Cerita Bokep Seks – cerita mesum ini merupakan cerita seks panas ku waktu itu. Aku dan istriku tak pernah memiliki apa yang anda biasa sebut dengan kehidupan seks yang menarik. Saat kami melakukan seks, biasanya hanya dalam posisi yang wajar saja. Irama kehidupan seks kami yang boleh kukatakan membosankan itulah, aku mulai berfantasi tentang ‘hal dan orang lain’. Untuk bahan fantasiku, aku membiasakan menonton film porno di malam hari setelah semua orang di rumah tidur.
Yang mengejutkanku, kebanyakan film porno itu selalu melibatkan seorang gadis muda. Dalam usia kepala tiga, aku tak pernah memikirkan wanita yang lebih muda sampai aku menyaksikan film-film itu. Aku sadar kalau ternyata gadis-gadis muda sangatlah panas.
Hal lain yang menarik perhatianku adalah kenyataan kalau permainan lesbian sangat populer. Aku mulai tertarik dengan gadis muda yang mencumbui vagina gadis muda lainnya yang lembut, basah, dan biasanya tak berambut.
Melihat film-film itu untuk berfantasi mulai mengubah kehidupanku. Aku mempunyai tiga orang anak gadis yang beranjak remaja. Aku mulai memperhatikan mereka, kulihat cara mereka berpakaian, cara jalannya, dan segala tingkah laku mereka. Mereka menjadi obsesiku sendiri! Kuamati lebih detil saat mereka bangun pagi untuk melihat putingnya yang mengeras di balik pakaian tidur mereka. Kunikmati puting mereka yang terayun saat mereka berjalan-jalan dalam rumah. Aku terus mengamati mereka sampai semuanya beranjak menjadi seorang gadis muda yang sempurna.
Yang tertua adalah Irma. Dia mempunyai puting yang paling besar, branya mungkin D-cup atau lebih besar. Dia sesungguhnya tak terlalu cantik, tapi enak dipandang. Aku yakin teman-teman cowoknya banyak yang memperhatikan dadanya. Irma juga mempunya pantat yang kencang dan besar. Tapi meskipun dia yang paling tua di antara saudara-saudaranya, dia sering bertingkah seperti gadis berusia separuh umurnya.
Yang paling muda Tia. Tia mungkin yang paling cantik di antara ketiganya. Masalahnya adalah dia pemalas, hanya duduk dan tak mengerjakan apa pun sepanjang waktu. Jadi pantatnya menjadi melebar..? Putingnya baru mulai tumbuh. Dan di samping itu dia tomboy, aku jadi mempertanyakan jenis kelaminnya. Dia lebih suka berada di antara cowok daripada cewek.
Eva yang di tengah, di antara anak-anakku, bentuk tubuhnya lah yang terbagus. Bagiku, dia mempunyai tubuh dalam fantasiku. Dia memiliki tubuh yang sempurna dengan bra B-cupnya, atau C-cup kecil. Rambutnya yang panjang hingga melewati bahunya, dan matanya selalu nampak mempesona. Masalahnya dia yang paling bandel. Selalu membuat masalah. Dia juga sadar kalau dia punya tubuh yang bagus dan selalu memakai pakaian yang memperlihatkan hal itu. Di antara anak-anakku, Eva lah yang jadi bahan fantasi utamaku. Setiap kali aku menyetubuhi istriku, Eva lah yang ada dalam benakku!
Kisah ini bermula dengan Irma dan temannya Cindy. Cindy setahun lebih muda, tapi mereka sangat akrab. Cindy selalu menginap di rumah kami setidaknya sekali sebulan. Cindy sangat kurus, dadanya kecil, tapi sangat manis.
Suatu malam saat Cindy menginap, aku mulai melihat film porno seperti biasa. Suaranya kumatikan jadi aku dapat mendengar kalau ada orang yang mendekat. Lagipula aku dengar suara berisik dari kamar Irma. Kupikir mereka sedang sibuk dengan urusan gadis remaja dan begadang sampai pagi ngomongin tentang cowok dan sekolah, atau apapun yang menjadi urusan gadis seusia mereka. Entah bagaimana suara yang kudengar tak lagi seperti orang yang sedang ngobrol. Kadang kudengar suara erangan.. Yang lama-lama cukup keras juga.
Aku mendekat ke pintu kamar Irma dan lebih mendengarkan apa yang tengah terjadi. Dan benar! Itu suara erangan dan cukup berisik! Kalau saja pintunya tak tertutup pasti kedengaran sampai luar dengan jelas. Lalu aku dengar teriakan kenikmatan.
Kudorong pintunya sedikit terbuka. Apa yang kulihat didalam sangat mengejutkanku. Cindy dan Irma berbaring di lantai dengan Tia diantara mereka. Kepala Cindy berada diantara paha Irma dan kepala Tia ada di sela paha Irma..
