Cerita Bokep Sex – Cerita Dewasa ini adalah cerita mesum yang berawal dari Kisah yang aku ceritakan ini adalah kisah nyata, pada awalnya aku takut menceritakannya, namun karena aku tahu, di sini aku diperbolehkan memakai nama samaran, maka akupun berani mencoba menceritakan segala pengalamanku. Aku tahu, cerita pengakuanku ini akan melibatkan banyak orang, terutama yang menjadi “korban” ku, apalagi jika mereka kebetulan ada yang membaca cerita ini.Kisah ini aku alami 5 tahun yang lalu. Saat itu aku masih seorang mahasiswa D3 di sebuah perguruan tinggi negri terkemuka di kota Bandung. Aku saat itu, kurang memiliki banyak teman wanita, karena memang aku tidak terlalu pede jika berada di dekat wanita. Teman-temanku kebanyakan laki-laki, kami selalu melakukan semua kegiatan bersama-sama. Dari belajar bersama sampai makan-makan.Lama kelamaan akupun memiliki beberapa kenalan teman wanita yang juga teman sekelasku. Diantaranya yang bernama Rinda. Rinda dan juga teman-teman wanita ku sebagian besar memakai jilbab, dan mereka rata-rata anak pengurus masjid kampus.
Awalnya, Rinda dan aku tidak terlalu dekat, biasa saja. Justru aku lebih dekat dengan teman-temannya. Hal ini dikarenakan, perawakan Rinda yang biasa-biasa saja. Karena selalu memakai baju gamis jilbab, maka bentuk tubuhnya pun tidak terlalu kelihatan. Namun semakin hari, aku semakin tahu bagaimana karakter Rinda, mulailah kita berdua menjadi akrab, namun tetap, aku tidak naksir dia.Sampai suatu hari aku main ke rumah kontrakannya, di rumah itu Rinda hanya tinggal berdua dengan kakaknya, Fifi, Teh Fifi pun memakai jilbab. Nampaknya keluarga Rinda sangat soleh sekali. Rinda, walaupun memakai jilbab dan cenderung sering berbicara mengenai agama, tidak terlalu fanatis, Ia masih suka mendengarkan musik2 pop yang lagi tren saat itu. Itulah yang membuat aku bisa merasa nyaman dekat dia, karena sebenarnya aku termasuk orang yang kurang dalam ilmu agama.Semakin hari semakin sering menghabiskan waktu berdua, anehnya yang muncul dibenakku bukanlah rasa cinta atau suka, seperti yang biasa terjadi di cerita cinta- cerita cinta pada umumnya, namun rasa ingin mencium bibirnya dan menghirup aroma pipinya yang aku lihat dari dekat, jarang sekali Ia menggunakan make-up. Kulit wajahnya tidak terlalu halus, kuning langsat dan sedikit berminyak. Namun aku sering mencium sedikit aroma keringatnya saat ia mendekatkan wajahnya atau tubuhnya atau saat melewatiku. Nampaknya Rinda tidak menyadari bahwa aku semakin memiliki motif menyentuh bagian-bagian tubuhnya yang tertutup dengan jilbabnya.Setiap habis pulang dari rumahnya, aku selalu merenung di kamar dan melamun bagaimana rasanya mencium bibirnya dan menghirup aroma kulit pipinya. Bagaimana bentuk tubuhnya; Bagaimana rambutnya jika jilbabnya dilepas. Semuanya itu menjadi angan-angan yang ujung-ujungnya membuat aku berhasrat, sampai aku melakukan onani sendiri di kamar. Kuambil minyak bayi yang ada di atas meja belajar, lalu aku membuka celanaku, duduk dikursi sambil mengocok-ngocok penisku. Perlahan sambil membayangkan Rinda ada diselangkanganku sambil mengulum penisku. Tentunya aku dibantu oleh media, yaitu vcd porno.
