Cerita Dewasa – Cerita sex ini berawal saat umurku masih 16 tahun, sebagai murid kelas 1 sekolah kejuruan setingkat SMK di sebuah kota Malang. Namaku Dedi. Aku lahir di deket perkebunan Apel yang memiliki sejumlah saudara 4 orang anak yang semua lakilaki. Aku anak nomer tiga. Dan yang menjadi awal cerita skandalku adalah aku emang Jarang bergaul dengan perempuan selain ibuku, tante juga nenekku akupun jadi canggung kalau berdekatan dengan perempuan, maksudnya cwe sebayaku.
Maklumlah di sekolahku umumnya juga cowok jarang cewek. Selain itu Aku tinggi 160cm dan hitam. Karena tampangku yang mirip Negro, temantemanku memanggil aku Drogba, karena aku suka main sepakbola.
Dari tampilan ini jarang cewek mendekatiku, bahkan mendekati cewek agak canggung. Walaupun sebenarnya ingin sekali punya pacar. Bukan pacar sembarang pacar, tetapi pacar yang cantik dan sexy. Dan ini masalahnya lingkunganku masih pedesaan, ngga kayak sekarang hampir desa menjadi kota. Dan apalagi waktu itu di lingkungan tempat aku tinggal. Pergaulan antara lakilaki dan perempuan yang sedikit mencolok menjadi sorotan tajam masyarakat. Dan jadi bahan gunjingan ibuibu antar tetangga.
Walaupun aku kurang ganteng, setidaknya aku manfaatin kelebihanku tubuh berotot dan dengan memiliki Penis besar dan panjang yang lebih panjang dari ukuran ratarata. Dan masalahnya lagi setiap melihat perempuan cantik syahwatku naik. Apalagi kalau kelihatan paha. Aku bisa tak mampu berpikir apaapa lagi kalau gadis dan perempuan cantik itu lewat di depanku. Senjataku langsung tegang kalau melihat dia berjalan berlenggaklenggok dengan panggul yang berayun ke kiri dan ke kanan. Ngaceng abis kayak siap berlaga. Makanya setiap tegang kelihatan dari luar dan itu yang sering bikin malu.
Luluk adalah murid salah satu orang pendatang di desaku. Kecantikannya jadi buah bibir para cowok seantero kecamatan. Dia tinggal dalam jarak beberapa rumah dari rumahku, jadi tetanggaku juga. Aku sebenarnya ingin sekali seandainya Luluk jadi pacarku, tapi mana bisa. Cowokcowok keren termasuk anakanak penggede, kepala desa, kamituwo, bayan, anak pak camat pada ngantri ngapelin dia, mencoba menjadikannya pacar. Hampir semua bawa mobil, kadang mobil dinas bapaknya, mana mampu aku bersaing dengan mereka.
Terkadang kami berpapasan kalau ada kegiatan RT atau kendurian, tetapi aku tak berani menyapa, dia juga tampaknya tidak tertarik hendak berteguran dengan aku yang muka jelek dan hitam pula. Ya pantaslah, karena cantik dan dikejarkejar banyak pemuda dia jadi sombong, mentangmentang. Atau barangkali itu hanya alasanku saja. Aslinya aku juga takut sama perempuan cantik. Berdekatan dengan mereka aku gugup, mulutku terkatup gagu dan nafasku sesak. Itulah Luluk.
Dan ada satu lagi perempuan yang juga membuat aku gelisah jika berada di dekatnya. Tante Mei, ibu luluk yang juga samasama cantik. Ayah luluk pemasok yang mendatangkan beberapa bahan kebutuhan perkebunan Apel. Karena itu dia sering bepergian. Kadang ke Jakarta, Medan dan ke Singapura. Belum lama mereka menjadi tetangga kami. Entahlah orang dari daerah mana suaminya ini.