Baca Juga Cerita Dewasa Indonesia : DIGARAP 2 LELAKI
Setelah mataku dapat menyesuaikan dengan kegelapan kamar itu, kulihat dada Irma bergerak naik turun dengan cepat karena nafasnya. Putingnya ternyata lebih besar dari yang kubayangkan. Tangannya memelintir putingnya sendiri saat Cindy menjilati kelentitnya dan dua jarinya yang terbenam pada vagina Irma. Mata Irma terpejam dalam kenikmatan yang diberikan Cindy.
Aku terus memperhatikan mereka hingga paha Irma mencengkeram kepala Cindy dan terlihat sepertinya dia akan ‘memecahkan’ putingnya sendiri saat dia mendapatkan orgasmenya pada wajah Cindy. Kelihatannya Cindy juga telah orgasme dalam waktu yang sama, karena dia mengangkatkan kepalanya dari paha Irma dengan cairan vagina yang menetes jatuh di pipinya seiring dengan tubuhnya yang mengejang dan kudengar sebuah umpatan keluar dari bibirnya. Aku terkejut mundur saat kurasakan ada tubuh yang menekan punggungku. Saat kutengok, kulihat Eva sedang berdiri di depanku. Eva memandangku dengan mata indahnya dan bertanya..
“Apa Papa menikmatinya?” lalu dia melihat ke bawah dan meremas penisku yang sudah keras.
“Tak perlu dijawab, aku bisa lihat dan rasa Papa menikmatinya.”
“Kenapa Papa tak lepas saja celana Papa dan bergabung dengan kami?” tanyanya bersamaan dengan tangannya yang bergerak masuk dalam celanaku dan mulai meremas penisku dengan pelan.
Dan sepertinya aku tak menginginkan hal lain selain ikut bergabung dengan anak-anakku, tapi..
“Papa nggak bisa, Mama kalian akan membunuh Papa.” Aku dengar suara Irma saat aku mulai menjauhi mereka.
“Papa nggak tahu apa yang Papa lewatkan!”
Sedihnya, aku tahu apa yang telah kulewatkan. Aku telah melewatkan kesempatan untuk mendapatkan tak hanya satu, tapi empat gadis muda yang panas. Fantasiku hampir saja jadi nyata.
Aku pergi ke kamarku dan berbaring disamping isteriku. Biasanya saat aku dan isteriku melakukan hubungan seks terasa hambar. Kali ini saat aku merangkak ke atas tubuhnya, kusetubuhi dia dengan keras dan cepat. Aku keluar dalam beberapa menit saja, baru saja kukeluarkan penisku..
“Bagaimana denganku?” kudengar isteriku bertanya dan memegang penisku yang masih keras.
Dia bergerak naik di atasku dan segera memasukkan kembali penisku dalam vaginanya. Ini pertama kalinya dia berinisiatif. Dan kupikir ini juga pertama kalinya dia di atas. Isteriku bergerak naik turun dan dapat kurasakan tangannya yang mempermainkan kelentitnya saat dia bergerak diatasku.
Melihat isteriku yang berusaha meraih orgasmenya membuatku terangsang kembali. Kuremas payudarnya, kubayangkan yang berada dalam genggamanku adalah milik Irma. Kupelintir putingnya diantara jariku, keras dan lebih keras lagi, tak mungkin menghentikan aku. Dia menggelinjang kegelian, tangannya semakin menekan kelentitnya. Ini pertama kalinya kurasakan cairan vagina isteriku menyemprot padaku. Orgasmenya kali ini terhebat dari yang pernah didapatkannya. Aku jadi berpikir apa dia benar-benar puas dengan kehidupan seks kami sebelumnya.
Isteriku mulai melemah. Aku belum keluar kali ini, jadi kugulingkan tubuhnya kesamping dan segera menindihnya. Langsung kuhisap putingnya dengan bernafsu. Kusetubuhi dia dengan kekuatan yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Aku mulai merasakan orgasmeku akan segera meledak. Saat puncakku semakin dekat, kugigit putingnya sedikit lebih keras, yang membawanya pada orgasmenya. Dan saat kurasakan dinding vaginanya berkontraksi pada penisku, kutembakkan spermaku jauh didalam tubuhnya untuk kedua kalinya dalam tiga puluh menit ini. Kuturunkan tubuhku dari atasnya.
“Tadi sungguh hebat” kata isteriku.
“Seharusnya kamu lebih sering seperti tadi.”
Baca Juga Cerita Panas Terbaru : NIKMATNYA ABG SMU dan MOJANG BANDUNG
Saat aku bangun keesokan harinya, isteriku sudah tak ada di sampingku. Tiba-tiba kejadian tadi malam kembali terbayang. Kupejamkan mataku menikmatinya dan tanganku bergerak kebawah mulai mengocok penisku yang mengeras. Aku hampir saja mendapatkan orgasmeku saat kudengar..
“Kenapa Papa tak membiarkan kami saja yang melakukan untuk Papa?”
Kubuka mataku segera dan terkejut saat melihat Irma dan Cindy berdiri di pintu kamarku. Orgasmeku tak dapat kucegah seiring dengan bayangan wajah Cindy yang belepotan dengan cairannya Irma yang melintas di benakku.
“Ups, terlambat!” kata Irma saat mereka meninggalkan kamar.
