Cerita Dewasa – Cerita Sex Sebut saja namanya “Bunga” (nama samaran), Dia ialah seorang perempuan bersuku campuran Cerita Skandal, Bapaknya berasal dari kota Menado dan Ibunya dari kota Makassar. Bapaknya ialah seorang polisi berpangkat Serma, sedang ibunya ialah pengusaha kayu.
Singkat cerita, saat hari Pertama aku bertemu dengan rekan kuliahku, rasanya kami langsung akrab sebab memang sewaktu kami sama-sama duduk di bangku kuliah, kami paling kompak dan tidak jarang tidur bareng di lokasi tinggal kos-ku di kota Bone. Bahkan biasanya dia mentraktirku.
“Indra, aku senang sekali bertemu denganmu dan memang telah lama kucari-cari, maukah anda menginap barang sehari atau 2 hari di rumahku?” katanya padaku seraya merangkulku dengan erat sekali. Nama rekan kuliahku itu ialah “Jori”.
“Kita lihat saja nanti. Yang jelas aku paling bersukur kita dapat ketemu di lokasi ini. Mungkin berikut namanya nasib baik, sebab aku sama sekali tidak mengasumsikan kalo anda tinggal di kota Makassar ini” jawabku sambil menjawab rangkulannya. Kami berangkulan lumayan lama di dekat pasar sentral Makassar, tepatnya di lokasi jualan cakar.
“Ayo kita ke lokasi tinggal dulu Ndra, nanti kita ngobrol panjang lebar di sana, sekaligus kuperkenalkan istriku” ajaknya seraya menuntunku naik ke mobil Feroza miliknya. Setelah kami mendarat di halaman rumahnya, Jori terlebih dahulu turun dan segera membuka pintu mobilnya di sebelah kiri kemudian mempersilakan aku turun. Aku paling kagum menyaksikan rumah lokasi tinggalnya yang berlantai 2. Lantai bawah dipakai sebagai gudang dan kantor perusahaannya, sedangkan lantai atas dipakai sebagai lokasi tinggal bareng istri. Aku hanya ikut di belakangnya.
“Inilah hasil usaha kami Bun selama beberapa tahun di Makassar” katanya sambil mengindikasikan tumpukan beras dan ruangan kantornya.
“Wah lumayan hebat anda Jor. Usahamu lumayan lumayan. Kamu sangat sukses dibanding aku yang belum jelas sumber kehidupanku” kataku padanya.
“Dar, Dar, inilah rekan kuliahku dulu yang pernah kuceritakan tempo hari. Kenalkan istri cantik saya” teriak Jori memanggil istrinya dan langsung kami dikenalkan.
“Bunga”, kata istrinya menyinggung namanya saat kusalami tangannya seraya ia tersenyum ramah dan manis seolah mengindikasikan rasa kegembiraan.
“Indra”, kataku pula sambil menjawab senyumannya.
“Silakah Kak, dinikmati hidangan ala kadarnya” anjuran Bunga menyentuh langsung ke lubuk hatiku. Selain sebab senyuman manisnya, kelembutan suaranya, pun karena penampilan, keelokan dan sengatan bau parfumnya yang harum itu. Bunga hnya terdiam mendengar kami bincang-bincang dengan suaminya, namun sesekali ia memandangiku dan menampakkan wajah cerianya.
“Sekarang giliranmu Ndra kisah tentang perjalanan hidupmu bareng istri setelah semenjak tadi Hanya aku yang bicara.
Silahkan saja kisah panjang lebar mumpun hari ini aku tidak ada kegiatan di luar. Lagi pula anggaplah hari ini ialah hari keistimewaan anda yang butuh dirayakan bersama. Bukankah begitu Dar..?” kata Jori seolah cari sokongan dari istrinya dan waktunya siap dipakai khusus untukku.
