Cerita mesum ABG – Cerita bokep dan cerita seks ini adalah cerita panas dari kisah nyata pada waktu itu.. Akhirnya malam harinya sekitar jam 19.00 saya telah berdiri didepan rumahnya sambil mengetuk pagarnya tidak lama setelah itu L. muncul dari balik pintu sambil tersenyum manis sekali dia mengenakan kaos ketat dan rok yang kira-kira panjangnya hampir mencapai lutut berwarna hitam. Saya tanya, “Mana ortu kamu…”, dia bilang kalau di rumah itu dia cuma tinggal bersama papanya dan pembantu, sedangkan kalau kakaknya dan mamanya di kota lain. “Oohh jawab saya,” saya tanya lagi “Terus Papa kamu mana?” dia jawab kalau Papa lagi keluar ada rapat lain di hotel (papanya seorang pejabat kira-kira setingkat dengan wagub) jadi saat itu juga kami langsung jalan naik motorku dan tanpa disuruhpun dia langsung memeluk dari belakang, penis saya selama jalan-jalan langsung tegang, habis dada dia begitu kenyal terasa di belakangku seakan-akan memijit-mijit belakangku (motor waktu itu sangat mendukung, yaitu RGR). Setelah keliling kota dan singgah makan di tempat makan kami langsung pulang ke rumahnya setelah tiba saya lihat rumahnya masih sepi mobil papanya belum datang. Tiba-tiba dia bilang “Masuk yuk!., Papa saya kayaknya belum datang”. Akhirnya setelah menaruh motor saya langsung mengikutinya dari belakang saya langsung melihat pantatnya yang lenggak-lenggok berjalan di depanku, saya lihat jam ternyata sudah pukul 21.30, setiba di dalam rumahnya saya lihat tidak ada orang saya bilang “Pembantu kamu mana?”, dia bilang kalau kamar pembantu itu terpisah dari bangunan utama rumah ini agak jauh ke belakang. “oohh…”, jawab saya. Saya tanya lagi, “jadi kalau sudah bukakan kamu pintu pembantu kamu langsung pergi ke belakang?”, dia jawab iya. “Terus Papa kamu yang bukain siapa…”
“saya…” jawabnya. “Kira-kira Papa kamu pulang jam berapa sih…”, tanya saya. Dia bilang paling cepat juga jam 24.00. (Langsung saja pikiranku ngeres banget) Saya tanya lagi “Kamu memang mau jadi pacar saya…”. Dia bilang “Iya…”. Lalu saya bilang, “kalau gitu sini dong dekat-dekat saya…”, belum sampai pantatnya duduk di kursi sebelahku, langsung saya tarik ke dalam pelukanku dan mengulum bibirnya, dia kaget sekali tapi belum sampai ngomong apa-apa tanganku langsung memegang payudaranya yang benar-benar besar itu sambil saya remas-remas dengan kuat sekali (habis sudah kebelet) diapun mengeluh “Ohh.., oohh sakit”. katanya. Saya langsung mengulum telinganya sambil berbisik, “Tahan sedikit yah…”, dia cuma mengangguk. Payudaranya saya remas dengan kedua tanganku sambil bibir saya jilati lehernya, kemudian pindah ke bibirnya langsung saya lumat-lumat bibirnya yang agak seksi itu, kamipun berpagutan saling membenamkan lidah kami masing-masing. Penis saya langsung saya rasakan menegang dengan kerasnya. Saya mengambil tangan kirinya dan menuntun memegang penisku dibalik celana saya, dia cuma menurut saja, lalu saya suruh untuk meremasnya. Begitu dia remas, saya langsung mengeluh panjang, “Uuhh…, nikmat sayang”, kata saya. “Teruss…”, dengan agak keras kedua tanganku langsung mengangkat kaos yang dia kenakan dan membenamkan muka saya di antara payudaranya, tapi masih terhalang BH-nya saya jilati payudaranya sambil saya gigit-gigit kecil di sekitar payudaranya, “aahh…, aahh”. Diapun mendesis panjang tanpa melepas BH-nya saya langsung mengangkat BH-nya sehingga BH-nya berada di atas payudaranya, sungguh pemandangan yang amat menakjubkan, dia mempunyai payudara yang besar dan puting yang berwarna kemerahan dan menjulang keluar kira-kira 1/2 cm dan keras, (selama saya main cewek baruku tahu sekarang bahwa tidak semua perempuan nanti menyusui baru keluar putingnya). Saya jilat kedua payudaranya sambil saya gigit dengan keras putingnya.