Aku langsung bangkit dan segera mandi. Aku hampir selesai mandi saat tiba-tiba isteriku membuka pintu kamar mandi dan menyelinap masuk.
“Anak-anak sudah pergi. Ayo bersenang-senang.”
Isteriku berjongkok di depanku dan memasukkan penisku yang masih loyo ke mulutnya. Penisku mulai membesar dalam mulutnya karena rangsangan lidahnya yang bergerak liar. Penisku makin membesar dan kurasakan kepala penisku meluncur masuk ke tenggorokannya. Dia tak menariknya keluar dan bibirnya semakin ditekankan ke rambut kemaluanku. Lalu kurasakan dia mulai menelan, gerakan tenggorokannya serasa ombak hangat yang basah pada penisku. Dan hal ini pertama kalinya bagi kami juga. Rasanya sungguh dahsyat, sesuatu yang belum pernah kualami. Isteriku mempunyai keahlian yang disembunyikan dariku.
Pelan-pelan dikeluarkannya penisku dari tenggorokannya lalu dimasukkannya lagi seluruhnya. Dia menatapku dengan penisku yang terkubur dalam mulutnya dan dengan pelan dikeluarkannya lagi.
“Kamu menyukainya sayang?” tanyanya.
Sebelum aku dapat menjawabnya dia melakukan hal itu lagi, menelanku seluruhnya. Dia mulai menggerakkanya keluar masuk dalam mulutnya, dan tetap memandangku saat dia melakukan itu. Isteriku mulai menaikkan temponya hingga aku tak dapat menahannya lebih lama lagi saat tiba-tiba dia berhenti..
“Hei, hei, tunggu dulu bung. Belum waktunya. Lubangku yang lain perlu dimasuki, tahu.” katanya.
Isteriku berdiri dan berputar. Dia membungkuk di depanku, merapatkan pantatnya padaku. Penisku terjepit di lubang anusnya maka kuarahkan pada vaginanya.
“Siapa suruh mengalihkan senjatamu?” tanyanya.
“Kembalikan ke tempat semula!”
Dia meraihnya dan lalu mengembalikan penisku ke anusnya, sesuatu yang pernah kulakukan sebelumnya, tapi tidak dengannya. Pelan-pelan dia mendorong pantatnya ke belakang. Kulihat barangku jadi bengkok karena tekanan itu, kepala penisku mulai membelah lubang anusnya, tapi belum masuk. Kemudian tiba-tiba masuk begitu saja, hanya kepalanya saja.
Dia mengerang. Lalu, dia terus menekan ke belakang dan memperhatikan aku memasukkan batang penisku seluruhnya. Aku tak dapat menolak rangsangan ini, kuraih pinggangnya dan mendorong lebih keras lagi untuk memastikan aku telah memasukinya seutuhnya. Kuputar pinggangku, memastikan dia dapat merasakan setiap mili senjataku didalamnya, aku terpukau akan pemandangan penisku yang terkubur dalam lubang anusnya. Lalu perlahan aku bergerak mundur.
Baca Juga Cerita Mesum Dewasa : PERPISAHAN TERNIKMAT DENGAN MANTAN
Saat hampir seluruhnya keluar kemudian kutekan lagi ke depan. Berikutnya aku benar-benar keluarkan penisku dan menggodanya, mengoleskan kepalanya saja pada lubang anusnya. Lalu benar-benar kusingkirkan menjauh dan melesakkan batang penisku kembali kedalam lubang anusnya. Aku bergerak maju mundur dengan cepat. Pelan, cepat, pelan dan keras. Tak terlalu lama orgasmeku mulai naik. Dia pasti dapat merasakannya karena dia mulai memainkan tangannya pada vaginanya, berusaha untuk meraih orgasmenya sendiri. Untung saja dia mendapatkannya sebelum aku.
Saat kurasakan orgasmenya segera meledak, aku bergerak semakin liar. Pantatnya bergoyang dalam setiap hentakan. Dia mulai mengerang dengan keras seiring hentakanku terhadapnya. Tak kuhentikan gerakanku saat orgasme merengkuhnya, milikku segera datang! Kudorong diriku sejauh yang kubisa dan membiarkan spermaku bersarang dalam lubang anusnya. Isteriku berteriak saat orgasme datang padanya secara berkesinambungan seiring ledakan spermaku yang kuberikan padanya. Akhirnya, aku selesai, tapi dia mendapatkan orgasme sekali lagi saat kepala penisku keluar dari jepitan lubang anusnya.
Isteriku membersihkan tubuhku lalu mendorongku keluar dari kamar mandi. Aku melangkah ke kamar kami dan berganti pakaian. Baru saja aku selesai memakai pakaian saat isteriku keluar dari kamar mandi dan muncul dalam kamar.
“Tadi benar-benar indah” katanya.
“Mungkin kita harus mengulanginya lagi nanti. Sekarang keluarlah dan nonton TV.”
Anak-anakku, tanpa Cindy pulang tak lama kemudian. Semuanya bertingkah normal. Aku lihat pertandingan bola, dan mereka melakukan apa yang biasa mereka kerjakan di hari Minggu sore.