“Ok, bila gitu aku bakal utarakan sedikit tentang kehidupan lokasi rumah tanggaku, yang sangat berbeda dengan kehidupan lokasi rumah tangga kalian” ucapanku sambil membetulkan dudukku di atas kursi lunak itu. “Maaf andai terpaksa kuungkapkan secara terus terang. Sebenarnya kedatanganku di kota Makassar ini malah karena dirangsang oleh problem lokasi tinggal tanggaku.
Baca Juga Cerita Bokep : KAKAKKU PEMUAS BIRAHIKU
“Begini Ndra, barangkali pertemuan kita ini benar terdapat hikmahnya, karena kebetulan sekali kami perlu teman seperti anda di lokasi rumah ini.
Kami kan belum dikaruniai seorang anak, sampai-sampai kami tidak jarang kali kesepian. Apalagi andai aku ke luar kota contohnya ke Bone, maka istriku darurat sendirian di lokasi tinggal meskipun sekali-kali ia memanggil kemanakannya guna menemani sekitar aku tidak ada, namun aku tetap menghawatirkannya.
Untuk itu, andai tidak memberatkan, aku mau kamu bermukim bersamaku. Anggaplah anda sudah dapatkan lapangan kerja baru sebagai sumber mata pencaharianmu. Segala kebutuhan sehari-harimu, aku akan menanggung sesuai kemampuanku” kata Jori bersungguh-sungguh yang sesekali diiyakan oleh istrinya.
Tiba-tiba Jori dan Bunga bersamaan berdiri dan langsung saling berpelukan, bahkan saling mengecup bibir sebagai tanda kegembiraannya. Lalu Jori melanjutkan rangkulannya padaku dan pun mengecup pipiku, sampai-sampai aku sedikit malu dibuatnya.
“Terima kasih Ndra atas kesediaanmu menerima tawaranku semoga anda berbahagia dan tidak kendala apapun di lokasi tinggal ini.
Kami tak memerlukan keterampilanmu, tetapi kehadiranmu mendampingi kami di lokasi tinggal ini. Kami hanya perlu teman bermain dan tukar pikiran, karena tenaga kerjaku sudah lumayan untuk menolong mengelola usahaku di luar. Kami sewaktu-waktu memerlukan nasehatmu dan istriku tentu merasa terhibur dengan kehadiranmu menemani andai aku keluar rumah” katanya dengan paling bergembira dan senang mendengar persetujuanku.
Kami bertiga sudah lumayan akrab dan hidup dalam satu lokasi tinggal seperti saudara kandung bersenda gurau, bersenda gurau dan bergaul tanpa batas seolah tidak terdapat perbedaan status laksana majikan dan karyawannya. Kebebasan pergaulanku dengan Bunga memuncak saat Jori berangkat ke Sulawesi Tenggara selama beberapa hari untuk membawa beras guna di jual di sana sebab ada permintaan dari langgarannya.
Pada malam pertama embarkasi Jori, Bunga nampak gembira sekali seolah tidak terdapat kekhawatiran apa-apa. Bahkan sempat mengatakan untuk suaminya tersebut kalau ia tidak fobia lagi ditinggalkan meskipun berbulan-bulan lamanya sebab sudah terdapat yang menjaganya, tetapi ucapannya tersebut dianggapnya sebagai format humor terhadap suaminya. Jori juga nampak tidak terdapat kekhawatiran meninggalkan istrinya dengan dalil yang sama.
Malam tersebut kami (aku dan Bunga) menonton bareng di ruang tamu sampai larut malam, sebab kami seraya tukar pengalaman, tergolong soal sebelum nikah dan latar belakang perkawinan kami masing-masing. Sikap dan tingkah laku Bunga sedikit bertolak belakang dengan malam-malam sebelumnya. Malam itu, Bunga menciptakan kopi susu dan menyodorkanku bareng pisang susu, kemudian kami nikmati bersama-sama seraya nonton. Ia santap sambil berbaring di sampingku seolah dirasakan biasa saja. Sesekali ia mengembalikan tubuhnya kepadaku seraya bercerita, tetapi aku pura-pura bersikap biasa, meskipun terdapat ganjalan mengherankan di benakku.
