Cerita Mesum Dewasa – cerita bokep panas ini merupakan cerita seks berdasarkan dari Pengalamanku saat aku baru menikah 1 tahun, saat itu aku sudah berumah tangga sendiri, karena istriku juga bekerja maka kita mengambil seorang pembantu melalui biro jasa. Pembantuku masih muda sekali usianya kira-kira 16 tahun hanya kulitnya agak putih dan bersih. Dia sampai saat terjadinya kejadian ini sudah bekerja kira-kira 6 bulan. Saat itu aku ada keperluan mengambil surat-surat yang tertinggal di rumah, pembantuku Sutini namanya tapi panggilannya Tini yang membukakan pintu. Karena aku mencari surat yang tertinggal agak lama maka pintu ditutup lagi oleh Tini dan Tini kelihatannya langsung mandi. Akhirnya aku temukan suratku itu, tapi karena Tini masih mandi maka aku tunggu sebentar untuk menutup pintu depan. Aku duduk di pinggir tempat tidur, memang jendela kamarku menghadap ke belakang sehingga bisa lihat kebun juga kamar serta kamar mandi pembantu yang letaknya di belakang kebun menghadap jendela kamarku. Pintu kamar mandinya kemudian terbuka dan Tini keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk dililitkan ke tubuhnya. Mungkin dianggap rumah sepi tak ada yang tahu jadi dia berani begitu pikirku.
Diam-diam aku perhatikan terus, Tini memasukkan pakaian kotornya ke ember cucian dan kemudian balik masuk ke kamarnya. Kamarnya juga tidak ditutup, Tini kelihatan mengambil pakaian dari lemarinya. Lalu Tini melepas handuknya dan mengeringkan lagi tubuhnya. Wah, terlihat sekali badannya yang langsing dan putih bersih dengan buah dadanya yang hanya kecil dengan puting warna merah jambu serta kemaluannya yang masih belum ditumbuhi rambut sedikitpun. Kemudian Tini memakai BH-nya yang tanpa spons dan CD yang mini, lalu memakai rok bawahan dan kaos. Melihat tubuh yang kecil, bersih dan indah itu nafsuku bergairah. Setelah Tini selesai menyisir rambutnya yang pendek ala Yuni Sara dan membedaki mukanya, aku langsung panggil dia. “Tin” “Iya pak”. “Aku tolong pijit sebentar leher dan kepalaku sebab pusing”, sambil aku duduk di kursi makan. Kemudian Tini memijit leherku, walaupun kecil tubuhnya tapi pijitannya cukup mantap. Habis memijat leher, aku minta mijit bagian dahi dan pelipis kiri dan kanan.
Tini mulai memijitnya, tapi karena kepalaku goyang-goyang lalu kepalaku tiba-tiba ditariknya ke belakang dan disandarkan ke dadanya. Aku jadi semakin greng walaupun buah dadanya kecil sehingga aku hanya merasakan sandarannya agak empuk. Ulahnya membuat penisku mulai bangun sedikit-sedikit, aku jadi penasaran lalu kucoba tanganku kuturunkan dan menyentuh kakinya. Ternyata Tini diam saja tak bereaksi negatif. Lalu kuberanikan untuk meraba pahanya, ternyata Tini tetap diam saja dengan memijit dahiku terus. Rabaanku kuteruskan dengan 2 tangan di paha kiri dan kanan sambil kupijit pahanya dan tangan kananku terus merambat ke atas sampai ke kemaluannya yang tertutup celana dalam. Saat itu Tini masih diam terus, lalu jariku coba kususupkan kedalam CD-nya untuk mengutak-atik lubang kemaluannya, saat itu Tini mulai mendesis dan menggoyangkan pantatnya, “Sseett.. aduh Pak geli kena kelentitku”. Tetapi karena Tini tidak lari dan tetap memijitku terus maka pekerjaan tangan itu tak berhenti dan terus berjalan sampai akhirnya tangannya lepas tak memijit lagi dan memegang lenganku erat-erat sambil berbisik, “Pak.. pak.. Tini nggak tahan minta yaak pak?” “Minta apa Tin?” tanyaku. Tini tak menjawab hanya memberi kode dengan tangannya yang digenggam dengan jempolnya dijepit antara jari tengah dan telunjuk, yang berarti minta disetubuhi. “Katanya kamu masih gadis”, kataku. Tini lalu cerita, dia sudah dijodohkan di desa kira-kira tahun yang lalu. Pada saat pulang Lebaran kemarin, dia sudah digauli oleh pacarnya itu sampai beberapa kali. “Karena sudah merasakan digauli itu, Tini jadi sering kepingin begitu lagi sekarang” katanya.