Terus terang, habis aku ‘keluar’ karena membayangkan Rinda, ada rasa deg-degan merasa berdosa, namun entah kenapa aku selalu terus lakukan. Aku sadar, kalo aku tidak punya foto Rinda.Demi mendapat foto Rinda, aku teringat ada foto kelas yang baru saja jadi, lalu aku sibuk mencari-cari di mana aku letakkan foto itu. Ketemu! Ada rinda disitu, lalu aku pergi ke warnet untuk men-scan foto tersebut. Setelah disimpan di disket (waktu itu belum ada Flash disk), aku pulang dan kubuka di kamar. Dengan menggunakan software Adobe Photoshop, aku rekayasa foto Rinda, yang wajahnya aku taruh di foto telanjang perempuan asia lainnya. Jadilah foto telanjang Rinda, dengan jilbab yg masih dikenakan di kepala, namun dada ke bawah telanjang.Begitu melihat hasil foto tersebut sontak aku jadi ingin onani lagi, kuambil minyak bayi-ku dan aku onani di kamar. (bahkan saat aku menulis cerita inipun, penisku mulai berdeyut tegang). Sejak saat itu, aku mulai ingin terus ketemu Rinda, dengan berbagai cara. Bahkan saat aku main lagi ke rumahnya, aku diam-diam mencuri kaosnya yg digantung di kamarnya, saat Rinda lagi cuci piring, ku sembunyikan di tas, dan kujadikan media onani di kamar kosku. Aku membayangkan meraba-raba tetek Rinda. “Akkhh.. ndaaa…” Setelah itu aku cipratkan spermaku saat klimaks onani ke kaos Rinda tersebut. Hal itu kuulangi sampai kaos Rinda menguning akibat spermaku yang mengering.Suatu hari, saat aku main ke rumah Rinda, syukurlah hujan lebat, saat itu aku pura-pura mau berteduh di rumah Rinda sampai hujan berhenti. Saat itu di rumahnya hanya kami berdua, kakanya, Teh Fifi sedang kuliah. Lalu aku pura-pura ngantuk dan ketiduran di karpet ruang tamunya. Aku lakukan ini karena aku tahu tadinya Rinda mau mandi, karena ia sudah mengalungi handuk (Rinda tetap mengenakan jilbab meskipun di rumah). Benar, Rinda yang masih mengira aku tidur, masuk ke kamar mandi. Pintu kamar mandi Rinda sebenarnya agak sulit untuk diintip, namun aku mencoba mengintip dari lubang kuncinya (tipe kuncinya masih tipe lama), aku geser besi kunci yang tergantung dari dalam dengan lidi, sedikit saja, aku lalu bisa melihat ke dalam kamar mandi. Ya Tuhan, aku liat puting susu Rinda, kulit tubuhnya lebih putih dari wajahnya, mungkin karena selalu tertutup jilbab.Aku deg-degan sekali saat mengintipnya mandi. Karena tidak tahan, aku segera pergi ke kamarnya, aku cari-cari benda yang bisa aku ‘semprotkan’ spermaku yang hendak keluar dari penisku ini. Lalu aku melihat mug/gelas milik Rinda, ku buka dalamnya ternyata teh manis yang baru saja dibuat Rinda untuk Rinda minum. Lalu aku onani dan menumpahkan spermaku ke dalam teh manis Rinda itu, entah apa pikiranku saat itu, namun aku ingin sekali Rinda menelan spermaku.
“oooh…. Ndaaa”. Setelah masuk ke gelas, aku baru sadar, warna sperma dan teh sangat berbeda, teh Rinda jadinya seperti berbusa sedikit, aku aduk-aduk saja. Lalu aku tutup lagi mug/gelas itu dengan tutup gelas. Deg-degan sekali aku jika Rinda sadar saat meminum teh manisnya.Aku dengar Rinda selesai mandi, ia ternyata sudah berpakaian di dalam kamar mandi (termasuk sudah memakai jilbabnya). “Hey, Ki, udah bangun… bentar ya” Ia menyapaku dan masuk ke kamar. Hari itu, aku pulang sehabis hujan reda. Aku deg-degan, duh bagaimana jika rinda sadar rasa teh-nya ada yg aneh. Tapi bodo amatlah.Besok-besoknya ternyata Rinda bersikap seperti biasa, nampaknya ia tidak menyadari. Apakah ia tidak meminum tehnya itu? Atau jangan2 kakanya yang minum, toh siapapun yg minum, biar kakaknya aku juga oke2 aja. Ini yg menjadi cikal bakal aku juga jadi punya niatan untuk membayangkan kakaknya menjadi salah satu dari fantasi onaniku.Sampai suatu hari aku dengar Rinda kecelakaan, Ia ditabrak motor hingga pingsan, mendengar kabar ini, aku dan Saiful (temanku juga) pergi ke rumah Rinda hari itu juga. Di rumah Rinda, Cuma ada Rina (temanku sekaligus sahabat Rinda dr kecil) yang menjaga Rinda yang terbaring pingsan di kamar. Pipinya lecet dan banyak obat mereh di tangannya. Tubuhnya lemas, dan