Dia pun mengeluh sambil sedikit marah. “Aahh…, sakkiitt…”, tapi saya tidak ambil pusing tetap saya gigit dengan keras. Akhirnya diapun langsung berdiri sambil sedikit melotot kepadaku. Sekarang payudara dia berada tepat di depan wajah saya. Sambil saya memandangi wajahnya yang sedikit marah, kedua tanganku langsung meremas kedua payudaranya dengan lembut. Diapun kembali mendesis, “Ahh…, aahh…”, kemudian saya tarik payudaranya dekat ke wajah saya sambil saya gigit pelan-pelan. Diapun memeluk kepala saya tapi tangannya saya tepiskan. Sekelebat mata saya menangkap bahwa pintu ruang tamunya belum tertutup saya pun menyuruh dia untuk penutup pintunya, dia pun mengangguk sambil berjalan kecil dia pergi menutup pintu dengan mengendap-endap karena bajunya tetap terangkat sambil memperlihatkan kedua bukit kembarnya yang bikin hati siapa saja akan lemas melihat payudara yang seperti itu. Setelah mengunci pintu dia pun kembali berjalan menuju saya. Saya pun langsung menyambutnya dengan memegang kembali kedua payudaranya dengan kedua tangan saya tapi tetap dalam keadaan berdiri saya jilati kembali payudaranya. Setelah puas mulut saya pun turun ke perutnya dan tangan saya pelan-pelan saya turunkan menuju liang senggamanya sambil terus menjilati perutnya sesekali mengisap puting payudaranya.
Baca Juga Cerita Seks Indonesia : Gairah Malam penuh kemesraan
Tangan sayapun menggosok-gosok selangkangannya langsung saya angkat pelan-pelan rok yang dia kenakan terlihatlah pahanya yang mulus sekali dan CD-nya yang berwarna putih saya remas-remas liang kewanitaannya dengan terburu buru, dia pun makin keras mendesis, “aahh…, aakkhh… ohh…, nikmat sekali…”, dengan pelan-pelan saya turunkan cdnya sambil saya tunggu reaksinya tetapi ternyata dia cuma diam saja, (tiba-tiba di kepala muncul tanda setan). Terlihatnya liang kewanitaannya yang ditumbuhi bulu-bulu tapi sangat sedikit. Sayapun menjilatinya dengan penuh nafsu, diapun makin berteriak, “Aakkhh…, akkhh…, lagi…, lagii..”. Setelah puas sayapun menyuruhnya duduk di lantai sambil saya membuka kancing celanaku dan saya turunkan sampai lutut terlihatlah CD-ku, saya tuntun tangannya untuk mengelus penis saya yang sudah sangat tegang sehingga sepertinya mau loncat dari CD-ku. Diapun mengelusnya terus mulai memegang penis saya. Saya turunkan CD-ku maka penis saya langsung berkelebat keluar hampir mengenai mukanya. Diapun kaget sambil melotot melihat penis saya yang mempunyai ukuran lumayan besar (diameter 3 cm dan panjang kira-kira 15 cm) saya menyuruhnya untuk melepas kaos yang dia kenakan dan roknya juga seperti dipangut dia menurut saja apa yang saya suruh lakukan. Dengan terburu-buru saya pun melepas semua baju saya dan celana saya kemudian karena dia duduk dilantai sedangkan saya dikursi, saya tuntun penis