Dia cerita lagi, “Apalagi Tini sering lihat bapak dan ibu kalau main, jadi nafsu Tini sering bergelora.” “Darimana kamu lihat”, tanyaku. “Ngintip dari celah kordin kamar bapak”, katanya polos. “Apa tiap malam kami ngintip”, tanyaku. “Tidak pak, cuma Tini tahu kebiasaan ibu sebab tiap kali ibu memakai pakaian tidur yang tipis yang kelihatan BH dan CD-nya itu baru Tini ngintip sebab selalu main”. Lanjutnya, “Tini nafsu sekali kalau lihat ibu dengan telanjang lalu mengisap penisnya bapak dan saat bapak meniduri ibu sampai ibu keluar lendirnya. Tini juga lihat ibu yang dengan lahapnya meminum air maninya bapak yang disemprotkan dalam mulutnya ibu.” “Kalau gitu kamu lihat semua cara-cara bapak dan ibu kalau main?” tanyaku. “Iya pak, kalau di desa pacar Tini kalau main ya cuma biasa seperti orang desa itu. Tidak seperti ibu kadang duduk di atas, kadang bolak-balik ibu menghisap penis bapak dan bapak menghisap kemaluan ibu.” “Tini kamu datang bulannya kapan?” tanyaku. “Sudah lama pak, ini mungkin seminggu lagi dapat haid”, sahutnya. Karena Tini kepingin dan sudah bukan perawan lagi, lagi pula tak masa subur langsung aku berdiri dan kulepasi pakaianku dan Tini kusuruh mengambil kasur lipat di gudang dan dipasang di sebelah meja makan. Aku langsung tiduran dan Tini kuminta menghisap penisku. Walaupun Tini sudah lihat teknik-teknik bermain cinta, tetapi karena belum dipraktekan jadi rasanya belum nikmat seperti istriku.
Baca Juga Cerita Seks Indonesia : SEX DARI BU SONY dan BELI AYAM GORENG BONUS NGEWEK
Tini kusuruh melepas semua pakaiannya sampai bugil. Lalu buah dadanya kucoba kuremas tapi karena masih kecil jadi sulit, aku hanya bisa memencet putingnya lalu kuhisap-hisap juga sampai mengusap-usap kemaluannya yang gundul. Tini memegang penisku dan menciuminya sambil bekata, “Kalau penis orang desa itu kecil-kecil Pak tidak ada yang gede seperti punya bapak ini. Kalau gede kan bisa marem rasanya.” Saat kupegang dan kumasukkan jariku kelubang kemaluannya selain memang masih sempit lubangnya juga lendirnya sudah banyak sekali tetapi encer tak sekental punya istriku. Ada lendir cewek yang banyak ini, aku makin bernafsu, Aku minta Tini main 69 atau bolak-balik menurut istilahnya. Tini yang di atas sambil menghisap penisku dan aku di bawah mempermainkan kemaluannya dengan mulut dan lidahku. Clitorisnya kujilati sambil lubang kemaluannya kumasuki 2 jari dan kugelitik bagian dalamnya. “Aduuh.. pak. Kemaluanku geli sekali rasanya.. aduuh Tini mau keluar lendirnya pak.” Mendengar itu langsung lubang kemaluannya kucucup dan terus kusedot-sedot dengan kuat sampai terasa, suur.. suur.. suur, dengan disertai rintihan Tini, “Pak.. pak.. air santannya Tini sudah keluar semua.” Kemudian kulihat lubangnya ternyata masih cukup banyak air santannya di lubangnya dan setelah kusedot lagi kubersihkan santan-santan yang lepas menempel di bibir kemaluannya dan terasa penuh mulutku dengan maninya. Saat kutelan rasanya sama seperti punya istriku yaitu asam-asam asin, hanya punya Tini lebih banyak tapi encer.