Tapi aku tahu Luluk dan Tante Mei dari Bandung, dan dia ini wuahh mak sungguhsungguh mantap cantiknya. Wajah Putih. Bodinya juga bagus, dengan panggul berisi, paha kokoh, dan pinggang ramping. Payudaranya juga indah kenceng serasi dengan bentuk badannya. Pernah di acara pentas terbuka di kampungku kala tujuh belas agustusan dia menyumbangkan peragaan nyanyi dangdut di desaku. Wah aku betulbetul terpesona.
Dan Tante Mei ini juga akrab dengan ibuku. Walau lebih muda dari ibuku, tapi mereka itu cocok satu sama lain. Dan satu kebiasaan yang kulihat pada Tante Mei ini, dia tidak suka pakai bra. Pernah ku dapati Tante Mei lagi rebahan ngobrol dengan ibuku. Rupanya dia tidak mengira aku suka curicuri pandang, aku sudah sempat melihat celah dadanya yang putih padat polos tanpa kelihatan branya yang kelihatanya bagus cembung.
Aku mereguk ludah, kontolku kontak berdiri. Tanpa bicara apapun aku ke kamar, ku kocok kontolku sambil membayangkan Tante Mei. Dan sejak itu aku sering ngintip dan curicuri pemandangan setiap kali mereka ngobrol. Setiap melihat Tante Mei , aku sering purapura baca buku/Koran untuk melihat pemandangan seksinya Tante Mei.
Oh ya mengenai Tante Mei sering kurang puas klo main sama suaminya saat di rumah. Saya mendengar ini terkadang jadi keluhkesahnya pada ibuku. Aku tak tahu benar mengapa dia sering mengeluh dengan ibuku, dan apa yg terjadi dengan suaminya.
Pada saat liburan suatu hari saat suami Tante Mei (Om Joko) ngajak berangkat sekeluarga Luluk dan Tante Mei ke Singapura. Tapi Pas Mau pergi Tante Mei demam, jadi membatalkan tiketnya, sebetulnya keluarganya memutuskan menggagalkan tapi Luluk merasa sedih akhirnya berangkatlah mereka berdua tante di tinggal sendiri di rumah. Sepanjang hari setelah suami dan anaknnya berangkat Tante Mei sering tidur di rumahku. Dia takut sekali dan merasa kesepian di rumah.
Pas suatu hari ketika aku pulang dari main sepakbola, ibu memanggilku. Katanya Tante Mei takut tidur sendirian di rumahnya karena suami dan anaknya pergi. Dan pembantunya sudah dua minggu dia berhentikan karena kedapatan mencuri. Sebab itu dia menyuruhku tidur di ruang tamu di sofa Tante Mei Mulamula aku keberatan dan bertanya mengapa bukan salah seorang dari adikadikku. Kukatakan aku mesti latihan besok pagi buat persiapan kejuaraan.
Yang sebenarnya seperti sudah saya katakan sebelumnya, saya selalu gugup dan tidak tenteram kalau berdekatan dengan Tante Mei (tapi tentu saja ini tak kukatakan pada ibuku). Kata ibuku adikadikku yang masih kecil tidak akan membantu membuat Tante Mei.
Lalu malamnya aku pergi ke rumah Tante Mei lewat pintu belakang. Tante Mei tampaknya gembira aku datang. Dia mengenakan daster tipis yang membalut ketat badannya yang sintal padat.
Mari makan malam Ded, ajaknya membuka tudung makanan yang sudah terhidang di meja.
Saya sudah makan, Tante, kataku, tapi Tante Mei memaksa sehingga akupun makan juga.
Dedi, kamu kok pendiam sekali ? Lain dengan adikadik dan ibumu, kata Tante Mei selagi dia menyendok nasi ke piring.
Aku sulit mencari jawaban karena sebenarnya aku tidak pendiam. Aku tak banyak bicara hanya kalau dekat Tante Mei saja, atau Luluk atau perempuan cantik lainnya. Karena gugup.
Tapi Tante suka orang pendiam, sambungnya.
Kami makan tanpa banyak bicara, habis itu kami nonton televisi acara panggung musik pop. Kulihat Tante Mei rebahan sampai secara tak sadar menaikkan kakinya ke sofa, kelihatan celana dalamnya. Bikin hatiku seerrrr.