keringatan. Melihat ini, Ya Tuhan, aku sama sekali tidak empati, justru melihat Rinda lemas dan keringatan, aku jadi ingin mencium bau keringatnya dan menjilat wajahnya dan bibirnya. Apalagi ia tetap dalam mengenakan jilbabnya. Ingin kuraba dadanya yg basah oleh keringat, ah, penisku mengeras! Tiba-tiba, cobaan dari Tuhan semakin menjadi kenyataan, Rina meminta tolong Saiful untuk pergi ke wartel untuk memberitahukan ke orang tua Rinda di Bekasi soal ini sekaligus pergi menebus resep dokter, aku pun dengan wajah munafik berpura-pura menjaga Rinda selama pergi. Tampaknya Rina dan Saiful yakin denganku, karena selama ini di mata mereka aku selalu menjadi teman yang baik, dewasa dan terpercaya.Setelah kepergian Rina dan Saiful, aku mulai mengunci pintu, dan mulai mendekati wajahku ke wajah Rinda,
Baca Juga Cerita Bokep Indonesia : PESTA BONDAGE dan MENIKMATI KEGADISAN MBAK NUR
uummmph ternyata bau keringatnya tidak begitu wangi, tapi bikin aku jadi nafsu. Aku coba panggil-panggil nama Rinda,dan menggoyang sedikit mencoba mengetes apakah Rinda benar-benar masih pingsan. Setelah aku yakin, maka ku dekati bibirku ke wajah Rinda, lalu aku cium bibirnya, aku buka sedikit bibirnya pakai jariku, untuk kumasukkan lidahku, aku jilat-jilat seluruh wajah Rinda. Termasuk lubang telinga dan hidungnya. Aku raba teteknya, ternyata tidak begitu besar, dan empuk sekali. Penisku tegang sekali, sakit sekali rasanya dan mulai berminyak. Aku deg-degan luar biasa, maka aku buka celanaku, aku ingin onani di wajah Rinda, dan ingin menumpahkan spermaku di mulut Rinda. Namun ternya jadi lebih jauh dari itu, aku menyingkap gamis Rinda yang seperti rok, membuka celananya, aku liat celana dalamnya, vaginanya berbulu lebat sekali, dan baunya,… umph… pengap sekali rasanya, namun aku tidak perduli, celana dalamnya tidak aku buka, aku hanya menyingkap celana dalam Rinda sedikit agar aku bisa melihat vaginanya yang sangat tertutup dengan bulu kemaluan. Entah apa yang merasuki ku, aku dengan deg-degan luarbiasa, memasukkan penis ke vagina Rinda, susah sekali ternyata. “Eghhh.. ayo, nda” sambil aku bergumam. Aku ingin cepat-cepat selesai, takut ketahuan Rina dan Syaiful soalnya.Akhirnya aku berhasil, kukangkangkan kaki Rinda, aku masukkan penisku, “aduh..ssh” sempit sekali yah ternyata, susah untuk di tarik ulur (keluar masukkan), walau tidak banyak bergerak, tidak sampai 30 detik spermaku langsung keluar, hangat dan banyak, aku banjiri vagina Rinda yang belum juga siuman dengan sperma hangatku.
Deg2an sekali hatiku, apalagi aku kaget ternyata, penisku berdarah, namun setelah aku cermati, darah itu mengalir dari vagina Rinda, aku langsung ambil lap basah di dapur (masih dalam keadaan tidak bercelana) dan mengelap vagina Rinda dan selangkangannya. Aku pakaikan lagi celana Rinda seperti semula. Jujur, kakiku lemas sekali, hatiku deg-degan, dan nafasku tersengal-sengal. Rasanya bercampur antara takut dan senang. Herannya, setelah aku mengeluarkan spermaku di dalam vagina Rinda, Rinda jadi tidak menarik lagi buatku. Aku jadi merasa Ia sangat tidak menarik, dan bau keringatnya yang tadi sangat merangsangku, sekarang jadi sangat tidak mengenakkan.Rina dan Saiful datang, mereka tidak curiga sama sekali. Dua bulan kejadian itu berlalu, Rinda hamil, awalnya Ia menutupi, karena aku tahu Ia bingung kenapa ia bisa hamil dan bahkan ia tidak percaya, karena ia merasa tidak pernah berhubungan seks. Apalagi ia berjilbab. Saat itupun tidak ada seorangpun yg curiga denganku, termasuk Rinda. Aku hanya tinggal memasang wajah innocent. Rina temannyalah yang akhirnya menceritakan hal tsb kepada teman-teman dekatku, semua teman-teman di kampus kaget, Rinda tidak lagi masuk kampus sejak hari itu, Ia stress. Saat ini aku tidak tahu lagi bagaimana nasib Rinda. Apakah Ia melahirkan anak yang dikandungnya itu atau tidak. Ya, anak itu, anakku. Satu sisi aku masih merasa bersalah sampai detik ini, namun disisi lain aku tidak lagi memikirkannya. Rinda, seorang muslimah berjilbab yang layak untuk digagahi.