“Ndra, anda tidak keberatan khan menemaniku nonton malam ini? Besok khan tidak terdapat yang mengganggu kita sampai-sampai kita dapat tidur siang sepuasnya?” tanya Bunga tiba-tiba seolah ia tak mengantuk sedikitpun.
“Tidak kok Dar. Aku malah senang dan bahagia dapat nonton bareng majikanku” kataku tidak banyak menyanjungnya. Bunga kemudian mencubitku dan.
“Wii de.. De, kok aku dibilangin majikan. Sebel aku mendengarnya. Ah, tidak boleh ulang kata tersebut lagi deh, aku tak sudi dipanggil majikan” katanya.
“Hi.. Hi.. Hi, tidak salah khan. Maaf andai tidak senang, aku Hanya main-main. Lalu aku mesti panggil apa? Adik, Non, Nyonya atau apa?”
“Terserah dech, yang pasti bukan majikan. Tapi aku lebih seneng andai kamu memanggil aku adik” katanya santai.
“Oke bila begitu maunya. Aku bakal panggil adik saja” kataku lagi.
Malam semakin larut. Tak satupun tersiar suara kecuali suara kami berdua dengan suara TV. Bunga tiba-tiba bangkit dari pembaringannya.
“Ndra, apa anda sering nonton kaset VCD bareng istrimu?” tanya Bunga dengan sedikit rendah suaranya seolah enggan didengar orang lain.
“Eng.. Pernah, namun sama-sama dengan orang lain pun karena kami nonton di rumahnya” jawabku menyembunyikan sikap keherananku atas pertanyaannya yang tiba-tiba dan sedikit mengherankan itu.
“Kamu ingat judulnya? Atau jalan ceritanya?” tanyanya lagi.
“Aku tak ingat judulnya, namun pemainnya ialah Rhoma Irama dan ceritanya ialah masalah percintaan” jawabku dengan pura-pura bersikap biasa.
“Masih inginkan ngga anda temani aku nonton film dari VCD? Kebetulan aku punya kaset VCD yang banyak. Judulnya macam-macam. Terserah yang mana Indra suka” tawarannya, namun aku sempat berfikir bila Bunga bakal memutar film yang aneh-aneh, film orang dewasa dan seringkali khusus disaksikan oleh suami istri untuk membangunkan gairahnya.
Setelah kupikir segala resiko, keyakinan dan dosa, aku lalu buat alasan.
“Sebenarnya aku senang sekali, namun aku takut.. Eh.. Maaf aku sudah ngantuk. Jika tidak keberatan, lain kali saja, tentu kutemani” kataku tidak banyak bimbang dan fobia alasanku salah. Tapi kesudahannya ia terima meskipun nampaknya tidak banyak kecewa di wajahnya dan tidak cukup semangat.
“Baiklah andai memang anda sudah ngantuk. Aku tidak inginkan sama sekali memaksamu, lagi pula aku sudah lumayan senang dan bahagia kamu mau menemaniku nonton hingga selarut ini. Ayo anda masuk tidur” katanya seraya mematikan TV-nya, tetapi sebelum aku menutup pintu kamarku, aku menyaksikan sejenak ia sempat memperhatikanku, namun aku pura-pura tidak menghiraukannya.
Di atas lokasi tidurku, aku gelisah dan bingung memungut keputusan mengenai alasanku bila kelak atau lusa ia pulang mengajakku nonton film tersebut. Antara mau, malu dan rasa takut tidak jarang kali menghantukiku. Mungkin dia pun mengalami urusan yang sama, sebab dari dalam kamarku tidak jarang kali terdengar terdapat pintu kamar tersingkap dan tertutup serta air di kamar mandi selalu terdengar tertumpah.
