Cerita Bokep Indonesia – Cerita seks terbaru ini aku tulis isi dari ini, aku akan memberikan gambaran sekilas tentang tanteku ini. Tingginya sekitar 167-an, lingkar dadanya sekitar 34-an, pinggulnya 32-an, aku menambahkan “an” karena aku kurang tahu pasti besar masing-masing bagian tubuhnya itu. Kejadian itu terjadi di Denpasar Bali, tahun 1998, aku waktu itu kelas 3 SMU di salah satu SMU di Denpasar. Tapi sekarang aku kuliah di Jakarta di salah satu kampus yang tidak begitu terkenal di Jakarta. Aku memang sudah lama sekali sangat menginginkan tubuh tanteku itu, tapi butuh penantian yang lama, kira-kira sejak aku SMP. Mulailah ku ceritakan cerita panas nya….
Waktu itu sekitar jam 12.30 WITA, matahari benar-benar panasnya minta ampun, terus motorku endut-endutan. Wahhh! benar-benar reseh dah. Tapi akhirnya aku sampai di kost-kostan, langsung saja aku ganti baju, terus sambil minum air Aqua, wuahhh, segar tenan rek. Lalu tiba-tiba belum kurebahkan badan untuk istirahat handphone-ku bunyi, ternyata dari tanteku, lalu kujawab,“Halo Tan, ada apa?” “Kamu cepet dateng ya!” ucap tanteku. “Sekarang?” tanyaku lagi. “La iya-ya, masa besok, cepet yah!” ujar tanteku. Lalu aku bergegas datang ke rumah tanteku itu. Sesampainya di sana, kulihat rumahnya kok sepi, tidak seperti biasanya (biasanya ramai sekali), lalu kugedor pintu rumah tanteku. Tiba-tiba tanteku langsung teriak dari dalam. “Masuk aja Wa!” teriak tanteku. Oh ya, namaku Dewa. Lalu aku masuk langsung ke ruang TV. Terus aku tanya, “Tante dimana sih?” tanyaku dengan nada agak keras. “Lagi di kamar mandi, bentar ya Wa!” sahut tanteku. Sambil menunggu tanteku mandi aku langsung menghidupkan VCD yang ada di bawah TV, dan menonton film yang ada di situ. Tidak lama kemudian tanteku selesai mandi lalu menghampiri aku di ruang TV. Oh my god! Tanteku memakai daster tipis tapi tidak transparan sih, tapi cetakan tubuhnya itu loh, wuiiihhh! Tapi perlu pembaca ketahui di keluargaku terutama tante-tanteku kalau lagi di rumah pakaiannya seksi-seksi. Aku lanjutkan, lalu dia menegurku. “Sorry ya Wa, Tante lama.” “Oh, nggak papa Tante!” ujarku rada menahan birahi yang mulai naik. “Oom kemana Tante?” tanyaku.
“Loh Oom kamu kan lagi ke Singaraja (salah satu kota di Bali),” jawab tanteku.“Memangnya kamu nggak di kasih tau kalo di Singaraja ada orang nikah?” tanya tanteku lagi. “Wah nggak tau Tante, Dewa sibuk sih,” jawabku. “Eh Wa, kamu nggak usah tidur di kos-an yah, temenin Tante di sini, soalnya Tante takut kalo sendiri, ya Wa?” tanya tanteku sedikit merayu. Wow, mimpi apa aku semalam kok tanteku mengajak tidur di rumahnya, tidak biasanya, pikirku. “Tante kok nggak ikut?” tanyaku memancing. “Males Wa,” jawab tanteku enteng. “Ooo, ya udah, terus Dewa tidur dimana Tan?” tanyaku lagi. “Mmm di kamar Tante aja, biar kita bisa ngobrol sambil nonton film, di kamar Tante ada film baru tuh!” ujar tanteku. Oh god! what a miracle it this. Gila aku tidak menyangka aku bisa tidur sekamar, satu tempat tidur lagi, pikirku. “Oke deh!” sahutku dengan girang. Singkat cerita, waktu sudah menunjukkan pukul enam sore. “Waaa! Dewaaa! udah mandi belum?” teriak tanteku memanggil. “Bentar Tan!” jawabku. Memang saat itu aku sedang membersihkan motor, melap motor adalah kebiasaanku, karena aku berprinsip kalau motor bersih terawat harga jualnya pasti tinggi. Pada saat itu pikiran kotorku dalam sekejap hilang. Setelah melap motor, aku bergegas mandi. Di kamar mandi tiba-tiba pikiran kotorku muncul lagi, aku berpikir dan mengkhayalkan kemaluan tanteku, “Gimana rasanya ya?” khayalku. Terus aku berusaha menghilangkan lagi pikiran itu, tapi kok tidak bisa-bisa.Akhirnya aku mengambil keputusan dari pada nafsuku kupendam terus entar aku macam-macam, wah pokoknya bisa gawat.