AKU ENTOT ISTRI TETANGGAKU
Kisah ini dimulai ketika aku memutuskan untuk pindah dari rumah orang tuaku dan mengontrak sebuah rumah mungil di pinggiran Jakarta. Kulakukan itu karena aku dan istriku ingin belajar mandiri, apalagi kini sudah hadir si kecil anggota keluarga baru kami.
Ku akui, aku bukanlah suami yang baik, mengingat petualangan liarku ketika masih belum menikah. Sering aku bergonta ganti pacar yang ujung-ujungnya hanya untuk memuaskan libidoku yang cukup tinggi. Namun setelah menikah, kuredam keinginanku untuk berpetualang lagi. Di hadapan istri dan lingkunganku, aku mencoba menampilkan sebagai sosok yang baik-baik. Tidak neko-neko. Rahasia masa laluku pun aku simpan rapat-rapat.
Baca Juga Cerita Bokep Seks : FIRST TIME BONDAGE dan SIKSA MEMBAWA NIKMAT
Namun setelah satu bulan aku tinggal di lingkungan yang baru, tampaknya tabiat lamaku kumat kembali. Di sekitar rumahku, banyak ku temui wanita yang menarik perhatianku. Mulai dari ibu-ibu tetangga yang rata-rata tidak bekerja dan mahasiswi yang banyak kost di sekitar tempat tinggalku.
Satu sosok yang menarik perhatianku adalah Nanik, tetangga kontrakanku, namun tetangga-tetangga yang lain memanggilnya Mama Ryan sesuai dengan nama anaknya. Ketika pertama kali bertemu, ia terlihat berbeda dibanding ibu-ibu lain di sekitarnya. Wajahnya cukup cantik dengan Kulitnya yang kuning langsat, bodinya cukup montok namun tetap kencang walau usianya sudah di atas 37 tahun. Payudaranya pun terlihat proporsional di balik kaus yang sering dikenakannya.
Ia berasal dari Cianjur, jadi wajarlah kalo wajahnya cantik khas wanita priangan. Namun segala pesonanya itu tertutupi oleh kehidupannya yang sederhana. Suaminya hanya seorang supir pribadi yang penghasilannya terbatas, belum lagi kedua anaknya sudah beranjak remaja, yang tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar.
Hubungan istriku dengan Nanik cukup baik, sering Nanik berkunjung ke rumah dan ngobrol dengan istriku. Pada saat itu aku sering curi-curi pandang ke arahnya. Sering ia hanya mengenakan kaos longgar dan celana pendek kalau main ke rumah, sehingga belahan dada dan sebagian paha nya yang putih mulus menjadi santapanku. Dan kalo sudah begitu, batang penisku bisa mengeras diam-diam. Kapan ya aku bisa meniduri nya?
Info dari istriku pula lah akhirnya aku tahu kalo ternyata Nanik bekerja paruh waktu sebagai pembantu. Seminggu tiga kali ia bekerja membersihkan apartemen seorang ekspatriat. Apartemen ini sering kosong karena sering di tinggal pemiliknya berdinas ke luar negeri, jadi ia di percaya untuk memegang kunci apartemen itu. Namun kegiatannya itu tidak membantu banyak dalam masalah keuangan keluarga di tengah kebutuhan sehari hari yang semakin mahal, dan ini kesempatanku untuk menjadi dewa penolong baginya, walau ada udang di balik batu, ingin merasakan bagaimana rasanya jepitan vagina istri orang. hehehe
Strategi untuk mendekatinya pun mulai aku jalankan. Dia berangkat kerja selalu pagi hari. yaitu tiap hari Senin, Rabu dan Jumat pada pukul 7 pagi. Aku tahu karena dia selalu lewat depan rumahku. Dia berangkat kerja menggunakan metro Mini.