saya ke wajahnya dia pun cuma melihatnya saja. Saya suruh untuk membuka mulutnya tapi kayaknya dia ragu-ragu. Setengah memaksa, saya tarik kepalanya akhirnya penisku masuk juga kedalam mulutnya dengan perlahan dia mulai menjilati penis saya, langsung saya teriak pelan, “Aakkhh…, aakkhh…”, sambil ikut membantu dia memaju-mundurkan penis saya di dalam mulutnya. “aakk…, akk…, nikmat sayyaangg…”. Setelah agak lama akhirnya saya suruh berdiri dan melepaskan CD-nya tapi muncul keraguan di wajahnya sedikit gombal akhirnya CD dan BH-nya dia lepaskan juga maka telanjang bulatlah dia depanku sambil berdiri. Sayapun tak mau ketinggalan saya langsung berdiri dan langsung melepas CD-ya. Saya langsung menubruknya sambil menjilati wajahnya dan tangan saya meremas-remas kedua payudaranya yang putingnya sudah semakin tegang, diapun mendesis,
“Aahh…, aahh…, aahh…, aahh”, sewaktu tangan kananku saya turunkan ke liang kemaluannya dan memainkan jari-jariku di sana. Setelah agak lama baru saya sadar bahwa jari saya telah basah. Saya pun menyuruhnya untuk membelakangiku dan saya siapkan penis saya. Saya genggam penis saya menuju liang senggamanya dari belakang. Saya sodok pelan-pelan tapi tidak maumasuk-masuk saya sodok lagi terus hingga dia pun terdorong ke tembok tangannyapun berpangku pada tembok sambil mendengar dia mendesis, “Aahh…, ssaayaa..,. ssaayaangg…, kaammuu…”, sayapun terus menyodok dari belakang. Mungkin karena kering penis saya nggak mau masuk-masuk juga saya angkat penis saya lalu saya ludahi tangan saya banyak-banyak dan saya oleskan pada kepala penissaya dan batangnya dia cuma memperhatikan dengan mata sayu setelah itu. Saya genggam penis saya menuju liang senggamanya kembali. Pelan-pelan saya cari dulu lubangnya begitu saya sentuh lubang kemaluannya dia pun langsung mendesis kembali, “Ahh…, aahh…”, saya tuntun penis saya menuju lubang senggamanya itu tapi saya rasakan baru masuk kepalanya saja diapun langsung menegang tapi saya sudah tidak peduli lagi. Dengan satu hentakan yang keras saya sodok kuat-kuat lalu saya rasa penis saya seperti menyobek sesuatu maka langsung saja dia berontak sambil berteriak setengah menangis, “Ssaakkiitt…”. Saya rasakan penis saya sepertinya dijepit oleh dia keras sekali hingga kejantanan saya terasa seperti lecet di dalam kewanitaannya. Saya lalu bertahan dalam posisi saya dan mulai kembali menyiuminya sambil berkata “Tahann.. sayang… cuman sebentar kok…” Saya memegang kembali payudaranya dari belakang sambil saya remas-remas secara perlahan dan mulut saya menjilati belakangnya lalu lehernya telinganya dan semua yang bisa dijangkau oleh mulut saya agak lama. Kemudian dia mulai mendesis kembali menikmati ciuman saya dibadan dan remasan tangan saya di payudaranya, “Ahh…, aahh…, ahh…, kamu sayang sama lakukan?”