Karena tibatiba Tante Mei ngajak obrol ku mematikan televisi dan lalu aku berbincang, dan tante menanyakan sekolahku, kegiatanku seharihari dan apakah aku sudah punya pacar atau belum. Aku menjawab singkatsingkat saja seperti orang bloon. Kelihatannya dia memang ingin mengajak aku terus bercakapcakap karena dia takut pergi tidur sendirian ke kamarnya. Namun karena melihat aku menguap, Tante Mei pergi ke kamar dan kembali membawa bantal, selimut dan sarung.
Di rumah aku biasanya memang tidur hanya memakai sarung karena penisku sering tidak mau kompromi. Tertahan celana dalam saja bisa menyebabkan aku merasa tidak enak bahkan kesakitan. Tante Mei sudah masuk ke kamarnya dan aku baru menanggalkan baju sehingga hanya tinggal singlet dan meloloskan celana blujins dan celana dalamku menggantinya dengan sarung ketika hujan disertai angin kencang terdengar di luar.
Aku membaringkan diri di sofa dan menutupi diri dengan selimut wol tebal itu ketika suara angin dan hujan Seningkah gemuruh guntur dan petir sabung menyabung. Angin juga semakin kencang dan hujan makin deras sehingga rumah itu seperti bergoyang. Dan tibatiba listrik mati sehingga semua gelap gulita.
Kudengar suara Tante Mei memanggil di pintu kamarnya.
Ya, Tante?
Tolong temani Tante mencari senter.
Dimana Tante?, aku mendekat merabaraba dalam gelap ke arah dia.
Barangkali di laci di dapur. Tante mau ke sana. Tante baru saja menghabiskan kalimatnya saat tanganku menyentuh tubuhnya yang empuk.
Ternyata persis dadanya. Cepat kutarik tanganku.
Saya kira kita tidak memerlukan senter Tante. Bukankah kita sudah mau tidur? Saya sudah mengantuk sekali.
Tante takut tidur dalam gelap Ded.
Gimana kalau saya temani Tante supaya tidak takut ?, aku sendiri terkejut dengan katakata yang keluar dari mulutku, mungkin karena sudah ngantuk banged.
Tante diam beberapa saat.
Di kamar tidur Tante?, tanyanya.
Ya. saya tidur di bawah, kataku. di karpet di lantai.
Seluruh lantai kamar tante memang ditutupi karpet tebal.
Di tempat tidur Tante saja sekalian asal ..
Aku terkesiap.
A asal apa Tante?
Asal kamu jangan bilang sama luluk ato ibumu, Tante bisa dapat malu besar. Dan juga jangan sekalikali bilang sama om Joko.
Ah buat apa itu saya bilangbilang ? Tidak akan, Tante. Dalam hati aku melonjaklonjak kegirangan.
Tak kusangka aku bakalan dapat durian runtuh, berkesempatan tidur di samping Tante yang cantik banget. Siapa tahu aku nanti bisa nyenggolnyenggol dia sedikitsedikit.
Merabaraba seperti orang buta menjaga jangan sampai terantuk ke dinding aku kembali ke sofa mengambil selimut dan bantal, lalu kembali merabaraba ke arah Tante Mei di pintu kamarnya. Cahaya kilat dari kisikisi di puncak jendela membantu aku menemukan keberadaannya dan dia membimbing aku masuk.
Ingin sekali aku merangkul tubuh empuknya tetapi aku takut dia marah. Akhirnya kami berdua berbaring berjajar di tempat tidur. Selama proses itu kami sama menjaga agar tidak terlalu banyak bersentuhan badan. Perasaanku tak karuan. Baru kali inilah aku pernah tidur dengan perempuan bahkan dengan ibuku sendiripun tak pernah. Perempuan cantik dan seksi lagi.
Kamu itu item tapi badanmu kok bagus Ded? bisiknya di sampingku dalam gelap.