Setelah tahu jadwalnya aku pun mulai mengatur siasat agar bisa berangkat bareng dengannya. Kuatur waktu berangkat kerjaku yang biasanya jam 8 menjadi lebih pagi lagi. Kebetulan arah apartemen tempatnya bekerja searah dengan kantorku di Sudirman.
Senin pagi itu kulihat dia sudah lewat depan rumahku untuk berangkat kerja, aku pun segera bersiap siap mengeluarkan mobilku dari garasi. Istriku sempat bertanya, koq hari ini berangkat lebih pagi. Kujawab saja ada meeting mendadak.
Mobil kulajukan perlahan menuju jalan besar dan kulihat di ujung gang. Nanik sedang menunggu Metro Mini yang akan membawanya ke Kampung Melayu. Kuhampiri dia dan kubuka jendela mobil dan menyapanya.
“Berangkat kerja Mbak Nanik?”
“eh….. iya mas Ardi,” jawabnya agak kaget.
“Bareng saya aja yuk, Mbak mau ke Kampung Melayu kan?’
“Iya mas……tp gak apa apa saya naik Metro aja,” Tolaknya dengan halus.
“Gak apa apa Mbak, kita kan searah ini, lagian metro mini kalo pagi pasti penuh,” ujarku coba membujuknya.
Dia sedikit bimbang, tapi akhirnya menyetujui ajakanku.
Dibukanya pintu depan mobilku dan masuklah dia, seketika aroma parfum nya pun menyeruak ke indera penciumanku.
“Terima kasih Mas Ardi. Maaf merepotkan.”
“Merepotkan apa sih mbak, wong kita searah koq.” Ujarku sambik tertawa ringan.
Khas senin pagi, lalu lintas pagi itu sangat macet. Di dalam mobil aku
pun menghabiskan waktu dengan ngobrol ringan dengannya. Banyak hal yang kami perbincangkan, mulai dari keluarganya, anak-anaknya, suaminya, lingkungan kerjanya. Intinya aku ingin lebih mendekatkan diri padanya agar tujuanku menidurinya bisa terlaksana. Tapi aku tidak mau terburu-buru.
Akhirnya kami tiba di Apartemen tempatnya bekerja, ku turunkan ia di pinggir jalan. Aku pun kembali melajukan mobilku ke arah kantor.
***
Selama dua minggu aku intens melakukan pendekatan dengan mengajaknya berangkat bareng. Untuk menghindari gunjingan tetangga, ia hanya mau naik mobilku di ujung gang.
Baca Juga Cerita Sex Indonesia : DIPERKOSA KULI BANGUNAN
Semakin dekat hubungan kita, ia semakin berani menceritakan hal-hal pribadinya. Kami pun sering bercanda dan ia pun mulai berani mencubit lengan atau pinggangku ketika ku goda. Obroloan pun kadang-kadang kubuat menjurus ke urusan ranjang. Dan dari situ pula aku tahu kalau Nanik sudah tidak berhubungan intim dengan suaminya sejak tiga bulan lalu di karenakan suaminya sudah terlalu lalah bekerja dan sering pulang larut malam. Wah kesempatan nih, pikirku.
Pagi itu kembali kami berangkat bareng, namun kulihat dia agak murung, aku pun memberanikan diri bertanya padanya.
“Ada apa mbak Nanik, saya lihat mbak agak murung pagi ini?’
“Gak apa-apa koq mas…..biasa kali saya kayak gini”, ia berusaha menyangkalnya.
“Mbak gak usah bohong sama saya, saya tahu mbak orangnya ceria, jadi kalau murung sedikit, pasti saya tahu.”
Nanik tersenyum mendengar perkataanku.
“Enggak apa-apa mas. Ya namanya dalam hidup pasti ada aja masalahnya.”
“Kalo mbak gak keberatan, cerita aja mbak, siapa tahu saya bisa bantu”
“Gimana ya Mas….”Nanik memutus pembicaraan sepertinya ragu untuk melanjutkannya
Aku menoleh kepadanya, dan kupandangi wajahnya dalam-dalam sambil membujuknya untuk terus bercerita.
“Ini mas, si Ryan (anaknya yang bungsu) lagi butuh biaya untuk study tour ke Bandung, biayanya Rp. 500.000,- sedangkan aku sama bapaknya belum ada duit Karena sudah terpakai kakaknya untuk biaya praktikum kemarin. Sedangkan uangnya harus di kumpulkan besok. Study tour ini wajib karena sebagai syarat agar Ryan bisa lulus. Pusing saya mas.”