Akhirnya aku onani di kamar mandi. Pas waktu di puncak-puncaknya aku onani, tiba-tiba pintu kamar mandi ada yang mengetuk. Kontan saja aku kaget, ternyata yang masuk itu adalah tanteku. Mana pas bugil, sedang tegang lagi kemaluanku, wah gawat! “Sibuk ya Wa?” tanya tanteku sambil senyum manja. “Eh… mmm… so… so… sorry Tan, lupa ngunci,” jawabku gugup.Tapi sebenarnya aku bangga, bisa menunjukkan batang kemaluanku pada tanteku. Panjang batang kemaluanku pas keadaan puncak bisa mencapai 15 cm, pokoknya “international size” deh. “Oh nggak papa, cepetan deh mandinya, terus langsung ke kamar ya, ada yang pengen Tante omongin.” “Oh my god, marah deh Tante, wah gawat nih,” pikirku. Lalu aku cepat-cepat mandi, terus berpakaian di dalam kamar mandi juga, tidak sempat deh melanjutkan onani, padahal sudah di puncak. Setibanya di kamar tanteku, aku melihat tante memakai celana pendek, sangat pendek, ketat, pokoknya seksi sekali, terus aku bertanya, “Ada apa Tan, kayaknya gawat banget sih?” tanyaku takut-takut sambil duduk di atas tempat tidur.
“Enggak, Tante pengen cerita, tentang Oom-mu itu lho,” ujar tanteku. “Emangnya Oom kenapa Tan?” tanyaku lagi.Dalam hatiku sebenarnya aku sudah tahu oom itu orangnya agak lemah, jadi aku berharap tante menawarkan kemaluannya padaku. Dengan seksama aku medengarkan cerita tanteku itu. “Sebenernya Tante nggak begitu bahagia sama Oom-mu itu, tapi dibilang nggak bahagia nggak juga, sebabnya Oom-mu itu orangnya setia, tanggung jawab, dan pengertian, yang bikin Tante ngomong bahwa Tante nggak bahagia itu adalah masalah urusan ranjang,” ujar tanteku panjang lebar. “Maksud Tante?” tanyaku lagi. “Ya ampun, masih nggak ngerti juga, maksud Tante, Oom-mu itu kalo diajak begituan suka cepet nge-down, nah ngertikan?” tanya tanteku meyakinkan aku. “Ooo…” ucapku pura-pura tidak mengerti. “Mmm… Wa, mau nggak nolongin Tante?” tanya tanteku dengan nada memelas. “Bantu apa Tan?” tanyaku lagi. “Kan hari ini sepi, terus Oom-mu kan nggak ada, juga sekarang Tante lagi terangsang nih, mau nggak kamu main sama Tante?” tanya tanteku sembari mendekatkan tubuhnya kepadaku. Gila! Ternyata benar juga yang aku khayalkan,