Setelah kami santap malam bareng keesokan harinya, kami pulang nonton TV sama-sama di ruang tamu, namun penampilan Bunga kali ini agak beda dari biasanya. Ia berpakaian serba tipis dan terhirup bau parfumnya yang harum menyengat hidup sepanjang ruang tamu itu. Jantungku sempat berdebar dan hatiku gelisah mencari dalil untuk menampik ajakannya itu, meskipun gejolak hati kecilku untuk mengekor kemauannya lebih banyak dari penolakanku.
Belum aku sempat menemukan dalil tepat, maka
“Ndra, masih ingat janjimu tadi malam? Atau anda sudah ngantuk lagi?” pertanyaan Bunga tiba-tiba mengagetkanku. “O, oohh yah, aku ingat. Nonton VCD khan? Tapi tidak boleh yang seram-seram donk filmnya, aku tak suka. Nanti aku takut dan membuatku sakit, khan repot jadinya” jawabku mengingatkan guna tidak memutar film porn.
“Kita liat aja permainannya. Kamu tentu senang menyaksikannya, sebab aku yakin anda belum pernah menontonnya, lagi pula ini film baru” kata Bunga seraya meraih kotak yang mengandung setumpuk kaset VCD lalu unik sekeping kaset yang sangat di atas seolah ia sudah mempersiapkannya, kemudian memasukkan ke CD, kemudian mundur dua tahapan dan duduk di sampingku menantikan apa gerangan yang akan hadir di layar TV tersebut.
Dag, dig, dug, getaran jantungku semakin keras menantikan gambar yang bakal tampil di layar TV. Mula-mula aku yakin bila filmnya ialah film yang bisa dipertontonkan secara umum sebab gambar pertama yang muncul ialah dua orang gadis yang sedang berlomba naik speed board atau sampan dan saling membalap di atas air sungai. Namun dua menit kemudian, hadir pula dua orang lelaki memburuhnya dengan naik kendaraan yang sama, kesudahannya keempatnya bertemu di ambang sungai dan bergandengan tangan kemudian masuk ke di antara villa guna bersantai bersama.
Tak lama lantas mereka berpasang-pasangan dan saling membuka pakaiannya, kemudian saling merangkul, menghirup dan seterusnya sebagaimana layaknya suami istri. Niat penolakanku tadi tiba-tiba terlupakan dan terganti dengan niat kemauanku. Kami tidak dapat mengeluarkan kata-kata, terutama saat kami menonton dua pasang muda mudi bertelanjang bulat dan saling menjilati kemaluannya, bahkan saling mengadu perangkat yang sangat vitalnya. Kami hanya dapat saling memandang dan tersenyum.
“Gimana Ndra,? Asyik khan? Atau ganti yang beda saja yang lucu-lucu?” pancing Bunga, namun aku tak menjawabnya, justeru aku melenguh panjang.
“Apa anda sering dan senang nonton film beginian bareng suamimu?” giliran aku bertanya, namun Bunga Hanya menatapku tajam kemudian mengangguk.
“Hmmhh” kudengar suara nafas panjang Bunga keluar dari mulutnya.
“Apa anda pernah praktekkan laksana di film tersebut Ndra?” tanya Bunga saat salah seorang wanitanya sedang menungging kemudian laki-lakinya menusukkan kontolnya dari belakang kemudian mengocoknya dengan kuat.
“Tidak, belum pernah” jawabku singkat seraya kembali bernafas panjang.
“Maukah anda mencobanya nanti?” tanya Bunga dengan suara rendah.
“Dengan siapa, kami khan pisah dengan istri guna sementara” kataku.
“Jika anda bertemu istrimu nanti atau perempuan lain misalnya” kata Bunga.
Bandar Judi Sakongkiu Indonesia
“Yachh.. Kita liat saja nanti. Boleh pun kami jajaki nanti hahaha” kataku.