Aku tersenyum sambil menatap matanya.
“Ah gampang itu mbak, nanti saya bantu”
“Tuh kan saya jadi merepotkan mas Ardi.”
“ Gak apa-apa mbak, namanya kita bertetangga, kalau ada yang kesusahan, apa salahnya kita bantu.”
“Iya sih mas……ya udah, kalo mas Ardi ada, saya mau pinjam uang dulu sama mas Ardi.”
“Gampang itu mbak.”
Ketika sampai di depan apartemen tempatnya bekerja, segera kubuka dompetku dan kuambil uang 1 jt dan kuberikan padanya. Nanik kaget dengan pemberianku sebanyak itu.
“Koq banyak sekali Mas, saya kan butuh nya cuma lima ratus ribu?”
“Iya sisanya buat bekal Ryan di jalan, atau buat Mamahnya juga ga apa-apa.”
Nanik tertawa mendengar ucapanku.
“Tapi saya belum bisa mengembalikan dalam waktu dekat mas.”
“Gak di kembalikan juga gak apa-apa mbak.”
“Lho koq gak di kembalikan, saya khan pinjem mas, jadi harus kembali.”
“Ya udah gampang itu mbak, kalo ada, ya di kembalikan kalo ga ada ya di kembalikan dengan cara lain.” Ujarku mencoba memancing di air bening. Hehehe
“Lho cara lain apa sih mas, koq saya bingung jadinya.”
Aku Cuma tertawa, dan nanik semakin bingung dengan sikapku.
“Ya udah nanti mbak telat loh ke kantornya.” Ujarku sambil bercanda.
“Kantor apa sih Mas, bisa aja deh.” Nanik tertawa sambil mencubit lenganku.
“Ya udah terima kasih ya Mas atas bantuannya.”
“sama-sama Mbak”
Nanik pun turun dari mobilku dan melangkah ke dalam area apartemen itu.
***
Siang itu, tiba-tiba ada sms masuk ke ponselku, ternyata ada pesan dari Nanik. Setelah ku baca, ia menyampaikan ucapan terima kasih sekali lagi pada ku karena sudah di bantu. Akupun membalasnya untuk tidak memikirkannya lagi sekaligus menanyakan posisinya sedang berada di mana saat ini.Ternyata dia masih ada di apartemen majikannya dan sedang beristirahat karena baru saja selesai mengerjakan tugas-tugasnya.
Ku coba iseng minta ijin padanya untuk main ke apartemen tempatnya bekerja apabila majikannya sedang tidak ada di tempat. Nanik mengijinkan karena Majikannya sedang keluar negeri selama seminggu. Dia pun memberi tahu tower dan nomor unit apartemennya.
Aku pun segera bergegas membereskan pekerjaanku di kantor dan ijin pada temanku untuk ke luar dengan alasan bertemu klient. Karena aku sering dinas luar, jadi gampang saja dapat ijinnya.
Segera kupacu mobilku menuju apartemennya. Tapi sebelumnya aku mampir ke salah satu restoran cepat saji dan membelikannya makan siang.
Mobilku kuparkir di basement apartemen, aku pun menuju ke unit apartemen tempatnya bekerja. Ku bunyikan Bel dan tak lama Nanik pun mempersilahkan aku masuk. Akupun segera duduk di sofa yang cukup lebar dan empuk yang ada di ruangan itu.
Unit apartemen itu cukup luas, ada dua kamar di dalamnya lengkap ada dapur dan minibarnya. Aku tebak majikannya seorang eksekutif di suatu perusahaan ternama dan apartemen ini di sediakan oleh perusahannya.
“Mau minum apa mas,” tiba-tiba Nanik menyadarkanku yang sedari tadi memperhatikan apartemen beserta isinya.
“Eh….air putih aja mbak.”
“Masak air putih sih, aku bikinin sirup ya?”
“Boleh Mbak kalau gak merepotkan.”
Tak lama dia pun membawa dua gelas es sirup.
“Wah jadi seger nih, siang-siang minum es sirup, apalagi di temani Mbak Nanik yang seger.”
“Ih apaan sih Mas Ardi,” Dia tertawa sambil mencubit pinggangku.