Aku tak menjawab.
Seandainya kau tahu betapa kontolku lebih keras lagi sekarang ini, kataku dalam hati.
Aku berbaring miring membelakangi dia. Lama kami berdiam diri. Kukira dia sudah tidur, yang jelas aku tak bisa tidur. Bahkan mataku yang tadinya berat mengantuk, sekarang terbuka lebar.
Ded, kudengar dia memecah keheningan.
Kamu pernah bersetubuh?
Nafasku sesak dan mereguk ludah.
Belum Tante, jawabku
Hmmh.
Lucu kamu Ded, mau ama tenate ? dalam gelap kudengar dia nawarin gituan.
Aku hampirhampir tak percaya dia mengatakan itu.
Setubuhin Tante?
Iya. Tapi jangan dibilangin siapapun.
Aku diam agak lama.
Dan akupun berbalik, nafsuku menggelegak. Aku tahu inilah kesempatan emas untuk melampiaskan hasrat berahiku yang terpendam pada perempuan cantikseksi selama bertahuntahun usia remajaku. Rasanya seperti aku dapat peluang emas di depan gawang lawan dalam satu pertandingan final kejuaraan besar melawan kesebebelasan super kuat, dimana pertandingan bertahan 00 sampai menit ke85. Umpan manis disodorkan penyerang tengah ke arah kiri.
Bola menggelinding mendekati kotak penalti. Semua mengejar, kiper terjatuh dan aku tiba lebih dulu. Dengan kekuatan penuh kulepaskan tembakan geledek. GOL!
Begitulah rasanya ketika aku tergesa melepas sarungku dan menyerbu menanggalkan celana dalam Tante Mei . Lalu dalam gelap kuraih kaitan daster dipunggungnya, dia membantuku. Kukucup mulutnya. Kuremas buah dadanya dan tak sabaran lagi kedua kakiku masuk ke celah kedua pahanya. Kubuka paha itu, kuselipkan paha kiriku di bawah paha kanannya dan dengan satu tikaman kepala kontolku menerjang tepat akurat ke celah memeknya yang basah.
Saya tancapkan terus. MASUK!
auhuuhhh terus Ded, erangan tante.
Aku menyetubuhi Tante Mei begitu tergesagesa. Sambil menusuk liang vaginanya kedua buah dadanya terus kuremas dan kuhisap dan bibirnya kupilin dan kulumat dengan mulutku. Mataku terbeliak saat penisku kumajumundurkan, kutarik sampai tinggal hanya kepala lalu kubenam lagi dalam mereguk nikmat sorgawi vaginanya. Kenikmatan yang baru pertama kalinya aku rasakan. Ohhhhh Ohhhhh .
Tetapi malangnya aku, barangkali baru delapan kali aku menggenjot, itupun batang kemaluanku baru masuk dua pertiga sewaktu dia muntahmuntah dengan hebat. Spermaku muncrat tumpah ruah dalam lobang kewanitaannya. Dan akupun kolaps. Badanku penuh keringat dan tenagaku rasanya terkuras saat kusadari bahwa aku sudah knocked out. Aku sadar aku sudah keburu habis sementara merasa Tante Mei masih belum apaapa, apalagi puas.
Dan tibatiba listrik menyala. Tanpa kami sadari rupanya hujan badai sudah reda. Dalam terang kulihat Tante Mei tersenyum disampingku. Aku malu. Rasanya seperti dia menertawakan aku. Lakilaki loyo. Main beberapa menit saja sudah loyo.
Lain kali jangan terlampau tergesagesa dong sayang, katanya masih tersenyum. Lalu dia turun dari ranjang. Hnay menggunakan daster yang sempat kulepas dia pergi ke kamar mandi, tentunya hendak cebok membersihkan spermaku yang berlepotan di celah selangkangannya.
Keluar dari kamar mandi kulihat dia ke dapur dan akupun gantian masuk ke kamar mandi membersihkan penis dan pangkal penisku berserta rambutnya yang juga berlepotan sperma. Habis itu aku kembali ke ranjang. Apakah akan ada babak berikutnya? Tanyaku dalam hati. Atau aku disuruh kembali ke sofa karena lampu sudah nyala?