dia berkata sambil melihat kepada saya dengan wajah yang penuh pengharapan. Saya cuma menganggukkan kepala padahal saya lagi sedang menikmati penis saya di dalam liang kewanitaannya yang sangat nikmat sekali seakan-akan saya lagi berada di suatu tempat yang dinamakan surga. “Enak sayang?”, kataku. Dia cuma mengangguk pelan sambil tetap mengeluarkan suara-suara kenikmatan, “Aahh…, aahh…” lalu saya mulai bekerja, saya tarik pelan-pelan penis saya lalu saya majukan lagi tarik lagi majukan lagi dia pun makin keras mendesis, “Aahh…, ahh…, ahhkkhh…” akhirnya ketika saya rasakan bahwa dia sudah tidak kesakitan lagi saya pun mengeluar-masukkan penis saya dengan cepat dia pun semakin melenguh menikmati semua yang saya perbuat pada dirinya sambil terus-meremas payudaranya yang besar itu. Dia teriak “Sayaa mauu keeluuarr…”. Sayapun berkata “aahhkkssaayyaanggkkuu…”, saya langsung saja sodok dengan lebih keras lagi sampai-sampai saya rasakan menyentuh dasar dari liang senggamanya tapi saya benar-benar kesetanan tidak peduli lagi dengan suara-suara, “Ahh…, aahh…, ahh…, akkhh…, akkhh…, truss” langsung dia bilang “Sayyaa kkeelluuaarr…, akkhh…, akhh…”, tiba-tiba dia mau jatuh tapi saya tahan dengan tangan saya. Saya pegangi pinggulnya dengan kedua tangan saya sambil saya kocok penis saya lebih cepat lagi, “Akkhh…, akkhh…, ssaayyaa mauu…, kkeelluuaarr…, akkhh…”, pegangan saya di pinggulnya saya lepaskan dan langsung saja dia terjatuh terkulai lemas.
Dari penis saya menyemprotlah air mani sebanyak-banyaknya, “Ccroott…, croott.., ccrroott…, akkhh…, akkhh…”, saya melihat air mani saya membasahi sebagian tubuhnya dan rambutnya, “Akhh…, thanks sayangkuu…”, sambil berjongkok saya cium pipinya sambil saya suruh jilat lagi penisku. Diapun menjilatinya sampai bersih. Setelah itu saya bilang pakai pakaian kamu dengan malas dia berdiri mengambil bajunya dan memakainya kembali. Setelah kami berdua selesai saya mengecup bibirnya sambil berkata, “Saya pulang dulu yah sampai besok sayang…!”. Dia cuma mengangguk tidak berkata-kata lagi mungkin lemas mungkin nyesal tidak tahu ahh. Saya lihat jam saya sudah menunjukkan jam 23.35, saya pulang dengan sejuta kenikmatan.
Rejeki ngentot gratis dengan wanita kesepian
Semasa SMU aku dikenal sebagai kutu buku yang bercita-cita tinggi, yang tak bisa memegang bola basket, minder terhadap urusan cewek dan tak punya pacar. Sehingga hampir setiap sabtu teman-teman melantunkan lagu Koes Plus untukku, “Sabtu malam kusendiri…” Namun ketika kami mengadakan reuni sepuluh tahun kemudian, ternyata teman-temanku justru terlihat seperti suami yang hidup di bawah bayang-bayang istri dan mertua, sedangkan aku justru mendapat pengalaman-pengalaman seks yang berkesan. Tanpa sepengetahuan mereka, pengalaman pertamaku terjadi justru ketika aku masih mereka kenal sebagai kutu buku. Berawal dari kepindahan tugas ayahku ke kota lain, aku si rangking satu di sekolah diminta kepala sekolah untuk tidak ikut pindah dan menyelesaikan sekolahku di SMU itu, karena ada undangan dari Perguruan Tinggi Negeri ternama di Indonesia agar rangking pertama dari SMU-ku kuliah di sana. Demi masa depan, orang tuaku setuju dan menitipkanku di rumah temannya yang kebetulan anaknya, Budi, adalah teman sekelasku, sehingga aku menghabiskan kelas tiga SMU seribu kilometer jauhnya dari keluarga yang kucintai. Kamar kost-ku tidak berada di ruang utama bangunan, tetapi cukup strategis untuk memonitor penghuni dan tamu yang keluar masuk rumah itu.