Sisa seminggu itu normal-normal saja. Gadis-gadis pergi ke sekolah dan Isteriku pergi kerja seperti biasanya. Tak ada seorangpun yang bicara atau menanyakan tentang kejadian minggu lalu. Isteriku terlalu letih tiap malamnya sepulang dia kerja. Anak-anakku juga bersikap seperti tak pernah terjadi apapun. Aku jadi mulai berpikir apakah itu hanya khayalanku atau aku bermimpi tentang itu?
Saat aku pulang kerja di hari Jum’at, anak-anaku meminta ijinku apa temannya boleh menginap nanti malam. Cindy ingin meghabiskan kembali akhir minggunya bersama kami dan Eva ingin temannya Ami bermalam juga. Aku suka Ami. Dia anggun. Kalau saja aku masih remaja, aku pasti akan mengajaknya kencan. Dia, seperti Eva, memiliki sosok sempurna. Bedanya Ami memiliki wajah yang dapat membuatnya dengan mudah jadi seorang model kalau dia mau.
Malam harinya semuanya pergi tidur lebih awal. Mereka benar-benar ingin lepas dari rutinitas hariannya, baik itu sekolah atau kerja. Saat kami bangun hari Sabtunya, semua orang memintaku untuk mengadakan pesta kebun. Maka, isteriku maengajak mereka semua pergi ke toko untuk belanja. Aku beristirahat sejenak kemudian pergi mandi. Ada kerjaan menungguku saat mereka pulang nanti.
Saat mereka akhirnya pulang, sepertinya mereka memborong semua barang-barang di toko. Aku bilang pada mereka kalau hanya aku saja yang memasak pasti tak akan selesai. Bisa kacau jadinya. Akhirnya mereka bersedia berbagi tugas. Dengan semua belanjaan yang mereka borong, memerlukan hampir dua jam untuk memasaknya. Badanku bau asap dan terasa sangat letih. Saat aku masuk kedalam rumah, tak ada seorangpun di ruang keluarga ataupun dapur.
“Hey! Dimana kalian?” teriakku, “Saatnya makan!”
“Ya!” kudengar jawaban dari kamar Irma. Tapi tak ada seorangpun yang datang untuk makan.
“Hey, kalian sedang apa sih? Apa nggak ada yang mau makan?” tanyaku jengkel.
“Ada!” kembali hanya jawaban yang kudengar dari kamar Irma.
Aku mendekat ke kamar Irma dan ternyata pintunya sedikit terbuka. Saat aku menengok kedalam, kulihat para gadis dengan berbagai posisi tanpa pakaian. Kudorong pintunya agar lebih terbuka.
“Apa yang kalian lakukan?”
“Sedang menunggu Papa.” Eva menjawab dan mendekat lalu menarik tanganku agar masuk.
“Kami membiarkan Papa minggu kemarin, tapi akhir pekan ini Papa tak akan dapat lolos dengan mudah.”
“Sudah Papa bilang. Mama kalian akan membunuhku!” tangkisku.
“Tidak, aku tak akan melakukannya!” kudengar suara isteriku saat kulihat dia mengangkat kepalanya di antara paha Irma.
“Gadis-gadis ini menginginkanmu! Bisa apa aku menolak mereka?”
Eva menarik tanganku ke tengah kamar. Baru kemudian aku sadar kalau dia tak mengenakan selembar benangpun. Kupandangi tubuhnya. Apa yang kusaksikan ini jauh lebih baik dari yang kubayangkan. Payudaranya besar tapi kencang dengan putingnya yang menunggu untuk segera dihisap.
“Bisa apa aku menolak mereka?” pikirku saat aku rendahkan tubuhku dan mulai menghisap puting itu.
Kurasakan puting Eva membesar dalam mulutku, lalu kutaruh diantara gigiku dan mulai menggigitnya pelan.
Saat aku sedang sibuk dengan itu kurasakan ada tangan yang menarik turun resletingku. Lalu tangan itu merogoh kedalam celana dalamku dan mengeluarkan penisku. Aku melihat ke bawah dan kudapati Ami sedang mengarahkan penisku ke mulutnya dan segera saja dihisapnya. Kutelusuri lekuk tubuh Irma dengan tanganku sampai pada vaginanya yang tak berambut, dan menyelipkan jariku padanya. Dapat kurasakan kehangatan dalam vaginanya dan basah saat jariki kutekankan masuk dengan pelan. Aku berusah untuk mendorongnya lebih dalam lagi, tapi terasa ada yang menahan gerakanku. Eva memandangku..
“Ya, Eva masih perawan, dan jari Papa adalah benda pertama yang memasuki vagina Eva. Eva harap penis Papalah yang kedua.” aku membungkuk dan mencium Eva, bibir kami seakan melebur bersama, sebuah ciuman yang sempurna.
Sementara itu, Ami masih mengoralku. Usahanya jelas berdampak padaku. Aku melihat kebawah, kepalanya bergerak maju mundur pada batang penisku. Aku tak ingin mengeluarkan sperma pertamaku dalam mulut Ami sedangkan ada pilihan lainnya. Vagina perawan Eva dihadapanku. Maka kukeluarkan penisku dari mulut Ami.