Tanteku minta! Cihui! ups tapi jangan sampai aku terlihat nafsu juga, pikirku dalam-dalam. “Tapi Dewa takut Tante, nanti ada yang ngeliat gimana?” ucapku polos.“Loh…! kan kamu ngeliat sendiri, emang di sini ada siapa? kan nggak ada siapa-siapa,” jawab tanteku meyakinkan. “Ya udah deh,” ujar tanteku sambil memulai dengan menempelkan tangannya ke kemaluanku yang sebenarnya sudah menegang dari tadi. “Wow… gede juga ya! Buka dong celanamu Wa!” ujar tanteku mesra. Lalu kubuka celanaku dengan cepat-cepat, dengan cepat pula tanteku memegang kemaluanku yang sudah over size itu. Sambil mengocok batang kemaluanku dengan tangan kirinya, tangan kanan tanteku memegang payudaranya dan mengeluarkan bunyi-bunyi yang merangsang. “Emf… ehm… mmm… gede banget kemaluanmu Wa!” ujar tanteku. Aku tidak terlalu mendengarkan omongan tanteku, soalnya aku sudah “over” sekali. Lalu tanteku mulai menempelkan kemaluanku ke mulutnya, dan dengan seketika sudah dilumatnya batang kemaluanku itu. “Oh God! Eh… eh… ehm… e… nak… Tante… terus Tan…!” ujarku merasakan nikmatnya kuluman tanteku itu. Tanteku lalu merebahkan tubuhku di atas ranjangnya, lalu dengan ganas ia menyedot batang kemaluanku itu, lalu ia memutar tubuhnya dan meletakkan liang kemaluannya di atas mukaku tanpa melepaskan kemaluanku dari mulutnya.Dengan sigap aku langsung menjilat liang kemaluan tanteku. Merasakan itu tanteku mengerang keenakan. “Aaah… Wa… enak… terus Wa… terus jilat…!” erang tanteku keras-keras. Mendengar itu, nafsuku makin bertambah, dengan nafsu yang menggebu jilatan ke kemaluannya kutingkatkan lagi, dan akibatnya tanteku mengalami orgasme yang dahsyat, sampai-sampai mukaku kena semprotan cairan kewanitaannya. “Oh Dewa… Tante sayang kamu… uh… ka.. ka… mu ponakan Tante paling… heee… bat… aaah,” puji tanteku sambil mengerang merasakan nikmat.
Aku merasa bangga karena aku masih bertahan, lalu aku membalikkan tubuh tanteku sehingga ia terlentang. Kuangkat kedua kakinya sehingga terpampanglah liang kemaluannya berwarna pink merekah. Sebelum aku mulai menu utamanya, pertama aku melucuti pakaiannya terlebih dahulu, setelah terbuka, aku mulai memainkan mulutku di puting payudaranya, dan kemaluanku yang telah “over” tadi kuletakkan di atas perutnya sambil menggesek-gesekkannya. Perlahan aku menciumi tubuh tanteku dengan arah menurun, mulai dari puting terus ke perut lalu ke paha sampai akhirnya tiba di bibir kemaluannya.Dengan penuh nafsu aku menjilat, menyedot, sampai menggigit saking gemasnya, dan rupanya tanteku akan mengalami orgasmenya lagi. “Ooohh… Waaa… Tante mau keee… luuu.. aar! Aaah…!” erang tanteku lagi sambil menjambak rambut kepalaku sehingga wajahku terbenam di kemaluannya. “Wa, udah ah, Tante nggak kuat lagi, Oom-mu mana bisa kayak gini, udah deh Wa, lansung aja tante pengen langsung ngerasain itu-mu.”