“Ndra, apa malam ini anda tidak hendak mencobanya?” Tanya Bunga seraya sedikit merapatkan tubuhnya padaku. Saking rapatnya sampai-sampai tubuhnya terasa hangatnya dan bau harumnya.
“Dengan siapa? Apa dengan perempuan di TV itu?” tanyaku memancing.
“Gimana andai dengan aku? Mumpung Hanya kita berdua dan nggak akan ada orang lain yang tahu. Mau khan?” Tanya Bunga lebih jelas lagi mengarah seraya menyentuh tanganku, bahkan menyandarkan badannya ke badanku.
Sungguh aku kaget dan jantungku seolah copot mendengar rincian pertanyaannya itu, lagipula ia menyentuhku. Aku tidak dapat lagi beranggapan apa-apa, tetapi menerima apa adanya malam itu. Aku tidak bakal mungkin dapat menolak dan mengecewakannya, lagipula aku paling menginginkannya, sebab telah beberapa bulan aku tidak melakukan sex dengan istriku. Aku mengupayakan merapatkan badanku pula, lalu membelai tangannya dan merangkul punggungnya, sampai-sampai terasa hangat sekali.
“Apa anda serius? Apa ini mimpi atau kenyataan?” Tanyaku amat gembira.
“Akan kubuktikan keseriusanku sekarang. Rasakan ini sayang” tiba-tiba Bunga melompat kemudian mengangkangi kedua pahaku dan duduk di atasnya seraya memelukku, serta menghirup pipi dan bibirku bertubi-tubi.
Tentu aku tidak dapat menyia-nyiakan peluang ini. Aku segera menyambutnya dan membalasnya dengan sikap dan perbuatan yang sama. Nampaknya Bunga sudah hendak segera memperlihatkan dengan melepas sarung yang dipakainya, namun aku belum inginkan membuka celana panjang yang kepakai malam itu.
Pergumulan kami dalam posisi duduk lumayan lama, meskipun berkali-kali Bunga memintaku guna segera melepas celanaku, bahkan ia sendiri sejumlah kali berjuang membuka kancingnya, tapi tidak jarang kali saja kuminta supaya ia bersabar dan pelan-pelan karena waktunya masih panjang.
“Ayo Kak Ndra, cepat sayang. Aku telah tak tahan hendak membuktikannya” rayu Bunga seraya melepas rangkulannya kemudian ia istirahat telentang di atas karpet abu-abu sambil unik tanganku guna menindihnya. Aku tidak tega tidak mempedulikan ia penasaran terus, sampai-sampai aku segera menindihnya.
“Buka celana sayang. Cepat.. Aku telah capek nih, mari dong,” pintanya.
Akupun segera menuruti permintaannya dan melepas celana panjangku. Setelah itu, Bunga menjepitkan ujung jari kakinya ke bagian atas celana dalamku dan berjuang mendorongnya ke bawah, namun ia tak sukses karena aku sengaja mengusung punggungku tinggi-tinggi guna menghindarinya.
Ketika aku mengupayakan menyingkap baju daster yang dipakaianya ke atas kemudian ia sendiri melepaskannya, aku kaget karena tak kusangka bila ia sama sekali tidak gunakan celana. Dalam hatiku bahwa barangkali ia memang sengaja siap-siap bakal bersetubuh denganku malam itu. Di bawah sinar lampu 10 W yang dibarengi dengan cahaya TV yang semakin seru bermain bugil, aku paling jelas menonton sebuah lubang yang dikelilingi daging montok nan putih mulus yang tidak ditumbuhi bulu selembar pun.
Tampak menonjol suatu benda mungil laksana biji kacang di tengah-tengahnya. Rasanya lumayan menantang dan mempertinggi birahiku, namun aku tetap berjuang mengendalikannya supaya aku dapat lebih lama bermain-main dengannya. Ia kini sudah bugil 100%, sampai-sampai terlihat format tubuhnya yang langsing, putih mulus dan estetis sekali dipandang.