Baca Juga Cerita Seks Panas : Di bayar untuk ngentot dengan Wanita dan Kontol ku mencari mangsa istri tetangga
Malam minggu itu seluruh keluarga temanku menghadiri pesta pernikahan sepupunya, meninggalkan aku si kutu buku asyik belajar sendiri. Untuk menghilangkan kantuk, aku menuju dapur di bangunan utama bermaksud membuat secangkir kopi dan semangkok mie instan. Tiba-tiba terdengar pintu pagar terbuka, rupanya Yumul, adik Budi, pulang lebih awal ditemani pacarnya Wadi. Mereka sudah pacaran setahun lebih dan kelihatannya telah direstui oleh kedua orang tuanya, karena Wadi meskipun baru berusia 21 tahun tetapi sudah hampir menyelesaikan kuliahnya dan Yumul berusia 17 tahun menjelang kelas tiga SMU. “Tuh liat, kamarnya si kutu buku lagi terang. Seperti biasa, paling-paling dia lagi asyik ngapalin rumus-rumus yang njelimet, jadi kita aman di sini,” terdengar suara Yumul. Selang beberapa menit setelah mie dan kopiku siap hidang, aku beranjak menuju kamarku, namun aku terkesima karena di ruang tamu kulihat pemandangan yang jauh berbeda dengan rumus matematika yang sedang berputar di otakku. Yumul sedang merem-melek karena buah dadanya sedang dikulum Wadi. Karena khawatir mereka tahu kehadiranku bila kuteruskan langkahku maka aku berhenti, dan dengan hati berdegup terpaksa kuikuti lakon itu. Wadi terus menghisap kedua puting dari bukit mini namun ranum langsat, sembari tangannya menyusup ke dalam gaun pesta Yumul, dan seketika membuat Yumul menggeliat lirih, “Aahh.. uhh..” Berdasarkan ilmu biologi, jari tangan Wadi menemukan klitoris sensitif Yumul. Sambil mendesah, tangan Yumul mencoba melakukan serangan balasan dengan mencari persembunyian meriam Wadi, meskipun harus bersusah payah melepas ikat pinggang, membuka reitsleting, memelorotkan celana panjang dan menyusup ke dalam benteng terakhir celana dalam. Wadi yang sudah tahu arah serangan, tetap saja tersentak dan mengerang sambil menekan pantatnya ke depan.
Yumul terlihat lebih cekatan, mengeluarkan meriam Wadi dan mengulumnya hingga menekan tenggorokan. Wadi yang sempat terkesima sesaat, tergopoh-gopoh menyusun posisi untuk dapat memelorotkan celana dalam Yumul dan melahap kemaluan yumul dengan rakus sambil jari tengahnya merogoh ke dalam liang kewanitaan Yumul. Sambil berbaring mereka membentuk posisi enam sembilan dan terdengar duet alunan merdu. “Mmmh.. nyam-nyam.. sluurrp.. yessshh..” Setelah merasa puas tiba-tiba Wadi berdiri, dan Yumul bagai telah hapal akting selanjutnya, juga ikut berdiri. Mereka berdekapan erat, berpagutan bibir, dan menggoyangkan pantat saling bertabrakan. “Astaga, mereka bersengggama,” pikirku sambil menelan ludah dan mengusap keringat saking menghayati ketegangan adegan. Entah telah berapa puluh kali mereka saling menghunjam, tiba-tiba kudenggar Yumul berkata lirih, “Mas, kali ini dimasukkin beneran yach, jangan cuma dioles-oles.” “Kamu nggak takut,” tanya Wadi dan dijawab dengan gelengan kepala Yumul. “Nanti kamu nyesel,” tanya Wadi dan sekali lagi Yumul menggeleng sambil berkata, “Khan kata Papa kita akan menikah dua tahun lagi, yang penting jangan sampai hamil dulu.” Wadi menghentikan goyanganny` dan menatap Yumul dalam-dalam, “Jangan sekarang, kita beli kondom dulu.” Yumul menggelayut manja dan merengek, “Yumul nggak tahan, pinginnya sekarang, nanti maninya mas jangan dikeluarin di dalam tapi di luar saja, seperti biasa.” Meskipun adegan makin menegangkan, namun aku menghela napas lega, “Ah syukurlah, mereka belum bersenggama, tapi mereka akan…