Baca Juga Cerita Seks Mesum : Bergairah Ketika Dibadai Melanda dan Pengalaman terindah di ngentot ayu siswi sesama Sekolah SMA
Tubuhnya kutopang dengan tangan kiri, sementara tangan kiri membimbing batang kemaluanku mencari sarangnya. Melihatku kesulitan mencari liang kemaluan tanteku, akhirnya tanteku yang membimbing untuk memasukkan batang kemaluaku ke liang kemaluannya. Setelah menempel di lubangnya, perlahan kudorong masuk batang kemaluanku, dorongan itu diiringi dengan desahan tanteku. “Egghmm… terus Waa… pelan tapi terus Wa… egghhmm…!” desahan tanteku begitu merangsang. Aku sebenarnya tidak senang dengan permainan yang perlahan. Akhirnya dengan tiba-tiba dorongan batang kemaluanku, kukeraskan sehingga tanteku teriak kesakitan. “Aaahh… Waaa.. saaakitt… pelan-pelan… aargghhh…” teriak tanteku menahan sakitnya itu. Dan tidak percuma.batang kemaluanku langsung terbenam di dalam liang kehormatannya itu. Setelah itu batang kemaluanku, aku maju-mundurkan perlahan, untuk mencari kenikmatan. Dengan gerakan perlahan itu akhirnya tanteku menikmati kembali permainan itu. “Ah… uh… terus Wa… enak sekali… itu-mu gede sekali… eggghh… lebih enak dari Oom-mu itu… terus Waaa…” erang tanteku keenakan. Lalu lama-lama aku mulai mempercepat gerakan maju-mundur, dan itu mendapat reaksi yang dahsyat dari tanteku, ia juga mulai memainkan pinggulnya, hingga terasa batang kemaluanku mulai berdenyut, “Tan… saya mauuu… kelu… arrr… nih…!” “Di dalam aja Waaa… Tante… juugaa… mauuu keeluaaarr… aaarrgghh…!” Akhirnya kami keluar bersama-sama, kira-kira enam kali semprotan aku mengeluarkan sperma. Aaahh… begitu nikmatnya. Setelah itu kucabut batang kemaluanku dari liang kemaluan tanteku, terus kuberikan ke mulut tanteku untuk dibersihkan.
Dengan ganas tanteku menjilati spermaku yang masih ada di kepala kemaluanku hingga bersih. Setelah itu tanteku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dan aku tetap berada di kamar, tiduran melepas lelah.Setelah tanteku selesai membersihkan diri, ia kembali ke kamar dan segera mencium bibirku, lalu ia bilang bahwa selama oom-ku di Singaraja, aku diharuskan tinggal di rumah tanteku dan aku jelas mengiyakan. Lalu tante juga bertanya apakah keadaan kostku bebas, maka kujawab iya. Lalu tante bilang bahwa kalau misalnya oom-ku ada di rumah, terus tanteku ingin main denganku, tanteku akan mencariku ke kost, aku hanya manggut-manggut senang saja.
Pembantu Berpengalaman
Haduh sudah bosan rasanya waktu sungguh lama berputarnya kira kira masih 45 menit perkuliahanku habis sebelum masuk kuliah kakak iparku meneleponku katanya kalau habis pulang kuliah disuruh mampir kerumahnya, biasanya untuk menjaga rumahnya atu ada keperluan lainnya, kakaku sering menyuruhku untuk menjaga rumahnya jika dia ingin pergi ke luar kota.Rintik-rintik hujan mulai turun semakin lebat. Mbak Padmi yang bekerja di rumah abangku ini bergegas ke halaman belakang untuk mengambil jemuran.Kemudian, “Den Mad!”, teriaknya keras dari belakang rumah.Aku berlari menuju arah suaranya dan melihat Mbak Padmi terduduk di tepi jemuran. Kain jemuran berhamburan di sekitarnya. “Den Mad, tolong Mbak Padmi bawakan kain ini masuk”, pintanya sambil menyeringai mungkin menahan sakit.“Mbak tadi tergelincir”, sambungnya. Aku hanya mengangguk sambil mengambil kain yang berserakan lalu sebelah tanganku coba membantu Mbak Padmi berdiri.“Sebentar Mbak. Saya bawa masuk dulu kain ini”, kataku sembari membantunya memegang kain yang berada di tangan Mbak Padmi.Aku bergegas masuk ke dalam rumah.