“Ayo donk, tunggu apa lagi sayang. Jangan biarkan aku tersiksa seperti ini” pinta Bunga tak pernah berhenti guna segera merasakan puncaknya.“Tenang sayang. Aku tentu akan memuaskanmu malam ini, namun saya masih inginkan bermain-main lebih lama biar anda lebih banyak menikmatinya” kataku.
Secara perlahan namun pasti, ujung lidahku mulai menyentuh tepi lubang kenikmatannya sehingga menciptakan pinggulnya bergerak-gerak dan berdesis.
“Nikmat khan bila begini?” tanyaku berbisik seraya menggerak-gerakkan lidahku ke kiri dan ke kanan kemudian menekannya lebih dalam lagi sampai-sampai Bunga separuh berteriak dan mengusung tinggi-tinggi pantatnya seolah ia menyambut dan hendak memperdalam masuknya ujung lidahku.
Ia Hanya mengangguk dan memperdengarkan suara desis dari mulutnya.
“Auhh.. Aakkhh.. Iihh.. Uhh.. Oohh.. Sstt” suara tersebut tak dapat dikurangi saat aku gocok-gocokkan secara lebih dalam dan keras serta cepat keluar masuk ke lubang kemaluannya.
“Teruuss sayang, nikkmat ssekalii.. Aakhh.. Uuhh. Aku belum pernah menikmati seperti ini sebelumnya” katanya dengan suara yang agak keras seraya menarik-narik kepalaku supaya lebih rapat lagi.
“Bagaimana? Sudah siap menyambut lidahku yang panjang lagi keras?” tanyaku sambil melepas seluruh pakaianku yang masih tersisa dan kamipun sama-sama bugil.
Persentuhan tubuhku tak sehelai benangpun yang melapisinya. Terasa hangatnya hawa yang keluar dari tubuh kami. “Iiyah,. Dari tadi aku menunggu. Ayo,. Cepat” kata Bunga tergesa-gesa seraya membuka lebar-lebar kedua pahanya, bahkan membuka lebar-lebar lubang vaginanya dengan menarik kiri kanan kedua bibirnya untuk mempermudah jalannya kemaluanku masuk lebih dalam lagi.
Aku juga tidak ingin menunda-nunda lagi sebab memang aku telah puas bermain lidah di mulut atas dan mulut bawahnya, lagipula keduanya paling basah. Aku kemudian mengusung kedua kakinya sampai bersandar ke bahuku lalu berjuang menusukkan ujung kemaluanku ke lubang vagina yang semenjak tadi menantikan itu. Ternyata tidak dapat kutembus sekaligus cocok keinginanku. Ujung kulit penisku tertahan, sebenarnya Bunga telah bukan perawan lagi.
“Ssaakiit ssediikit.., ppeelan-pelan sedikit” kata Bunga saat ujung penisku tidak banyak kutekan agak keras. Aku gerakkan ke kiri dan ke kanan tapi pun belum sukses amblas.
Aku turunkan kedua kakinya kemudian meraih suatu bantal kursi yang di belakangku kemudian kuganjalkan di bawah pinggulnya dan membuka lebar kedua pahanya kemudian kudorong penisku agak keras sampai-sampai sudah mulai masuk setengahnya.
Bungapun mengerang keras namun tidak berbicara apa-apa, sampai-sampai aku tak peduli, justeru semakin kutekan dan kudorong masuk sampai amblas seluruhnya. Setelah semua batang penisku tenggelam semua, aku sejenak berhenti bergerak sebab capek dan melemaskan tubuhku di atas tubuh Bunga yang pun diam seraya bernafas panjang seolah baru kali ini merasakan betul persetubuhan.