bagaimana cara mencegahnya?” Pikiranku buntu untuk bisa menghentikan mereka, karena jantungku terlalu kencang berdegup tak memberi kesempatan otakku berputar, sedangkan ujangku ikut-ikutan tegang tanda setuju adegan selanjutnya. Nun jauh disana, Wadi telah menidurkan Yumul di atas karpet, Yumul membuka gerbang kangkangan kaki, dan laras torpedo Wadi mulai diarahkan, perlahan maju, mendekati liang, menempel dan.. tiba-tiba Wadi menghentikan gerakannya, menatap Yumul, sambil menelan ludah berkata, “Sebaiknya Kamu yang di atas, biar menekannya hati-hati, biar nggak terlalu sakit, soalnya kata orang hubungan yang pertama sakit buat perempuan.” Yumul yang sedari tadi memejamkan mata menghitung mundur saat terobosan pertama, kaget dan menjawab, “Yumul sudah merasakan sakitnya waktu Mas memasukkan jari ke memek Yumul.” Wadi belum mengerti maksudnya tapi kurang lebih Wadi harus tetap di atas dan menekan meriamnya ke dalam liang kewanitaan Yumul. Maka sekali lagi Wadi mengambil ancang-ancang, meluruskan, perlahan menekan dan akhirnya… “Kriingg…” suara telepon berdering, Wadi dan Yumul terkejut dan setelah sadar itu suara telepon mereka saling tersenyum, “Oo cuma telepon.. tapi bagaimana kalau si kutu buku mendengar dering telepon dan datang ke sini mau ngangkat telepon? Cepat Mas angkat dulu teleponnya biar nggak berdering terus,” Kata Yumul. Dengan mengendap Wadi mengangkat telepon, sesaat wajahnya serius, menutup telepon, sekonyong-konyong mengenakan kembali celana dan pakaiannya dan tergesa-gesa berkata, “Aku harus pergi, Mama sakit keras..” seraya menuju pintu keluar. Yumul yang berharap dapat melanjutkan adegan penerobosan pertama hanya terbengong tanpa sempat melakukan sesuatu kecuali mengucapkan, “Salam buat Mama, semoga lekas sembuh!” Terkesima oleh pembatalan sepihak yang dilakukan sekejap, Yumul hanya dapat memandangi tubuhnya yang telah bugil. Perlahan tangannya membelai bibir kemaluannya seolah membujuk agar tidak sedih.
Lalu Yumul memutuskan untuk menghibur diri dengan mempermainkan klitorisnya sendiri. Aku yang merasa drama telah berakhir bermaksud menyelinap ke kamarku, namun Yumul menangkap ada gerakan di dekat dapur. Sambil menutup tubuh seadanya ia menghampiri dapur dan memergokiku berdiri di sana. Yumul kaget dan terpaku, akupun gemetar tak mampu mengucap maaf. Antara malu, menangis, marah dan tertawa Yumul berkata, “Bang Obi dari tadi melihat kami?” Aku menunduk, tak berani menatap dan berkata lirih, “Maaf…” Sejenak hening, lalu tiba-tiba Yumul tesenyum simpul, “Hi, ada burung apa di celana Bang Obi..” Rupanya meriamku belum turun dan menyembul diantara celana hawaiku, karena memang kebetulan aku tidak pernah memakai celana dalam bila menjelang tidur. Belum hilang kagetku, tiba-tiba Yumul maju menangkap burungku dan mengelus, sementara aku tak bisa mundur meskipun ingin, karena kakiku terlalu gemetar. Melihat aku tak berdaya bagai patung, Yumul memelorotkan celanaku sehingga burungku tak bersangkar lagi, dan seperti telah kulihat sebelumnya, Yumul mulai menjilati dan mengulum batang kejantananku. Aku semakin gemetar dan gagu serta tak mampu menghindar dari wanita birahi yang belum sempat terlampiaskan dengan Wadi. Yumul menarik pundakku turun lalu mendorong untuk merebahkanku. Di hadapanku terpampang gadis manis berambut ikal yang selama ini hanya kukenal keayuan wajahnya, kini memamerkan kemulusan tubuhnya. Lehernya yang jenjang menyatu dengan pundaknya yang lebar.