“Kita dapat melanjutkannya nanti.” kataku padanya.
Kudorong Eva ke tempat tidur, menindihnya dengan lembut. Kucium dia lagi lalu ciumanku bergerak ke sekujur tubuh telanjangnya. Kujilati lehernya, dan kutinggalkan bekas disana agar dia mengingat kejadian indah ini nantinya. Kemudian aku bergerak ke dadanya, menghisapi putingnya. Ini mengakibatkan beberapa lenguhan keluar dari mulutnya. Saat kugigit lembut putingnya dan punggungnya terangkat sedikit keatas karena terkejut. Lalu turun ke perutnya hingga akhirnya bermuara pada vaginanya yang tak berambut.
Kupandangi sejenak lalu kubenamkan hidungku pada celahnya. Aroma yang keluar dari vaginanya semakin membuatku mabuk. Saat kugantikan hidungku dengan lidah, akibatnya jadi jauh lebih baik lagi. Saat ujung lidahku merasakan untuk pertama kalinya hampir saja membuatku orgasme! Eva telah basah dan siap untuk aksi selanjutnya. Penisku membesar dan keras hanya dengan membayangkan apa yang segera menantiku didepan wajahku ini.
Ciumanku bergerak keatas dan berlabuh dalam lumatan bibirnya lagi seiring dengan kepala penisku yang menguak beranda keperawanannya. Eva mengalungkan lengannya dileherku dan menjepit pinggangku dengan kakinya saat aku berusaha untuk memasukinya lebih dalam lagi. Dapat kurasakan kehangatan yang menyambut kepala penisku. Aku tak dapat menahannya lebih lama. Eva sangat panas, basah dan rapat!
Pelan namun pasti kutingkatkan tekananku pada vaginanya. Dapat kurasakan bibirnya melebar menyambutku, ke-basahannya mengundangku masuk. Kehangatan vaginanya membungkus kepala penisku saat aku menyeruak masuk. Aku terus menekan kedalam dengan pelan meskipun aku ingin segera melesakkannya kedalam dengan cepat seluruh batang penisku. Akhirnya dapat kurasakan dinding keperawanannya, batas akhirnya sebagai seorang gadis untuk menjadi seorang wanita seutuhnya. Kupandangi dia tepat di mata.
“Sayang, ini akan sedikit sakit, tapi Papa janji sakitnya hanya sebentar saja.” kurasakan kakinya menjepit pinggangku lebih rapat saat aku merobek pertahanan akhirnya. Akhirnya jebol juga dinding itu.
“Aargh! Gila! Sakit, Pa!” katanya dengan mata yang berkaca-kaca. Vaginanya mencengkeram batang penisku, ototnya bereaksi pada penyusup dan rasa sakit.
“Tenang sayang, sakitnya akan segera hilang.” dan kuteruskan menekan ke dalam sampai akhirnya terbenam semua di dalamnya. Aku diam sejenak, membiarkannya untuk beradaptasi.
“Gimana? Udah baikan?” tanyaku. Dia anggukkan kepalanya.
“Aku hanya merasa penuh, rasanya aneh. Tapi juga terasa enak berbarengan.”
Aku mulai menarik dengan pelan, hanya beberapa inchi, dan kemudian mendorongnya lagi dengan lembut.
Aku khawatir menyakitinya, tapi dalam waktu yang sama aku tak ingin segera menembakkan spermaku. Aku ingin menikmati rasa vaginanya selama mungkin. Kurasa dia mulai dapat menikmatinya, kepalanya mendongak ke atas dan matanya terpejam.
Kupercepat kocokanku, menariknya hampir keluar dan menekannya masuk kembali dengan pelan, menikmati rasa sempit vaginanya pada penisku. Eva mulai memutar pinggulnya seiring hentakanku. Tempo dan nafsu kami semakin meningkat cepat. Kurendahkan tubuhku dan mencium lehernya dan bahunya. Tiap gerakan tubuh kami mengantarku semakin dekat pada batas akhir.
“Ya Pa! Ya! Rasanya Eva hampir sampai!”
“Papa juga sayang!” Dan kulesakkan ke dalamnya untuk yang terakhir kali. Menekan berlawanan arah dengannya mencoba sedalam mungkin saat kuledakkan sperma semprotan demi semprotan kedalam vaginanya. Dapat kurasakan cairan kami bercampur dan meleleh keluar dari vaginanya menuju ke buah zakarku.
Tubuh Eva bergetar di bawahku, tangan dan kakinya mendorongku merapat padanya. Pelan kutarik dan kudorong lagi semakin dalam padanya saat persediaan spermaku akhirnya benar-benar kosong. Kutatap matanya lalu menciumnya.
“Eva, ini adalah seks terbaik yang pernah Papa dapatkan.” aku lupa kalau kami tak sendirian dikamar ini.
“Aku dengar itu!” kata isteriku.
“Kita akan lihat apa kita bisa mengubah anggapanmu itu!”