Mungkin makin berumur lendirnya makin kental. Karena aku belum keluar maka segera kutancapkan penisku ke lubangnya. Begitu kumasukkan total seluruh batang penisku, Tini merintih, “Ssst.. aduh enaknya, Pak burung bapak rasanya nikmat sekali beda jauh dengan punya pacar saya.” Rintihan itu makin membuatku garang dan kuhunjamkan terus dengan agak keras dan cepat penisku ke lubang kemaluannya sampai Tini betul-betul tak tahan nikmatnya dengan menggelinjang-gelinjang terus. Pikirku pembantu yang kurang ajar berani mengintip ini mesti diajar betul. Kira-kira 10 menit berlalu baru aku mencapai klimaks dan kemaluannya kusemprot dengan maniku dan Tini berbisik, “Aduuh hangatnya penisnya bapak dan air maninya.” Selesai main Tini kuminta mencuci penisku di kamar mandinya. Sambil mencuci Tini bilang, “Waah, bapak mainnya hebat sih, pantasan ibu sering minta terus. Tini juga nanti minta lagi ya!” Aku menyanggupi permintaanya asal jangan saat masa subur dan kira-kira jam 10 pagi.
Aku menyanggupi karena kupikir tubuhnya bersih dan tak ada penyakitnya serta karena baru seorang yang pakai yaitu pacarnya walaupun buah dadanya kecil, tapi putingnya kalau dihisap, dia terangsang banget. Jadi kalau nanti kepingin ditiduri, Tini pura-pura batuk-batuk kecil saat mengepel lantai ruang tamu dimana saya selalu duduk membaca koran. Lalu dia memberi koda manggut-manggut. Kejadian ini berulang terus kira-kira setiap 2 minggu sekali selama kurang lebih 4 bulan sampai akhirnya dia pamit keluar karena disuruh menikah.
POLWAN YANG MANIS
Polwan yang Manis, Kisah ini terjadi sekitar 2012 an, saat aku masih kuliah sambil cari kerja sampingan buat biaya kuliah. Kebetulan ada temen ibuku yang punya warnet di kota ini, jadi aku kerja nungguin warnet. Shift jaga biasanya malam, mulai jam 7 sampe jam 12 malam. Tapi kadang-kadang gentian sama teman-teman yang lain, tergantung situasi lah. Saat itu aku jaga warnet malem sendirian, harusnya sih berdua, tapi biasa lah ada aja alesan untuk ngilang. Yang heran, tumben warnet sepi banget (padahal tahun2 segitu saat orang jarang punya modem sendiri, warnet ndak pernah sepi lho). Jadinya aku santai-santai sambil browsing materi kuliah, sambil slonjor-slonjor dan nyamil kacang. Sekitar jam 9 ada suara motor berhenti diluar. Hah, akhirnya ada pengunjung juga. Pintu kemudian dibuka, Nampak cewek masuk, bodynya tinggi, wajahnya imut sih, rambut potong pendek dan pake jaket dan celana panjang. “Mau nge-net ada mas?” tanyanya. “Oh, silahkan mbak…, kosong kok. Bebas milih mana saja.” Jawabku ramah sambil melihat wajah imut tersebut. “Makasih mas, saya dipojok situ aja” dia lalu menuju bilik yang pojok, terus nglepas sepatu dan duduk (bilik warnetnya lesehan semua). Aku lihat sepatunya sepatu kulit, kayak-kayaknya bukan cewek biasa nih.
Baca Juga Cerita Seks Indonesia : PERMINTAAN ISTRI dan POLWAN YANG MANIS
Setelah duduk, dia membuka jaket, ternyata dibalik jaketnya dia memakai seragam polisi, pangkatnya Segitiga Kuning satu biji, ohh Sersan Dua pangkatnya. Ohh.., seorang polwan yang manis pikirku. “Mas, username ama passwordnya apaan nih??” tanyanya, sambil menoleh ke aku. “Ehh.., ohh.., bebas kok mbak, langsung aja” kataku jadi sedikit gagap gara-gara terpana plus kaget.. “Okey mas, makasih” Beberapa menit sambil browsing aku curi-curi lihat ke mbak polwan tadi. Lama-lama kok beberapa kali ketahuan lagi nyuri pandang. Akhirnya aku gak berani lagi ngliat dia. Konsentrasi aku alihkan ke monitor komputerku. Karena bosan dengan materi kuliah, aku mulai browsing situs-situs hot. Setengah jam berlalu, tiba-tiba aku kaget saat mbak tadi sudah disampingku. “Mas, ajari bikin email dong” katanya… “ehh…,ehhhh…, ehhh iya” aku panic, karena monitorku isinya penuh gambar pasangan lagi adegan hot. “ayo mbak…, saya ajari” aku langsung berdiri dan mengajak mbak polwan tadi ke biliknya (supaya aku gak tengsin & terlalu lama salting didepan komputerku). Aku mulai ngajari cara mbuat email dari dasar-dasarnya. Sambil lirak-lirik aku baca namanya, sebut saja Dewi . Dewi tampak antusias mendengar penjelasanku, kemudian mulai mencoba mempraktekkan langkah demi langkah. Aku masih grogi, bagaimana tidak, lha wong dia polwan… hiiiii. Tapi kayaknya dia yang berusaha mencairkan suasana. “Mas sudah lama kerja diwarnet ya?” tanyanya “Wah, baru kok mbak. Ini juga buat nambah-nambah biaya kuliah” jawabku sambil berusaha tersenyum, tapi masih kaku…. Shitt. “wah, kok lancer banget gitu ya nge-netnya? Ehh, jangan panggil saya mbak dong.