Wajahnya sudah kembali ceria tidak semuram pagi tadi
Kami pun ngobrol sambil menyantap makanan yang ku bawa. Setelah makan kami pun melanjutkan obrolan sambil menonton acara tv kabel.
Aku mulai memberanikan diri mendekatkan posisi dudukku dengannya dan Nanik diam saja. Ku coba pegang tangannya. Awalnya ia sepertinya canggung tapi akhirnya dapat ku genggam erat tangannya. Aku mulai membelai rambutnya yang panjang sebahu dan meniup tengkuknya dan tak lama bibir kami pun sudah saling bersilaturahmi. Berpagutan dengan bebasnya.
Bibirku di lumat habis oleh bibirnya, nafasnya mulai tersengal-sengal. Nampak birahinya mulai naik. Wajar saja wong 3 bulan tidak di setubuhi suaminya.
Tanganku pun ku beranikan menelusup di balik kemeja yang di kenakannya, ia pun diam saja, Kuraih payudara kiri di balik branya dengan tangan kananku, kuremas-remas halus sambil kumainkan putingnya. Ia mengelinjang sambil melenguh tertahan.
“Auhhh….achhh.”
Sambil melumat bibirnya kucoba membuka kancing bajunya satu persatu, dan ia pun mengikutinya dengan membuka kancing kemeja kerja yang aku kenakan. Kemeja-kemeja itu pun akhirnya terhampar di lantai.
Terpampang jelas di hadapanku tubuh mulus Nanik dengan payudara yang masih tertutup bra warna krem, Walau perutnya sedikit berlipat karena lemak, tetap saja tidak mengurangi keinginanku untuk menyetubuhinya.
Segera kubuka kait bra nya dan bra itu pun jatuh di pangkuannya. Payudara Nanik segera menyembul. Cukup besar dengan warna puting coklat tua dengan areola berwarna lebih muda. Puting itu mencuat dengan tegaknya. Keras.
Segera saja kuhisap puting susunya, Nanik melenguh lebih keras.
“Aaaccchhhh……Maasss. Aahhh….ouchhh. “ Ia semakin terangsang dengan perbuatanku.
Terus kuhisap puting susunya kanan dan kiri bergantian, Ia pun menggelinjang makin keras, kepala tengadah menatap langit-langit. Matanya terpejam namun mulutnya meracau mengeluarkan suara desahan dan rintihan. Kedua tangannya menjambak-jambak rambut di kepalaku.
Cukup lama kumainkan kedua puting susunya. Setelah puas Aku pun bangkit dari sofa dan segera berdiri. Nanik mengerti maksudku. Sambil tetap duduk di sofa, ia membuka ikat pingang dan celana yang ku kenakan, tidak lupa celana dalamku pun ikut dipelorotkannya ke bawah. Seketika itu juga peniskuku yang cukup besar dan berurat, mengacung ke depan dengan gagahnya. Nanik tersenyum sambil melirikku. Dipegang dan di belainya kepala penisku, di kocok-kocoknya perlahan batangnya berulang kali. Tak lama di masukkan lah kejantananku ke dalam mulutnya, di kulumnya batang penisku sampai ke pangkalnya. Karena ukuran penisku yang cukup besar ia sedikit tersedak, aku pun tertawa geli. Tapi dengan usil, digigitnya batang penisku, aku pun menjerit. Di kocok lagi batang penis itu dengan gerakan yang lebih cepat sambil lidahnya dengan liar menjilat-jilat kantung zakar. Perlakuan Nanik sungungguh luar biasa, tidak tahan aku di buatnya. Aku pun ingin segera buru-buru menyetubuhinya.
Ku pinta Nanik bangkit berdiri dan melepaskan celana jeans yang masih di kenakannya. Ku balik badannya dan memintanya menungging. Lututnya di tumpukan ke sofa dan ia menungging di hadapanku dan tangannya menyangga tubuhnya pada sandaran sofa. Segera saja belahan vaginanya yang tertutup bulu jemput yang cukup lebat terlihat merekah di hadapanku. Bibir vagina nya mulai berwarna kecoklatan namun liang vaginanya masih menampakkan rona kemerahan yang tampak berkilat dan basah oleh cairan kewanitaan yang terus keluar karena rangsanganku tadi.
Segera saja ku pegang batang penisku dan kuarahkan kepalanya ke arah liang kewanitaan Nanik. Segera kumajukan pinggulku dan tak lama kepala dan batang penisku pun amblas sampai ke pangkalnya. Terbenam sepenuhnya dalam liang vagina tetanggaku ini. Nanik tercekat dan berteriak karena alat vitalku yang cukup besar menyesakkan rongga kewanitaannya. Ia menoleh padaku dengan mulut terbuka lebar sambil merintih.