Kain jemuran kuletakkan di atas kasur, di kamar Mbak Padmi. Ketika aku menghampiri Mbak Padmi lagi, dia sudah separuh berdiri dan mencoba berjalan terhuyung-huyung.Hujan semakin lebat seakan dicurahkan semuanya dari langit. Aku menuntun Mbak Padmi masuk ke kamarnya dan mendudukkan di kursi. Dadaku berdetak kencang ketika tanganku tersentuh buah dada Mbak Padmi.Terasa kenyal sehingga membuat darah mudaku tersirap naik. Kuakui walau dalam umur awal 30-an ini Mbak Padmi tidak kalah menariknya jika dibandingkan dengan kakak iparku yang berusia 25 tahun. Kulitnya kuning langsat dengan potongan badannya yang masih menarik perhatian lelaki.Tidak heran, pernah Mbak Padmi kepergok oleh abangku bermesraan dengan laki-laki lain.“Tolong ambilkan Mbak handuk”, pinta Mbak Padmi ketika aku masih termangu-mangu.
Aku menuju ke lemari pakaian lalu mengeluarkan handuk dan kuberikan kepadanya.“Terima kasih Den Mad”, katanya dan aku cuma mengangguk-angguk saja. Kasihan Mbak Padmi, dia adalah wanita yang paling lemah lembut. Suaranya halus dan lembut. Bibirnya senantiasa terukir senyum, walaupun dia tidak tersenyum.Rajin dan tidak pernah sombong atau membantah. Dianggapnya rumah abangku seperti rumah keluarganya sendiri. Tak pernah ada yang menyuruhnya karena dia tahu tanggung jawabnya. Kadang-kadang saya memberinya sedikit uang, bila saya datang ke sana.Bukan karena apa, sebab dia mempunyai sifat yang bisa membuat orang sayang kepadanya. Abangku tidak pernah memarahinya. Gajinya setiap bulan disimpan di bank. Pakaiannya dibelikan oleh kakak iparku hampir setiap bulan.Memang dia cantik, dan tak tahu apa sebabnya hingga suaminya menceraikannya. Kabarnya dia benci karena suaminya main serong.Hampir 6 tahun lebih dia menjanda setelah menikah hanya 3 bulan. Sekarang dia baru berusia 33 tahun, masih muda. Kalau masalah kecantikan, memang kulitnya putih. Dia keturunan Cina. Rambutnya mengurai lurus hingga ke pinggang.Dibandingkan dengan kakak iparku, masing-masing ada kelebihannya.
Kelebihan Mbak Padmi ialah sikapnya kepada semua orang, budi bahasanya halus dan sopan.Mbak Padmi berdiri lalu mencoba berjalan menuju ke kamar mandi. Melihat keadaannya masih terhuyung-huyung, dengan cepat kupegang tangannya untuk membantu. Sebelah tanganku memegang pinggang Mbak Padmi.Kutuntun menuju ke pintu kamar mandi. Terasa sayang untuk kulepaskan peganganku, sebelah lagi tanganku melekat di pinggangnya. Mbak Padmi menghadap ke diriku saat kutatap wajahnya. Mata kami saling bertatapan.Kulihat Mbak Padmi sepertinya senang dan menyukai apa yang kulakukan. Tanganku jadi lebih berani mengusap-usap lengannya lalu ke dadanya. Kuusap dadanya yang kenyal menegang dengan puting yang mulai mengeras.Kudekatkan mulutku untuk mencium pipinya. Dia berpaling menyamping, lalu kutarik lagi pipinya.
Baca Juga Cerita Seks Terbaru : Bercinta Dengan Mbak Ririn Tetanggaku dan Kecewanya CLBK
Mulut kamipun bertemu. Aku mencium bibirnya. Inilah pertama kalinya aku melakukannya kepada seorang wanita.Erangan halus keluar dari mulut Mbak Padmi. Ketika kedua tanganku meremas punggungnya dan lidahku mulai menjalari leher Mbak Padmi. Ini semua akibat film BF dari CD-Rom yang sering kutonton dari rumah teman.Mbak Padmi bersandar ke dinding, tetapi tidak meronta. Sementara tanganku menyusup masuk ke dalam bajunya, mulut dan lidahnya kukecup. Kuhisap dan kugelitik langit-langit mulutnya. Kancing BH-nya kulepaskan.Tanganku bergerak bebas mengusap buah dadanya. Putingnya kupegang dengan lembut. Kami sama-sama hanyut dibuai kenikmatan walaupun kami masih berdiri bersandar di dinding. Kami terangsang tak karuan. Nafas kami semakin memburu.Aku merasa tubuh Mbak Padmi menyandar ke dadaku. Dia sepertinya pasrah.