Nih, kan namaku udah terpampang jelas gini. Panggil Dewi aja ya? Kalo nama mas sapa?” “Saya Andri mbak.., wah nggak berani manggil gitu mbak. Ngak sopan” Jawabku sambil menggerakkan mouse. “Nggak papa kok, biar akrab. Lagian kayaknya kita seumuran ya. Aku dua puluh tiga tahun kok” paparnya blak-blakan, jarang yh cewek blak-blakan masalah umur “Ya deh mbak, eh Dewi…, kalo saya baru dua puluh dua tahun mbak, tuaan mbak dikit dong, ngomong-ngomong kok masih pake baju dines. Habis tugas ya?” tanyaku sambil kesempatan buat mandang wajahya yang manis (buehhh…, betul-betul manis nihh) “Iya habis ikut pengamanan di balaikota, tadi ka ada demo mahasiswi. Jadi Polwannya turun semua.” “Ohh.., gitu. Lho mbak Dewi kok gak pulang kerumah? “ tanyaku lagi “Nggak, tadi lihat warnet jadi pengin mampir. Sekalian belajar” “Emang mbak Dewi rumahnya dimana?” “Di perumahan ****, yahh agak jauh sih. “dia menjawab sambil tersenyum manis… wihhh. “Lho, udah nikah ya mbak? (nanya nya mulai gak konsen gara-gara senyuman tadi)” “Udah, nikah sih udah satu tahun. Suamiku sipil, kerja di expidisi. Tapi lagi ruwet nihh…, dia kecantol ama temen kerjanya, ini aku lagi ngurus cerai” katanya sambil sedikit serak. “Ehm, maaf mbak. Lancang nanya.” “Gak papa.., kalo mas sendiri?” Lhahh, dia balas nanya “Belum mbak, pacar aja gak ada. Nanti-nanti lah” “Ohh, padahal penampilan mendukung lhoh” dia menjawab sambil tersenyum lagi.
Matek aku… panas dingin langsung. Apalagi tangannya sambil menyenggol bahuku… beuhhh. “Ahh, mbak bisa aja. Ehh.., suami mbak terlalu juga ya. Mbak yang secantik ini di khianati…” agak nggombal dikit jawabanku “Hahaha…, cantik gimana? Biasa aja ah” Sambil tangannya disenggolkan ke bahuku lagi. “Tapi, hatiku sedih sekali, makanya kadang kalo pulang kerja aku ndak langsung kerumah. Tapi jalan kemana dulu gitu” “Lho, cantik betul lho mbak, manis tinggi langsing lagi…” entah darimana kata-kata ini kudapat, dia terlihat agak tersipu-sipu. Senyumnya makin mengembang. “Ehmm.., makasih ya. Eh.., ngliat situs-situs yang kayak tadi dimana ya?” tanyanya agak malu-malu “Ehhh.., yang mana ya mbak?” jawabku pura-pura bego “Yang tadi itu lho, yang dikomputernya mas.” “Ohh.., ehh gak papa ya mbak? Ini aku carikan alamatnya” aku mulai mengetik alamat, dan muncul gambar-gambar orang lagi bercinta berat. Aku lihat matanya menatap monitor penuh hasrat. “ini tinggal di klik link-link yang ada. Banyak kok nantinya” Sambil aku beranjak pergi, mau kembali ke tempat operator. “Ehh, kemana mas? Temenin aku dong, siapa tau nanti ada kesulitan lagi.” Sambil tangannya meraih tanganku dan menarikku untuk duduk lagi. “Disini aja ya..” dan aku mengangguk pelan. Kami berdua mulai browsing situs-situs xxx, dan aku merasa duduk makin merapat. Mata Dewi tak lepas dari monitor, nafasnya terdengar agak memburu (aku juga demikian sihh hehehehe…).