Tante Mei masuk ke kamar membawa cangkir dan sendok teh yang diberikan padaku.
Apa ini Tante?
Telor mentah dan madu lebah pengganti yang sudah kamu keluarkan banyak tadi, katanya tersenyum nakal dan kembali ke dapur.
Akupun tersenyum gembira. Rupanya akan ada babak berikutnya. Dua butir telur mentah itu beserta madu lebah campurannya kulahap dan lenyap kedalam perutku dalam waktu singkat. Dan sebentar kemudian Tante Mei kembali membawa gelas berisi air putih.
Dan kami duduk bersisian di pinggir ranjang.
Enak sekali Tante, bisikku dekat telinganya.
Telor mentah dan madu lebah?, tanyanya.
Bukan. Main ma Tante enak sekali.
Mau lagi? tanyanya menggoda.
Iya Tante, mau sekali, kataku tak sabar dengan melingkarkan tangan di bahunya.
Tapi yang slow ya Ded? Jangan buruburu seperti tadi.
Iya Tante, janji.
Baca Juga Cerita Sex Panas : Pengalaman three some (3S) pertamaku
Dan kamipun melakukannya lagi. Walau di kota kabupaten aku bukannya tidak pernah nonton filem bokep. Ada temanku yang punya kepingan VCDnya. Dan aku tahu bagaimana foreplay dilakukan. Sekarang aku coba mempraktekkannya sendiri. Mulamula kucumbu dada Tante Mei , lalu lehernya. Lalu turun ke pusar lalu kucium dan kujilat ketiaknya, lalu kukulum dan kugigitgigit pentilnya, lalu jilatanku turun kembali ke bawah seraya tanganku meremasremas kedua payudaranya.
Lalu kujilat belahan vaginanya. Sampai disini Tante Mei mulai merintih. Kumainkan itilnya dengan ujung lidahku. Tante Mei mengangkatangkat panggulnya menahan nikmat. Dan akupun juga sudah tidak tahan lagi. Penisku kembali tegang penuh dan keras seakan berteriak memaki aku dengan marah Cepatlah tusuukk, jangan berlehaleha lagi, teriaknya tak sabar. Penis yang hanya memikirkan mau enaknya sendiri saja.
Aku merayap di atas tubuh Tante Mei . Tangannya membantu menempatkan kepala penisku tepat di mulut lobang kemaluannya. Dan tanpa menunggu lagi aku menusukkan penisku dan membenamkannya sampai dua pertiga. Lalu kupompa dengan ganas.
Diiiiiiiit, rengeknya mereguk nikmat sambil merangkul leher dan punggungku dengan mesra.
Rangkulan Tante Mei membuat aku semakin bersemangat dan terangsang. Pompaanku sekarang lebih kuat dan rengekan Tante Mei juga semakin manja. Dan kutancapkan seluruh batangku sampai ujung kepada penisku menyentuh sesuatu di dasar rahim Tante.
Sentuhan ini menyebabkan Tante menggeliatgeliat memutar panggulnya dengan ganas, meremas dan menghisap kontolku. Reaksi Tante ini menyebabkan aku kehilangan kendali. Aku bobol lagi. Spermaku muncrat tanpa dapat Senahantahan lagi. Dan kudengar Tante merintih kecewa. Kali ini aku keburu knocked out selagi dia hampir saja mencapai orgasme.
Maafkan Tante, bisikku di telinganya.
Tak apaapa Ded, katanya mencoba menenangkan aku. Dihapusnya peluh yang meleleh di pelipisku.
Ded, jangan bilangbilang siapapun ya saying ? Tante takut sekali kalau ibumu tahu. Dia bakalan marah sekali anaknya Tante makan, katanya tersenyum masih tersengalsengal menahan berahi yang belum tuntas penuh.