Baca Juga Cerita Seks Panas : Ngenyot Payudara Tante muda yang sintal
Sembulan dua gunung kecil dengan puting centil merah muda, padat menantang selaras lekukan pinggul. Bulu-bulu halus di selangkangannya tak mampu menyembunyikan bibir tebal liang kewanitaannya dan mancungnya klitoris yang masih sedikit memerah akibat gesekan meriam dan jari Wadi. Bidadari 17 tahun itu melangkahkan kaki jenjangnya berdiri mengangkangiku dan perlahan turun. Sambil memegang batang kejantananku Yumul meluruskan liang kewanitaannya. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Yumul langsung menekan.., “Blesss…” mulai terjadi penetrasi, aku merasakan sempit dan seretnya. “Yumul..” hanya itu yang keluar dari mulutku tak tahu apa lanjutan kalimatnya. Yumul berhenti sejenak, mengatupkan mulutnya rapat-rapat, sedikit menutup matanya. Antara nikmat dan sakit, perlahan Yumul menekan lebih dalam…, “Blesss…” aku merasakan batang kejantananku didekap dan diremas hangat oleh liang kewanitaannya. Yumul berhenti lagi sejenak, menengadahkan wajahnya sambil menggigit bibirnya sendiri dan memejamkan mata. Lalu kembali perlahan Yumul menekan…, “Blesss…” terus menekan perlahan hingga selangkangan kami beradu, Yumul menghentikan tekanannya. Ah, burungku telah bersangkar di dalam liang kewanitaan Yumul dan merasakan pijatan dinding kewanitaannya. Yumul menatapku sambil tersenyum, akupun berusaha tersenyum sementara detak jantungku sudah tak beraturan dan keringatku mengalir dimana-mana. Yumul menggoyangkan pantatnya kekiri kekanan dan berputar, stress-ku mulai mengendur dan mulai merasakan nikmatnya pijatan nikmat terhadap batang kejantananku. Lalu perlahan Yumul menaikkan dan menurunkan kembali pantatnya, semakin lama semakin cepat. Berulang naik turun, kiri kanan, berputar. Ketika melihat senyumnya yang menandakan kepuasannya, tanpa sadar akupun ikut menaikturunkan pantatku seirama dengan gerakannya.
“Uhhh, mentok Bang.. enaak.” Karena batang kejantananku memang sudah tegang lama, maka tak lama kemudian kurasakan sesuatu mendesak untuk dimuncratkan. “Uhh.. aku mau keluar Yumul, uhh..” kataku tak jelas. “Iya.. hh.. tapi.. hh.. jangan dulu Bang, hh.. tunggu Yumul, hh.. nanti dikeluarinnya Bang.. hhh diluar saja..” kata Yumul sambil mempercepat goyangannya. Aku tak tahu bagaimana cara menahan pancaran yang siap mendesak keluar, hingga akhirnya, “Aaahh…” dan “Crottt.. crottt..” aku mengeluarkan maniku di dalam liang kewanitaan Yumul. Meskipun tahu aku sudah ejakulasi, Yumul terus bergoyang, seolah tak peduli atau mungkin karena iapun sedang menuju puncak. Tiba-tiba Yumul berteriak panjang dan keras sekali, “Aaahhhww…” dan terkulai lemas di atasku. “Sssttt..” kataku, karena takut terdengar entah oleh siapa. Tanganku yang sedari tadi berperan sebagai penonton, memberanikan diri mendekapnya dan beberapa saat kami berpelukan erat. Aku penasaran dan tak menyia-nyiakan kesempatan untuk meraba buah dadanya, dan Yumul sedikit mengangkat badannya memberi kesempatan dan ruang gerak bagi tanganku agar leluasa meremas dan bahkan mempermainkan putingnya. Dan mulutku tak mau ketinggalan jatah, ikut mencium, mengulum dan mengisap puting yang baru mekar di bukit yang kenyal. Sementara dibagian bawah, batang kejantananku terus bersangkar di dalam liang kewanitaan Yumul, namun semakin lama semakin lunglai dan akhirnya keluar dari lubangnya, “Plup..” Yumul menatapku dan berkata, “Bang Obi, tadi ngeluarinnya di dalam yaa..”