Bunga kembali menggerak-gerakkan pinggulnya dan akupun menyambutnya. Bahkan aku tarik maju mundur tidak banyak demi sedikit sampai jalannya agak cepat kemudian cepat sekali. Pinggul kami bergerak, bergoyang dan berputar seirama sehingga memunculkan bunyi-bunyian yang berirama pula.
“Tahan sebentar” kataku seraya mengusung kepala Bunga tanpa menarik keluar penisku dari lubang vagina Bunga sampai-sampai kami dalam posisi duduk.
Kami saling merangkul dan menggerakkan pinggul, namun tidak lama sebab terasa sulit. Lalu aku berbaring dan telentang seraya menarik untuk Bunga mengikutiku, sampai-sampai Bunga sedang di atasku. Kusarankan supaya ia menggoyang, mengocok dan memompa dengan keras lagi cepat. Ia pun lumayan mengerti keinginanku sampai-sampai kedua tangannya bertumpu di atas dadaku kemudian menghentakkan agak keras bolak balik pantatnya ke penisku, sampai-sampai terlihat kepalanya lemas dan seolah inginkan jatuh karena baru kali tersebut ia melakukannya dengan posisi laksana itu.
Karena itu, kumaklumi andai ia cepat capek dan segera menjatuhkan tubuhnya menempel ke atas tubuhku, meskipun pinggulnya masih tetap bergerak naik turun.
“Kamu barangkali sangat capek. Gimana bila ganti posisi?” kataku seraya mengusung tubuh Bunga dan melapas rangkulannya.
“Posisi bagaimana lagi? Aku sudah beberapa kali merasa nikmat sekali” tanyanya heran seolah tidak tahu apa yang bakal kulakukan, tetapi tetap ia ikuti permintaanku sebab ia juga merasa sangat nikmat dan belum pernah merasakan permainan seperti tersebut sebelumnya.
Baca Juga Cerita Hot : CERITA SEX KAKAK ADIK
“Terima saja permainanku. Aku bakal tunjukkan beberapa pengalamanku”
“Yah.. Yah.. Cepat kerjakan apa saja” katanya singkat.
Aku berdiri kemudian mengusung tubuhnya dari belakang dan kutuntunnya sampai ia dalam posisi nungging. Setelah kubuka sedikit kedua pahanya dari belakang, aku kemudian menusukkan ujung penisku ke lubangnya kemudian mengocok dengan keras dan cepat sehingga memunculkan bunyi dengan irama yang estetis seiring dengan gerakanku. Bunga pun megap-megap dan napasnya terputus-putus menerima kesenangan itu.
Posisi kami ini tak lama karena Bunga tak dapat menahan rasa capeknya berlutut seraya kupompa dari belakan. Karenanya, aku kembalikan ke posisi semula yaitu istirahat telentang dengan paha tersingkap lebar kemudian kutindih dan kukocok dari depan, kemudian kuangkat kedua kakinya bersandar ke bahuku.
Posisi berikut yang menciptakan permainan kami memuncak sebab tak lama sesudah itu, Bunga berteriak-teriak seraya merangkul keras pinggangku dan mencakar-cakar punggungku. Bahkan sesekali unik keras wajahku menempel ke wajahnya dan menggigitnya dengan gigitan kecil. Bersamaan dengan tersebut pula, aku menikmati ada cairan hangat mulai menjalar di batang penisku, terutama saat terasa sekujur tubuh Bunga gemetar.
Aku tetap berjuang untuk menghindari pertemuan antara spermaku dengan sel telur Bunga, namun terlambat, sebab baru aku mengupayakan mengusung punggungku dan berniat menumpahkan di luar rahimnya, namun Bunga justeru mengikatkan tangannya lebih erat seolah melarangku menumpahkan di luar yang kesudahannya cairan kental dan hangat tersebut terpaksa tumpah seluruhnya di dalam rahim Bunga. Bunga nampaknya tidak menyesal, justeru sedikit ceria menerimanya, namun aku diliputi rasa fobia kalau-kalau jadi janin nantinya, yang bakal membuatku malu dan hubungan persahabatanku berantakan.