Kontolku berdenyut lagi mendengar ucapan Tante Mei itu, apa memang aku yang dia makan bukannya aku yang memakan dia? Dan aku teringat pada kekalahanku barusan. Kelelakianku tersinggung. Diamdiam aku bertekad untuk menaklukkannya pada kesempatan berikutnya sehingga tahu rasa, bukan dia yang memakan aku tetapi akulah yang memakan dia.
Aku terbangun pada kokokan ayam pertama. Memang kebiasaanku bangun pagipagi sekali. Karena aku perlu olahraga. Kupandang Tante Mei yang tergolek miring disampingku. Dia masih tidak bercelana dalam dan tidak berBH. Sebelah kakinya menjulur dari belahan kimono di selangkangannya membentuk segitiga sehingga aku dapat melihat bagian dalam pahanya yang putih padat sampai ke pangkalnya.
Ujung jembutnya juga kulihat mengintip dari pangkal pahanya itu dan aku juga bisa melihat sebelah buah dadanya yang tidak tertutup sprei. Aku sudah hendak menerkam mau menikmatinya sekali lagi sewaktu aku merasa desakan mau buang air kecil. Karena itu pelanpelan aku turun dari ranjang terus ke kamar mandi.
Aku sedang membasuh muka dan kumurkumur sewaktu Tante mengetok pintu kamar mandi. Agak kecewa kubukakan pintu dan Tante memberikan handuk bersih. Dia sodorkan juga gundar gigi baru dan odol.
Ini Ded, mandi saja disini, katanya. Barangkali dia kira aku akan pulang ke rumahku untuk mandi? Goblok bener.
Akupun cepatcepat mandi. Keluar dari kamarmandi dengan sarung dan singlet dan handuk yang membalut tengkuk, kedua pundak dan lengan kulihat Tante sudah di dapur menyiapkan sarapan.
Ayo sarapan Ded. Tante juga mau mandi dulu, katanya meninggalkan aku.
Kulihat di meja makan terhidang roti mentega dengan botol madu lebah Australia disampingnya dan semangkok besar cairan kental berbusa. Aku tahu apa itu. Teh telor. Segera saja kuhirup dan rasanya sungguh enak sekali di pagi yang dingin. Saya yakin paling kurang ada dua butir telor mentah yang dikocokkan Tante dengan pengocok telur disana, lalu dibubuhi susu kental manis cap nona dan bubuk coklat.
Lalu cairan teh pekat yang sudah diseduh untuk kemudian Senuang dengan air panas sembari terus dikacau dengan sendok. Lezat sekali. Dan dua roti mentega berlapis juga segera lenyap ke perutku. Kumakan habis selagi berdiri. Madu lebahnya kusendok lebih banyak.
Tante tidak lama mandinya dan aku sudah menunggu tak sabar.
Dengan hanya berbalut handuk Tante keluar dari kamar mandi.
Tante, ini teh telornya masih ada, kataku.
Kok tidak kamu habiskan Ded? tanyanya.
Tante kan juga memerlukannya , kataku tersenyum lebar.
Dia menerima gelas besar itu sambil tersenyum mengerling lalu menghirupnya.
Saya kan dapat lagi ya Tante, tanyaku menggoda. Dia menghirup lagi dari gelas besar itu.
Tapi jangan buruburu lagi ya? katanya tersenyum dikulum.
Dia menghirup lagi sebelum gelas besar itu dia kembalikan padaku. Dan aku mereguk sisanya sampai habis.
Penuh hasrat aku mengangkat dan memondong Tante ke kamar.
Duh, kamu kuat sekali Ded, pujinya melekapkan wajah di dadaku.
Kubaringkan dia di ranjang, handuk yang membalut tubuh telanjangnya segera kulepas. Duhhh cantik sekali. Segalanya indah. Wajah, toket, perut, panggul, meqi, paha dan kakinya. Semuanya putih mulus mirip artis JAV Jepang.