Baju daster Mbak Padmi kubuka. Di dalam cahaya remang dan hujan lebat itu, kutatap wajahnya. Matanya terpejam.Daging kenyal yang selama ini terbungkus rapi menghiasi dadanya kuremas perlahan-lahan.Bibirku mengecup puting buah dadanya secara perlahan. Kuhisap puting yang mengeras itu hingga memerah. Mbak Padmi semakin gelisah dan nafasnya sudah tidak teratur lagi.Tangannya liar menarik-narik rambutku, sedangkan aku tenggelam di celah buah dadanya yang membusung.Mulutnya mendesah-desah, “Ssshh…, sshh!”. Puting payudaranya yang merekah itu kujilat berulangkali sambil kugigit perlahan-lahan. Kulepaskan ikatan kain di pinggangnya.Lidahku kini bermain di pusar Mbak Padmi, sambil tanganku mulai mengusap-usap pahanya.Ketika kulepaskan ikatan kainnya, tangan Mbak Padmi semakin kuat menarik rambutku.“Den Maddd…, Den Mad”, suara Mbak Padmi memanggilku perlahan. Aku terus melakukan usapanku. Nafasnya terengah-engah ketika celana dalamnya kutarik ke bawah.Tanganku mulai menyentuh daerah kemaluannya. Rambut halus di sekitar kemaluannya kuusap-usap perlahan.
Ketika lidahku baru menyentuh kemaluannya, Mbak Padmi menarikku berdiri. Pandangan matanya terlihat sayu bagai menyatakan sesuatu.Pandangannya ditujukan ke tempat tidurnya. Aku segera mengerti maksud Mbak Padmi seraya menuntun Mbak Padmi menuju tempat tidur. Bau kemaluannya merangsang sekali. Dengan satu bau khas yang sukar diceritakan.“Den Maddd…”, bisiknya perlahan di telingaku. Aku terdiam sambil mengikuti apa yang kuinginkan.Mbak Padmi sepertinya membiarkan saja. Kami benar-benar tenggelam. Mbak Padmi kini kutelanjangkan.Tubuhnya berbaring telentang sambil kakinya menyentuh lantai. Seluruh tubuhnya cukup menggiurkan. Mukanya berpaling ke sebelah kiri. Matanya terpejam. Tangannya mendekap kain sprei. Buah dadanya membusung seperti minta disentuh.Puting susunya terlihat berair karena liur hisapanku tadi. Perutnya mulus dan pusarnya cukup indah. Kulihat tidak ada lipatan dan lemak seperti perut wanita yang telah melahirkan. Memang Mbak Padmi tidak memiliki anak karena dia bercerai setelah menikah 3 bulan.Kakinya merapat. Karena itu aku tidak dapat melihat seluruh kemaluannya. Cuma sekumpulan rambut yang lebat halus menghiasi bagian bawah. Kemudian, tanganku terus membuka kancing bajuku satu-persatu. ritsluiting jeans-ku kuturunkan.Aku telanjang bulat di hadapan Mbak Padmi. Penisku berdiri tegang melihat kecantikan sosok tubuh Mbak Padmi. Buah dada yang membusung dihiasi puting kecil dan daerah di bulatan putingnya kemerah-merahan. Indah sekali kupandang di celah pahanya.Mbak Padmi telentang kaku. Tidak bergerak.