Setelah kami sama-sama menjangkau puncak, puas dan merasakan persetubuhan yang sesungguhnya, kami lalu terbaring di atas karpet tanpa bantal. Layar TV telah berwarna biru sebab pergumulan filmnya semenjak tadi selesai. Aku lihat jam dinding mengindikasikan pukul 12.00 malam tanpa terasa kami bermain tidak cukup lebih 3 jam. Kami sama-sama terdiam dan tak dapat berkata-kata apapun sampai tertidur lelap. Setelah terbangun jam 7.00 pagi di lokasi itu, rasanya masih terasa capek bercampur segar.
“Nis, anda sangat hebat. Aku belum pernah mendapatkan kesenangan dari suamiku sekitar ini laksana yang anda berikan tadi malam” kata Bunga saat ia pun terbangun pagi tersebut sambil merangkulku.
“Benar nih, jangan-jangan Hanya gombal guna menyenangkanku” tanyaku.
“Sumpah.. Terus cerah suamiku lebih tidak sedikit memikirkan kesenangannya dan posisi mainnya Hanya satu saja.
Ia di atas dan aku di bawah. Kadang ia loyo sebelum kami apa-apa. Kontolnya pendek sekali sampai-sampai tidak dapat memberikan kesenangan padaku laksana yang kami berikan. Andai saja anda suamiku, tentu aku bahagia sekali dan tidak jarang kali mau bersetubuh, bila perlu masing-masing hari dan masing-masing malam” paparnya seolah menyesali hubungannya dengan suaminya dan mencocokkan denganku.
“Tidak boleh sayang. Itu namanya telah jodoh yang tidak dapat kita tolak.
Kitapun berjodoh bersetubuh dengan teknik selingkuh. Sudahlah. Yang urgen kita telah menikmatinya dan bakal terus menikmatinya” kataku seraya menenangkannya sekaligus menghirup keningnya.
“Maukah anda terus menerus memberiku kesenangan seperti tadi malam tersebut ketika suamiku tak terdapat di rumah” tanyanya menuntut janjiku.
“Iyah, tentu selama aman dan aku bermukim bersamamu. Masih tidak sedikit permainanku yang belum kutunjukkan” kataku berjanji bakal mengulanginya
“Gimana bila istri dan anak-anakmu nanti datang?” tanyanya khawatir.
“Gampang diatur. Aku kan pembantumu, sampai-sampai aku dapat selalu dekat denganmu tanpa ketidakpercayaan istriku.
Apalagi istriku tentu tak tahan bermukim di kota karena ia telah terbiasa di kampung bareng keluarganya namun yang kutakutkan andai kamu hamil tanpa dinyatakan suamimu” kataku.
“Aku tak akan hamil, sebab aku bakal memakan pil KB sebelum bermain seperti yang kulakukan tadi malam, sebab memang sudah kurencanakan” kara Bunga terus terang.
Setelah kami bincang-bincang seraya tiduran di atas karpet, kami kemudian ke kamar mandi setiap membersihkan diri kemudian kami ke halaman rumah mencuci setelah sarapan pagi bersama. Sejak ketika itu, kami nyaris setiap malam melakukannya, terutama saat suami Bunga tak terdapat di rumah, baik siang hari lagipula malam hari, bahkan sejumlah kali kulakukan di kamarku saat suami Bunga masih tertidur di kamarnya, karena Bunga sendiri yang mengunjungi kamarku saat sedang “haus”.
Entah hingga kapan urusan ini bakal berlangsung, namun yang jelas sampai saat ini kami masih selalu hendak melakukannya dan belum terdapat tanda-tanda ketidakpercayaan dari suaminya dan dari istriku. Demikian lah Cerita Bokep KUGARAP ISTRI TEMANKU oleh Cerita sex hot