Semula aku ragu bagaimana memulainya. Apa yang mesti kuserang dulu, karena semuanya menggiurkan. Tapi dia mengambil inisiatif. Dilingkarkannya tangannya ke leherku dan dia dekatkan mulutnya ke mulutku, dan akupun melumat bibir seksinya itu. Dia julurkan lidahnya yang aku hisaphisap dan perasan airludahnya yang lezat kureguk.
Lalu kuciumi seluruh wajah dan lehernya. Lalu kuulangi lagi apa yang aku lakukan padanya tadi malam. Meremasremas payu daranya, menciumi leher, belakang telinga dan ketiaknya, menghisap dan menggigit sayang pentil susunya. Sementara itu tangan Tante juga liar merangkul punggung, mengusap tengkuk, dan meremasremas rambutku.
Lalu sesudah puas menjilat buah dada dan mengulum pentilnya, ciumanku turun ke pusar dan terus ke bawah. Seperti kemarin aku kembali menciumi jembut di vaginanya yang tebal seperti martabak Bangka, menjilat klitoris dan tak lupa bagian dalam kedua pahanya yang putih. Lalu aku mengambil posisi seperti tadi malam untuk menungganginya.
Tante menyambut penisku di liang vaginanya dengan gairah. Karena Tante sudah naik birahi penuh, setiap tusukan penisku menggesek dinding liangnya tidak hanya dinikmati olehku tetapi dinikmati penuh oleh dia juga.
Setiap kali sambil menahan nikmat dia berbisik di telingaku Jangan buruburu ya sayang, .. jangan buruburu ya sayang. Dan aku memang berusaha mengendalikan diri menghemat tenaga. Kuingat katakata pelatih sepakbolaku. Kamu itu main dua kali 45 menit, bukannya cuman setengah jam. Karena itu perlu juga latihan lari marathon.
Dari pengalaman tadi malam kujaga agar penisku yang memang berukuran lebih panjang dari orang kebanyakan itu jangan sampai terbenam seluruhnya karena akan memancing reaksi liar tak terkendali dari Tante . Aku bisa bobol lagi. Aku menjaga hanya masuk dua pertiga atau tiga perempat.
Dan kurasakan Tante juga berusaha mengendalikan diri. Dia hanya menggerakkan panggulnya sekadarnya menyambut kocokan batangku. Kerjasama Tante membantu aku. Untuk lima menit pertama aku menguasai bola dan lapangan sepenuhnya. Kujelajahi sampai dua pertiga lapangan sambil mengarak dan mendrible bola, sementara Tante merapatkan pertahanan menunggu serangan sembari melayani dan menghalau tusukantusukanku yang mengarah ke jaring gawangnya.
Selama 5 menit berikutnya aku semakin meningkatkan tekanan. Terkadang bola kubuang ke belakang , lalu kugiring dengan mengilik ke kiri dan ke kanan, terkadang dengan gerakan berputar. Kulihat Tante mulai kewalahan dengan taktikku. Lima menit berikutnya Tante mulai melancarkan serangan balasan.
Dia tidak lagi hanya bertahan. Back kiri dan bek kanan bekerjasama dengan gelandang kiri dan gelandang kanan, begitupun kiri luar dan kanan luar bekerjasama membuat gerakan menjepit barisan penyerangku yang membuat mereka kewalahan. Sementara merangkul dan menjepitkan paha dan kakinya ke panggulku Tante berbisik mesra jangan buruburu ya sayang . jangan tergesagesa ya Ded?. Akupun segera mengendorkan serangan, menahan diri. Dan 5 menit lagi berlalu. Lalu aku kembali mengambil inisiatif menjajaki mencari titik lemah pertahanan Tante .
Aku gembira karena aku menguasai permainan dan lima menit lagi berlalu. Tante semakin tersengalsengal, rangkulannya di punggung dan kepalaku semakin erat. Dan aku tidak lagi melakukan penjajakan. Aku sudah tahu titik kelemahan pertahanannya. Sebab itu aku masuk ke tahap serangan yang lebih hebat. Penggerebekan di depan gawang. Penisku sudah lebih sering masuk tiga perempat menyentuh dasar liang kenikmatan Tante . Setiap tersentuh Tante menggelinjang. Dia pererat rangkulannya dan dengan nafas tersengal dia kejar mulutku dengan mulutnya dan mulut dan lidah kamipun kembali berlumatan dan kerkucupan.