Dengan para gadis-gadis itu dalam kamar ini, aku sadar ‘kesenanganku’ baru saja akan dimulai.
YATI SI PEMUNGUT SAMPAH
Aku sedang menjalani latihan praktikal tetapi aku masih tinggal di asrama universiti. Setiap pagi sebelum aku ke tempat kerja, aku melakukan rutin harian iaitu mandi, gosok gigi, cuci muka, mencukur misai dan mencuci baju. Selepas itu, aku akan memandu kereta ke tempat kerja.
Bilik aku di asrama terletak berhampiran tandas. Di luar tandas itu terletak sebuah tong sampah. Tong sampah di asrama aku dialas dengan plastik hitam. Ini untuk menyenangkan kerja pemungut sampah membungkus plastik hitam itu lalu boleh terus membuangnya. OK, cukuplah bahagian pengenalan untuk cerita ini.
Yati adalah pemungut sampah di asrama aku. Dia adalah salah seorang pekerja kontrak dengan sebuah syarikat pembersihan yang mendapat tender untuk bersihkan kolej aku sepanjang tahun, iaitu 2 semester. Setiap pagi, dari pukul 8.20 am hingga 8.40 am, Yati akan datang ke tong sampah di luar tandas itu dan membungkus plastik hitam itu.
Sekarang aku akan ceritakan tentang Yati. Yati berusia 19 tahun. Yati mempunyai tetek yang aku anggap kecil, tapi oleh kerana badannya kecil, jadi teteknya masih nampak menonjol di sebalik bajunya. Yati tergolong dalam kalangan perempuan yang kurus dan bersaiz kecil badannya.
Pakaian seragam Yati berwarna coklat gelap dan mempunyai belahan dada yang rendah. Aku selalu cuba untuk berpura pura tidak dapat membuka kunci bilik atau gosok gigi lama lama untuk mengintai teteknya. Tapi selalu gagal. Aku hampir berputus asa sehinggalah suatu hari.
Pagi itu selepas aku mandi, aku melilitkan tuala ke pinggang dan berjalan ke bilik. Memang tuala itu saja yang ada di seluruh badan aku.
Seperti biasa, semasa aku berpura pura tidak dapat membuka kunci bilik, kunci aku terjatuh dan kaki aku tertendang kunci itu. Kunci itu melayang ke kaki Yati. Yati yang sedang asyik untuk membungkus sampah itu terkejut. Tapi, dia mengambil kunci itu dan memulangkan kepada aku.
Semasa Yati tunduk, posisinya kali ini memang tepat menghadap aku dan keadaan cahaya yang terang pada pagi itu menyinar terus ke bahagian teteknya. Memang kalau bab mengintai tetek perempuan ini perlu bergantung kepada nasib, warna baju yang dipakai dan juga pencahayaan. Kalau gelap, kita takkan dapat mengintai sebab tiada cahaya yang menyuluh pandangan lelaki dan keadaan gelap sebab baju wanita telah menghalang cahaya masuk. Hari itu aku kira bernasib baik sebab semua faktor itu memihak kepada aku.
Seperti biasa, aku seorang lelaki yang normal. Jadi, semasa melihat colinya yang berwarna putih di sebalik bajunya, batang aku terus tegak. Aku masih berdarah muda, dan aku memang minat pada tetek wanita. Jadi, batang aku tertonjol jelas di sebalik tuala nipis yang aku pakai. Semasa mengambil kunci dari tangan Yati, aku sengaja menggunakan dua tangan lalu mengusap usap tangannya.
Yati terkejut dan melepaskan tangannya dengan segera. Aku senyum sahaja dan meminta maaf. Aku katakan kepadanya yang dia sangat cantik. Dia menjawab manja, “Tipulah..”. Dan begitulah bermulanya perbualan aku dengannya di tepi tong sampah. Dari perbualan itu, aku mengetahui serba sedikit tentang latar belakangnya.
Yati telah bekerja untuk syarikat pembersihan itu selama 1 tahun. Dia adalah anak sulung dan berasal dari keluarga yang miskin. Bayangkan pembaca, aku sedang berbual dengannya dalam keadaan aku hanya melilitkan tuala pada pinggang. Dan batang aku pada masa itu juga tegak 100%. Aku melihat matanya juga kadang kadang melirik ke arah tuala aku. Jadi, aku rasa dia nampak batang aku yang menjerit jerit di sebalik tuala itu.
Aku merancang untuk terus mendapatkan pantatnya pada hari itu juga. Aku mengetahui dia akan mengelap lantai tandas itu selepas dia memungut semua sampah di bangunan yang aku tinggal. Jadi, selepas tamat perbualan ringkas tadi, aku menelefon tempat praktikal aku dan meminta cuti. Aku memang diberi satu hari cuti setiap bulan.
Aku menunggu dengan setia di bilik mandi. Sambil menunggu, aku tidak dapat menahan nafsu aku dan aku akhirnya melancap di bilik mandi itu. Selepas menunggu 30 minit, kiranya lama sangat aku rasakan, seperti berjam jam lamanya! Tapi akhirnya aku mendengar suara tapak kaki masuk. Aku mengintai dari sebalik pintu bilik mandi. Ya, itu adalah Yati!