Baca Juga Cerita Mesum Dewasa : MENGHAMILI ANAK TANTE dan ANAK PERAWAN SMP
Terasa tubuhku mulai bersentuhan dengannya, hangat dehh. Tangannya ditumpangkan kepahaku, membuat konty ku meluap meronta-ronta (waktu itu aku masih betul-betul perjaka… bayangkeunn), diusap-usap pahaku. Aku beranikan memeluk pinggangnya yang ramping dan aku rapatkan tubuhnya ke tubuhku. “Mas, udah pernah kayak yang dikomputer ini ndak?” tanyanya pelan, agak berbisik. Wajahnya betul-betul rapat dengan wajahku, bikin aku gelagepan. “Belum mbak, pacar aja gak punya, ciuman juga belum pernah…” jawabku jujur. “Ehmmm…, kalau gitu…” di berdiri kemudian berjalan kepintu depan. Pintu dikunci oleh dia, kemudian tulisan closed dibalik. Lalu dia kembali ke tempatku duduk, kembali memeluk aku yang sudah betul-betul panas dingin. “Mau nggak kayak gitu??” setengah berbisik dewi nanya didekat telingaku, seluruh badanku jadi merinding. Bibirnya ditempelkan ke telingaku. Anjrriiiiittttt……, aku gak bisa ngomong apa-apa. Tanpa menunggu jawabanku tangannya menarik tangan kiriku, ditempelkan ke toketnya. Gak terlalu besar sih, tanganku dibimbing untuk membuat gerakan mengusap dan meremas. Setelah aku bisa gerak sendiri, tanganku dilepaskan. Kemudian tangan kanan Dewi menelusup kedalam kaosku, meremas dan memilin-milin putingku. Badanku kayak kejang semua jadinya. “Mas, mau kan sama Dewi? Satu malam ini aku milikmu… masss” suaranya mendesah ditelingaku. Mulutnya memagut bibirku, lidahnya liar masuk kemulutku. Sementara aku mendesah-ndesah keenakan (pengalaman pertama …) tanganku semakin aktif meremas toketnya.
Tangan Dewi kemudian membuka beberapa kancing baju dinasnya, ehhh… ternyata masih ada kaos dalam. Kaos dalam dia sibakkan ke atas, kemudian BH juga dia sibakkan ke atas. Tanganku ditarik lagi buat meremas-remas toketnya, aku mulai bersemangat. Tangan Dewi menelusup ke celanaku, ****** yang udah bengkak diremas-remas…, ahhhhhh. Ubun-ubun kayak mau meledak. Sementara Dewi terus memagut seisi mulut dan lidahku. Perlhan kaosku dinaikkan keatas, bibir Dewi kemudian pindah menjelajahi dadaku. Lidahnya menjilati putingku…. Huuuuuhhhhh, sambil sesekali terasa gigitan-gigitan kecil yang sering bikin aku kaget. Terasa seluruh dadaku disapu lidahnya.., rasanya nyaman-nyaman gimana gitu, lidahnya mulai turun menjilati pusarku. Karuan aja aku mengelinjang kesana-kemari. Perlahan tangannya membuka risluting celanaku, diturunkan sebatas lutut. Didalam cd, ****** ini mulai terasa berdesir-desir, sementara Dewi dengan buas menciumi batang kejantananku. Tak lama kemudian, cd ku dilorotkan sebatas lutut juga. “Mas, burungnya lumayan besar ya.. emmm” sambil tangannya mengelus dan meremas-remas batangku. “Uhhhh…, emang besar ya mbakkk???” tanyaku sambil merem melek “Nggak terlalu besar sih, tapi pas segini nih…” Dewi menjawab sambil tangannya mulai mengocok batangku.