“aaahhhh……”
Kedua tanganku memegang pantatnya yang cukup besar. Aku pun mulai memaju mundurkan pingulku. Batang penisku pun keluar masuk di liang vaginanya dengan tempo yang cukup cepat. Nanik terus merintih dengan riuhnya.
Acchhh…ouuchhh….achhh…..ouchhhh”
Acchhh…ouuchhh….achhh…..ouchhhh”
Sambil terus menggerakkan pinggulku, aku pun mulai meraih payudaranya yang mengantung dengan ke dua tanganku. Kumainkan puting susunya dengan kasar. Nanik pun semakin keras merintih dan meracau…….
Tak lama ia pun menjerit keras dan kurasakan ada kedutan di liang vaginanya. Otot vaginanya semakin mencengkram erat kejantananku. Kali ini Nanik mengalami orgasme yang pertama. Tubuhnya melemah, tangannya tidak sanggup lagi menahan tubuhnya. Kepalanya jatuh terkulai di sofa dengan posisi tetap menungging. Kupercepat permainanku, tetapi tampaknya spermaku tidak ingin keluar cepat-cepat.
Segera Kucabut batang penisku dari liang vaginanya. Segera ku balik tubuh Nanik menghadapku. Dengan posisi setengah duduk, Punggungnya bersandar di sandaran sofa kuangkat dan kurenggangkan kedua kakinya. Terlihat liang vagina yang menganga cukup lebar, segera saja kuhujamkan kejantananku ke liang kenikmatannya. Lagi-lagi Nanik menjerit tertahan ketika batang itu menerobos liang vaginanya. Ku maju mundurkan pinggulku dan terlihat penisku yang besar keluar masuk dengan bebasnya di liang sempit itu, menciptakan pemandangan yang indah. Bibir vagina itu menguncup ketika penisku menerobos masuk dan merekah ketika kutarik. Kedua tungkai Nanik kupegang dengan tanganku dan aku terus menyetubuhinya sambil tetap berdiri.
Payudara yang begitu menantang dengan puting yang mencuat sudah basah oleh keringat. Payudara itu bergoyang-gotang dengan hebatnya mengikuti irama sodokan penisku yang maju mundur di liang vagina Nanik. Kepala Nanik tergolek ke kanan dan kiri dengan mulut yang terus mendesis dan merintih. Lima belas menit aku terus menyodok liang vagina Nanik. Nanik pun mengimbanginya dengan menggoyang pinggulnya ke kanan ke kiri. Setelah dua puluh menit akupun tidak tahan lagi. Kupercepat frekuensi sodokan batang penisku ke dalam liang vaginanya dan tak lama cairan spermaku pun meyemprot deras ke dalam rahimnya. Berbarengan dengan kedutan keras di vaginanya menandakan ia mengalami orgasme keduanya. Kami pun terkulai lemas di atas sofa. Tubuhku menindih tubuhnya dengan kejantananku masih tertanam di liang vaginanya. Nafas kami tersengal-sengal karena pertempuran yang luar biasa nikmatnya.
Aku pun segera bangkit dan menarik penisku yang mulai mengendur dari liang vaginanya. Liang kenikmatan itu terlihat terngangga dan tampak carian putih meleleh keluar dari dalamnya. Nanik masih terkulai lemas di sofa. kakinya terjuntai ke lantai dan tangannya tergolek lemah di sebelah tubuhnya, segera kuhampiri dan kuciumi bibirnya.
“Enak mas,lain kali minta lagi ya.” Ujarnya sambil tersenyum.
“Siap, kapan aja mbak butuh, Aku siap melayani.” Candaku.
Dan diapun tertawa sambil mencubit pinggangku penuh arti.
Akhirnya kesampaian juga niatku menyetubuhi tetangga yang lama aku idam-idamkan.
Setelah kejadian itu kami pun sering mencari-cari waktu untuk dapat bersetubuh kembali. Bahkan kami pernah melakukannya di dalam mobil.
Tampaknya persetubuhan yang ku berikan, lebih dinikmatinya dibanding bersetubuh dengan suaminya. Demikianlah cerita mesum Indonesia JILBAB YANG TERNODA dan AKU ENTOT ISTRI TETANGGAKU oleh cerita sex hot