Air dibuka supaya Yati menganggap ada orang sedang mandi. Yati meneruskan kerjanya seperti biasa. Dia mula mengelap lantai. Aku membiarkan air itu mengalir dan menunggu Yati menghampiri pintu bilik mandi aku. Semakin dia mengelap lantai, Yati semakin mendekati pintu aku. Aku menutup air yang mengalir itu. Apabila jaraknya sudah hampir 1 meter dari aku, aku membuka pintu bilik mandi aku.
Dalam keadaan itu, aku berbogel tanpa seurat benang pun di hadapan Yati. Yati tercengang seketika dan melihat ke arah batang aku yang panjang itu. Kesempatan itu aku gunakan sebaik baiknya! Aku menarik tangan Yati dengan sekuat hati dan dia telah berada dalam bilik mandi bersama aku!
Aku terus mencium cium mulutnya. Dia yang masih terperanjat tidak memberikan sebarang tindak balas. Aku terus menyedut nyedut lidahnya. Kemudian, tangan aku masuk ke dalam bajunya dan meraba raba teteknya. Yati mula sedar akan perbuatan aku dan dia cuba lari. Masih ingat pisau yang aku gunakan untuk mengugut pensyarah aku? Yati cuba lari, tapi aku tampar mukanya sekuat hati dan bibir dia mula berdarah. Dia menahan sakit tapi aku tidak memberi sebarang peluang untuk dia lari.
Kemudian, tangan aku mengeluarkan pisau yang aku letak di lantai. Aku menyentuhkan pisau dengan perlahan ke arah mukanya dan menggerakkan pisau itu perlahan lahan dari pipi ke puting teteknya yang masih berbungkus di sebalik bajunya. Kemudian, pisau itu aku tujukan ke arah pinggangnya.
“Kalau mahu selamat, berdiri diam diam di dinding ini!” begitulah aku mengugut Yati!
Pisau itu benar benar telah menghentikan pemberontakan Yati. Tapi, tangan kanan aku tidak dapat beraksi meraba teteknya! Tangan kanan aku mesti memegang pisau itu untuk pastikan Yati tidak lari! Jadi, aku pun meneruskan menyedut lidahnya. Dia tidak memberi balasan dan aku mula bosan! Dia asyik menangis dan menangis semakin kuat. Aku mencuba cara lain..
Pisau aku masih di pinggangnya dan tangan kiri aku membuka bajunya. Dia menangis semakin kuat. Nafsu telah menguasai aku dan aku sedikit pun tidak kasihan kepada Yati! Malahan, aku semakin ghairah kerana aku semakin menguasai keadaan itu! Selepas menanggalkan bajunya, aku menyumbat mulutnya dengan baju itu.
Yes! Akhirnya dia tidak bersuara lagi walaupun air matanya terus mengalir lebih deras. Kini tinggal colinya sahaja yang membungkus dada. Aku membuka coli itu dengan cepat. Ini semua aku belajar semasa aku menolong Lin, Ana dan Puan Ayuwati membuka coli mereka! Tak sampai 5 saat, colinya jatuh ke lantai dan menjadi basah.
Aduhai, cantiknya tetek dia walaupun tidak sebesar mana. Aku menjilat jilat putingnya. Tangan kiri aku meraba raba teteknya. Aku menumpukan di sana selama 10 minit. Dalam tempoh itu, Yati nampaknya tidak menangis lagi tetapi tubuhnya mengeliat seperti ikan yang baru dikeluarkan dari air. Aku mengetahui dari pengalaman bahawa Yati telah terangsang. Inilah masanya! Aku menanggalkan seluar uniformnya dan celana dalamnya juga.
Satu lagi wanita yang mencukur botak kemaluannya! Pisau aku masih di pinggangnya sebab aku takut dia lari. Aku memang suka pantat yang botak, tanpa sedikit bulupun. Ini memudahkan aku menjilat jilat dan lebih senang aku mengesan biji kelentit wanita. Yati masih dalam posisi berdiri. Aku memaksa kaki kirinya dinaikkan ke dinding bilik mandi. Dia menggelengkan kepala! Aku rapatkan pisau itu ke daging pinggangnya! Dia menurut..
Kini aku dalam posisi mencangkung untuk menjilat pantatnya itu. Aku menjilat jilat belahan pantatnya seperti menjilat aiskrim. Aku yakin Yati sedang menikmati perbuatan aku. Kini Yati semakin mengeliat tubuhnya. Aku mencari cari biji kelentitnya, jumpa! Aku terus menjilat di sana. Badannya seperti terkena kejutan elektrik dan menghayun tidak tentu arah. Kini, aku telah menguasai diri Yati. Jadi, aku meletakkan pisau aku.
Aku terus menjilat jilat pantatnya. Dalam agak agak 2 minit sahaja, kakinya yang di dinding itu tidak dapt bertahan dan menjepit kepala aku. Dia menekan kepala aku. Aku tahu dia telah mencapai orgasme. Tugas aku sudah 50 % selesai. Aku mencapai semula pisau aku dan memaksanya membuat gaya doggie.