“Massss…., burungnya aku emut yaa??” “Iya mbak….” Aku udah gak konsen, Dewi lalu mulai mengulum kepala dan batang burungku pelan-pelan. Lembut banget, tangan kananku dengan gemas meremas-remas rambutnya yang pendek, rapi dan hemmmm…., sangat wangi. Dan tangan kiriki meremas toket dibalik baju dinasnya…, kenyal banget. Semakin lama kulumannya semakin cepat, aku semakin menggelinjang dan kelojotan. “Ohhhh…, Wii.., Dewiii.., sudahhhh…, sudahhh, aku nggak tahannnnn” aku menceracau sejadi-jadinya. Baru pertama kali diemut, sama cewk manis lagi…. Wahhhh betul juga, pangkal batangku mulai terasa senut-senut. “Dewiii.., ohhh gak tahan mbakkk…” senut-senutnya semakin kencang dan akhirnya terasa ada sesuatu menggelegak… crottt.., crottt. Spermaku keluar didalam mulut Dewi. Tapi….., aduhhhh Dewi nggak melepas batang burungku, tetap dikulum-kulum dan disedot. Terasa bukan nikmat yang sekarang, tetapi jadi geli gak tertahan. “sudah mbakkk…, geli aku..” sambil tanganku berusaha melepas kepala Dewi dari burungku. Tak berapa lama ia melepas mulutnya dari burungku…, uhhhhhh. Seluruh badan lemas serasa tak bertulang. Dewi tersenyum melihatku, kulihat mulutnya sedikit mengecap-ngecap. “Ehhh mbak, spermaku mbak telan ya??” tanyaku “Iya, nggak papa kok. Sehat tuh, rasanya emang agak asin sihh. Lagian daripada nyemprot kemana-mana, bisa kena macem-macem tuhh….” Dewi menjawab sambil tersenyum genit. Tangannya mulai bergerilya lagi mengejar batang burungku yang sudah mulai mengkerut. Dipegang dan mulai dielus lagi…, aku masih menggelinjang geli…, tapi lama-lama mulai terasa hangat dan nikmat lagi. Mulutnya kembali memagut mulutku, kami berciuman dengan ganas.
Aku mulai bisa mengimbangi permainannya. “Mas, setelah ini giliranku yang dikasih kenikmatan ya?” sambil nafasnya mulai tersengal-sengal “Ya mbak, aku puasin mbak dehh” tanganku dibimbing untuk ikut melepas celana dinas coklat miliknya. Aku plorotkan hingga sebatas lutut. Tampak celana dalam warna hitam yang menutupi gundukan. Nggak sabar sekalian aku plorotin celana dalamnya. Terlihat jembut tebal menghiasi gundukan daging. Tanganku mulai mengusap dan berusaha menyibak jembutnya, mencari sesuatu seperti yang ada di situs-situs porno. Dengan lembut tangan Dewi membimbing tanganku, dan mengarahkan mulutku kea rah memeknya. Cuma karena celana Cuma dilorot sebatas lutut, maka agak sulit untuk sampai ke memeknya. Akhirnya lidahku dapat menjangkau memeknya, kujilat dikit-dikit dan terasa agak basah (hihihi…, agak bau keringat ya.., nggak papa). Dewi mulai mendesah lirih, aku tambah ritmenya. “Masss…, ayo masukin aja ya…, udah nggak tahan nih..” Dewi bersuara lirih. “Ya mbak” Aku kembali berdiri dan bersiap dengan burungku. Tapi aku kebingungan, dengan posisi celanaku yang sebatas lutut dan Dewi yang juga sama kami berdua keliatannya sama-sama bingung. “Mbak…, masukinnya gimana nih??” “Ehh.., iya ya mas…., gimana kalau dari belakang saja? Aku agak nungging ya…” “Ya deh.., terserah mbak.