Aku mengangguk pelan. “Bagaimana kalau Yumul hamil, Bang?” tanyanya. “Yumul tetap dalam posisi tegak atau di atas, dan biarkan maniku mengalir keluar kemaluanmu sesuai gravitasi bumi,” entah teori apa yang kukatakan tapi Yumul menurut. Setelah Yumul yakin bahwa maniku telah keluar semua ia beranjak dan berkata, “Kalau Bang Obi melaporkan hubunganku dengan Mas Wadi yang sudah cukup jauh, Yumul juga akan laporkan pada orang tua Bang Obi dan Guru bahwa Bang Obi telah menggauli Yumul, dan masa depan kita sama-sama hilang,” Yumul setengah mengancam dan segera beranjak dari tubuhku. Yumul memperhatikan betapa banyak semprotan yang keluar dari liang kewanitaannya dan betapa banyak maniku yang mengalir kembali keluar dari liang kewanitaannya dan membasahi batang kejantananku. Selintas Yumul tersenyum namun tiba-tiba ia terkejut karena di batang kejantananku ada darah merah cukup banyak. “A..Aku masih perawan?!, oh.. kukira aku sudah tidak perawan karena tusukan jari Mas Wadi.” ia tampak menyesal dan segera meraih gaun pesta, celana dalam dan bra-nya serta berlari menuju kamarnya. Sayup-sayup terdengar gemercik air siraman mandi Yumul, lalu senyap. Ketika keluarganya pulang dari undangan, aku sedang membersihkan keringat, bercak-bercak mani dan darah yang berserakan di lantai. Kukatakan bahwa mie instanku tertumpah. “Yumul sudah tidur, tadi pulang diantar Mas Wadi,” kataku ketika mereka menanyakan Yumul. Keesokan harinya kudengar Yumul seharian mengurung diri di kamarnya dan hanya sesekali keluar untuk makan. Karena aku memang jarang ngomong sama Yumul tak ada yang curiga kalau Yumul sama sekali enggan ngomong denganku. Aku menyesal telah membuat Yumul menjadi pendiam dan aku berdoa agar dia dapat ceria kembali. Rupanya doaku terkabul.
Tiga minggu kemudian kulihat ia sangat ceria, dan pada suatu kesempatan ia menghampiriku. “Maafkan Yumul ya Bang dan Bang Obi juga sudah Yumul maafka,” bisiknya mesra. “Koq?” aku tulalit. Seolah mengerti maksud pertanyaanku, Yumul menjawab, “Aku telah bersetubuh dengan Mas Wadi, dan dia yakin bahwa perawanku telah hilang saat dia masukkan jarinya padaku, dan keluargaku yakin murungku selama ini adalah karena mamanya mas Wadi diopname, jadi masa depanku cerah lagi.” Hanya itu yang dikatakan dan ia berlalu dengan ceria, gaya manja khas belia 17 tahun. Demikianlah cerita seks panas Perawan abg di jilat meki nya langsung licin dan Rejeki ngentot gratis dengan wanita kesepian oleh cerita sex hot