Dia yang masih menikmati sisa orgasmenya tadi menurut dengan lemah. Kini aku mahu merasmikan anak dara seorang ini! Hati aku bersorak gembira, batang aku menjerit jerit! Tapi, Yati tidak dapat menjerit kerana mulutnya telah disumbat dengan bajunya. Aku yang sememangnya telah bogel menghalakan batang aku ke pantatnya.
Dia menggelengkan kepalanya lagi semasa merasakan batang aku mula masuk ke pantatnya. Aku tidak peduli. Aku terus memaksa batang aku masuk walaupun sempit. Aku gagal 4 kali tak dapat masukkan sebab sempit sangat. Aku tekad dan masukkan dengan sekuat hati dan tumpuan.
Bless.. Aku rasa ada sedikit cecair mengena batang aku. Aku membiarkan batang aku seketika untuk menikmati lubang baru itu. Ahh.. Sedikit panas dan sangat lembap. Batang aku sangat menikmati keadaan itu. Kemudian, aku mengeluarkan batang aku 75% dan memasukkan semula. Gila.. Sungguh enak rasanya! Kepala Yati turut terangkat angkat. Aku tidak pasti samada dia sakit atau menikmati batang aku. Itu semua aku tidak peduli.
Aku meneruskan acara sorong tarik itu. Sungguh nikmat rasanya. Nikmatnya sedikit berbeza dengan Lin dan Ana. Mereka berdua masih di bawah umur, jadi pantat mereka masih belum berkembang sepenuhnya. Puan Ayuwati pula telah masuk golongan wanita tua. Pantatnya telah kehilangan rasa elastik dan rasa cengkaman. Pantat Yati pula baru masuk tempoh yang sesuai. Seperti buah mangga yang masak tepat tepat pada masanya, tidak terlalu muda dan tidak pula dagingnya menjadi lembik. Tapi, “mangga” Yati telah ditebuk tupai. Tupai itu adalah AKU! Haha.
Perasaan itu memang tidak dapat digambarkan dengan kata kata. Sangat enak, rasa seperti sedang terbang melayang layang, otak kosong tiada tekanan. Aku meneruskan acara sorong tarik itu sangat lama, batang aku tidak mencapai klimaks cepat sebab tadi aku telah melancap. Seronoknya semua itu.
Kepala Yati terangkat angkat sekejap, lepas itu menggeleng geleng sekejap. Aku kira dia telah 3 kali orgasme. Setiap kali orgasme, Yati akan meronta ronta dan menarik badan aku melekap kuat di badannya. Nampaknya dia sangat suka dan menikmati permainan aku.
Aku tidak dapat bertahan lama lagi, batang aku telah mencapai kemuncak maksimum. Aku merasa ada cecair yang akan meletup keluar. Aku menahan seketika dan mencabut batang aku cepat cepat. Aku memancut di luar, lantai bilik mandi itu penuh dengan kesan kesan air mani aku. Ahh ahh ahh.. Aku lupa dunia untuk seketika. Bila aku sedar, aku lihat batang aku ada sedikit kesan warna merah. Sah aku telah merasmikan anak dara ini.
Aku menolong Yati memakaikan pakaiannya semula. Dia hanya menangis sahaja tapi aku kata aku sayang kepadanya dan sangat cinta kepadanya. Aku kata aku telah meminati dia sejak kali pertama aku jumpa dia memungut sampah di luar bilik aku. Dia kata dia juga memendam rasa kepada aku tapi dia tidak sangka akan berlaku kejadian sebegini. Aku melutut di depannya dan menangis seperti menyesali perbuatan aku. Aku memohon ampun berkali kali. Aku juga berpura pura menangis di depannya.
Akhirnya, dia berkata, “Sudahlah, Yati pun sebenarnya seronok tadi, cuma Abang ni terlalu kasar pada mulanya. Tengok, pipi Yati berdarah sebab Abang!” Aku melumat lumat bibirnya dan dia membalas penuh kasih sayang. Aku mengatakan “I Love You, Yati” berkali kali kepadanya. Selepas itu, aku berpesan kepadanya aku ada hadiah untuknya.
Baju putih yang lusuh aku keluarkan dari almari aku. Kemudian, di depan Yati, aku mengelar jari aku di hadapan Yati. Aku tuliskan perkataan “I LOVE U” di atas baju putih itu. Yati terharu dengan perbuatan aku dan memasukkan jari aku ke mulutnya.
Dia melarang aku berbuat seperti itu lagi. Dia kata hatinya sakit kalau aku buat seperti itu. Baju itu aku hadiahkan kepadanya sebagai tanda cinta aku. Yati benar benar terharu dan mengalirkan air mata semasa menerima baju itu. Aku cium dahinya dan aku kata “Take it Yati, I Love You forever”.. Demikianlah cerita bokep terpanas AYAH DAN TIGA ANAK GADISNYA dan YATI SI PEMUNGUT SAMPAH oleh cerita sex hot