Ded, bisiknya. Punyamu panjang sekali.
Memek Tante tebal dan enak sekali, kataku balas memuji dia.
Dan pertempuran sengit dan panas itu berlanjut lima lalu sepuluh menit lagi. Lalu geliat Tante semakin menggila dan ini menyebabkan aku semakin gila pula memompa. Aku tidak lagi menahan diri. Aku melepaskan kendali syahwat berahiku selepaslepasnya.
Kutusuk dan kuhunjamkan kepala kontolku sampai ke pangkalnya berkalikali dan berulangulang ke dasar rahimnya sampai akhirnya Tante tidak sadar menjerit
oooooohhhhhh . Aku terkejut, cepat kututup mulutnya dengan tanganku, takut kedengaran orang, apalagi kalau kedengaran oleh ibuku di sebelah.
Sekalipun demikian pompaanku yang dahsyat tidak berhenti. Dan saat itulah kurasakan tubuh Tante berkelojotan sementara mulutnya mengeluarkan suara lolongan yang tertahan oleh tanganku. Dia orgasme hebat sekali.
Sudah Ded, Tante sudah tidak kuat lagi, katanya dengan nafas panjangsingkatan setelah mulutnya kulepas dari bekapanku. Kulihat ada keringat di hidung, di kening dan pelipisnya. Wajah itu juga kelihatan letih sekali. Aku memperlambat lalu menghentikan kocokanku. Tapi senjataku masih tertanam mantap di memek tebalnya.
Enak Tante?, bisikku.
Iya enak sekali Ded. Kamu jantan. Sudah ya? Tante capek sekali, katanya membujuk supaya aku melepaskannya.
Tapi mana aku mau? Aku belum keluar, sementara batang kelelakianku yang masih keras perkasa yang masih tertancap dalam di liang kenikmatannya sudah tidak sabaran hendak melanjutkan pertempuran.
Sebentar lagi ya Tante, kataku meminta , dan dia mengangguk mengerti.
Lalu aku melanjutkan melampiaskan kocokanku yang tadi tertunda. Kusenggamai dia lagi sejadijadinya dan berahinya naik kembali, kedua tangannya kembali merangkulku, mulutnya kembali menerkam mulutku.
Lalu sepuluh menit kemudian aku tak dapat lagi mencegah air maniku menyemprot berkalikali dengan hebatnya, sementara dia kembali berteriak tertahan dalam lumatan mulut dan lidahku. Liang vaginanya berdenyutdenyut menghisap dan memerah spermaku dengan hebatnya seperti tadi. Kakinya melingkar mendekap panggul dan pahaku.
Persetubuhan nikmat diantara kami ternyata berulang dan berulang dan berulang dan berulang lagi saban ada kesempatan atau tepatnya peluang yang dimanfaatkan.
Baca Juga Cerita Ngentot Terbaru : Cerita Sex Ngentot Fatimah Cewek Berhijab
Suami Tante Om Joko punya hobbi main catur dengan Bapakku. Sedangkan luluk sering keluar mala mama pacarnya Kalau sudah sepi. Kesempatan itulah yang kami gunakan. Aku datangi terus Tante yang biasanya berhelah menolak tapi akhirnya mau juga.
Empat bulan kemudian sesudah Tante Mei ternyata hamil. Aku khawatir kalaukalau bayinya nanti hitam. Kalau hitam tentu bisa gempar. Karena Tante Mei itu putih. Ternyata Saat kelahiran Bayinya Buah Permainanku, terlahir Cwe Putih seperti ibunya, walaupun wajah mirik denganku menjadikan aku lega sedikit lega. Demikian lah Cerita Hot Terbaru Aku Hamili Tante Mei oleh Cerita sex hot