dan KEGELISAHAN NAFSU SEORANG ISTRI oleh cerita sex hot