Aku masih bingung nih..” Lalu Dewi berbalik dan posisi merangkak, kedua pahanya direnggangkan sehingga memeknya sedikit tampak membuka. “Sini mas, masukkan…, tusuk ke yang sini yaa…” tangannya menjangkau dan memegang batangku, ditarik pelan-pelan kearah lubang memeknya yang agak basah. Sebentar kemudian, kepala burungku digesek-gesekkan ke memeknya, nikmat sekali… Aku mulai sedikit mendorong batang burungku kelubang memeknya. Pelan-pelan, batangnya mulai ambles kedalam memek. Tanganku mulai meremas-remas pantat Dewi…. (gila, bulat banget nih pantat polwan, kenceng banget lagi. Banyak olahraga kali ya?). Terkadang tanganku menyusup kedalam baju dinasnya dan meremas-remas toketnya serta memilin putting susunya. Dewi mendesah-ndesah keenakan. “Gimana masss??? Enakkk?… terus mas maju mundur aja….” “Ya mbak, enak. Mbak seksi banget yahh, udah langsing pantatnya montok lagi” pujiku jujur “Ahhh mas, bisa aja. Burung mas juga enak kok…, kuat banget, padahal baru keluar habis-habisan lho tadi…” godanya genit. “gimana mas perasaannya nggoyang polwan??” “Ehhh…, agak deg-degan juga…”sambil pinggulku memaju mundurkan batang didalam memeknya. Sambil mataku lihat jam dinding, 22.30. tanganku semakin familiar dengan lekuk-lekuk tubuh Dewi. Pundak Dewi kemudian merendah, pantatnya sekarang benar-benar nungging, nafasnya mulai memburu tak teratur. “Ahhhh… mass…, enakkkkk, terusss” badannya mengeliat-geliat, sesekali tampak pantat bulatnya mengejang.
“ohhhh…. Ohhhhh….., ahhhhhhhh” Tampak seluruh badan Dewi mengejang beberapa saat dan kemudian mengendur pelan-pelan. “Aku dah orgasme mass…., ayo mas terus aja sampe keluar” matanya sayu tapi mengerling manja ke arahku. “Mau ganti gaya ya mas?? Spooning aja ya? Mas pasti tau dehh… yukk” “Ya mbak” aku pelan-pelan rebah bersama Dewi. Posisi spooning sekarang, aku peluk Dewi dari belakang sambil sku sodokkan burungku berulang-ulang dan sekuat tenaga. “ahh…, ahhh…, ahhh” Dewi menjerit pelan, aku terus memompa “Ahhhh mbakkk…, akuu keluarrrrr…” tubuhku mengejang dan crott…crottt. Spermaku keluar untuk kedua kalinya… Pelukanku ke Dewi bagai mencengkeram sampai Dewi sepertinya sulit bernafas. “masss…., puas ya” ucapnya lembut dan manja…, aku hanya mengangguk sambil tersenyum. Aku melirik jam dinding.., sudah jam 23.15. “Ada apa sih mas, kok lihat jam??? Nggak suka ya?” Dewi merengut “nggak mbak.., tapi udah hamper jam setengah dua belas, temenku yang aplusan jaga bentar lagi dating” jelasku “Ohhh… kirain..” senyumnya manja kemudian kepalanya menoleh ke wajahku dan mulai memagut mulutku lagi. “ya udah…, kita beres-beres dulu yuk” Aku melepas batangku yang mulai lemas dari memeknya, kuambil tisu untuk menahan dan membersihkan cairan disekitar memeknya.
“Makasih ya mas” sambil dia merapikan kembali seragam polwannya. Merapikn lagi rambutnya yang pendek…, aku suka sekali melihatnya. “Mbak cantik banget dehhh” “ahhh mass…., makasih juga. Sama-sama, aku juga sangat menikmati ini kok. Kalau bisa lain kali kita ketemuan lagi…, aku percaya kamu kok” balasnya masih dengan nada manja. “Ehh…, boleh minta nomer hp ya mas…, supaya bisa ketemuan lagi” “Tentu mbak, mbak baik banget. Perjakaku diambil mbak lhooo…..” aku sedikit tersipu “Ohhh…, maaf ya. Habis aku pngen banget sihhhh… semoga kamu suka dan nggak kapok” setelah rapi, dia memakai sepatu dan mau membayar internet. “ndak usah mbak.., ini bayarannya sudah sangat berlebih kok” jawabku “Ahhh… yaudah. Makasih ya ..” Setelah tukar menukar nomer hp, Dewi membuka pintu dan menyempatkan kissbye yang aku bales dengan lebih mesra. Dan sejak itu kadang-kadang aku ketemuan dengan Dewi diberbagai tempat.Beberapa minggu setelah itu Dewi bercerai dengan suaminya. Hubunganku dengan Dewi hingga tahun 2004. Tahun itu dewi udah punya suami baru, seorang perwira polisi. Aku ndak berani ketemuan lagi, dan Dewi kayaknya sekarang betul-betul sayang sama suaminya. Aku turut bersyukur saja. Demikianlah cerita seks terbaru SUTINI NAMANYA dan POLWAN YANG MANIS oleh cerita sex hot.