Cuma nafasnya saja turun naik. Lalu akupun duduk di pinggir kasur sambil mendekap tubuh Mbak Padmi.Sungguh lembut tubuh mungil Mbak Padmi. Kupeluk dengan gemas sambil kulumat mesra bibir ranumnya. Tanganku meraba seluruh tubuhnya. Sambil memegang puting susunya, kuremas-remas buah dada yang kenyal itu. Kuusap-usap dan kuremas-remas.Nafsuku terangsang semakin hebat. Penisku menyentuh pinggang Mbak Padmi. Kudekatkan penisku ke tangan Mbak Padmi. Digenggamnya penisku erat-erat lalu diusap-usapnya. Memang Mbak Padmi tahu apa yang harus dilakukan.Maklumlah dia pernah menikah. Dibandingkan denganku, aku cuma tahu teori dengan melihat film BF, itu saja. Tanganku terus mengusap perutnya hingga ke celah selangkangannya. Terasa berlendir basah di kemaluannya. Aku beralih dengan posisi 69.Rupanya Mbak Padmi mengerti keinginanku. Lalu dipegangnya penisku yang sudah tegang dan dimasukkannya ke dalam mulutnya. Mataku terpejam-pejam ketika lidah Mbak Padmi melumat kepala penisku dengan lembut.Penisku dikulum sampai ke pangkalnya. Sukar untuk dibayangkan betapa nikmatnya diriku. Bibir Mbak Padmi terasa menarik-narik batang penisku. Tidak tahan diperlakukan begitu aku lalu mengerang menahan nikmat.Kubuka lebar-lebar paha Mbak Padmi sambil mencari liang vaginanya. Kusibakkan vaginanya yang telah basah itu. Kujulurkan lidahku sambil memegang clitorisnya. Mbak Padmi mendesah. Kujilat-jilat dengan lidahku.Kulumat dengan mulutku. Liang kemaluan Mbak Padmi semakin memerah. Bau kemaluannya semakin kuat. Aku jadi semakin terangsang. Seketika kulihat air berwarna putih keluar dari lubang vaginanya.Tentu Mbak Padmi sudah cukup terangsang, pikirku. Aku kembali pada posisi semula.Tubuh kami berhadapan. Tangannya menarik tubuhku untuk rebah bersama. Buah dadanya tertindih oleh dadaku.
Mbak Padmi memperbaiki posisinya ketika tanganku mencoba mengusap-usap pangkal pahanya.Kedua Kaki Mbak Padmi mulai membuka sedikit ketika jariku menyentuh kemaluannya. Lidahku mulai turun ke dadanya. Putingnya kuhisap sedikit kasar. Punggung Mbak Padmi terangkat-angkat ketika lidahku mengitari perutnya.Akhirnya jilatanku sampai ke celah pahanya. Mbak Padmi semakin membuka pahanya ketika aku menjilat clitorisnya, kulihat Mbak Padmi sudah tidak bergerak lagi. Kakinya kadang-kadang menjepit kepalaku sedangkan lidahku sibuk mencari tempat-tempat yang bisa mendatangkan kenikmatan baginyaErangan Mbak Padmi semakin kuat dan nafasnya pun yang terus mendesah. Rambutku di tarik-tariknya dengan mata terpejam menahan kenikmatan. Aku bertanya, “Gimana Mbak rasanya?”, suaraku lembut dan sedikit manja. Dia tidak menjawab. Dia hanya membuka matanya sedikit sambil menarik napas panjang.Aku mengerti. Itu bertanda dia setuju. Tanpa disuruh, aku mengarahkan penisku ke arah lubang vaginanya yang kini telah terbuka lebar. Lendir dan liurku telah banjir di gerbang vaginanya. Kugesek-gesekan kepala penisku di cairan yang membanjir itu.Perlahan-lahan kutekan ke dalam. Tekanan penisku memang agak sedikit susah. Terasa sempit. Kulihat Mbak Padmi menggelinjang seperti kesakitan. “Pelan-pelan Den Madd!”, Mbak Padmi berbicara dengan nafas sesak.Aku sekarang mengerti. Kemaluan Mbak Padmi sudah sempit lagi setelah 6 tahun tidak disetubuhi, walaupun dia sudah tidak perawan lagi.
Memang aku belum berpengalaman kerena ini merupakan pertama kalinya aku menyetubuhi seorang wanita walau umurku sudah matangKutekan lagi. Kumasukkan penisku perlahan-lahan. Kutekan punggungku ke depan. sangat hati-hati. Terasa memang sempit. Lalu Mbak Padmi memegang lenganku erat-erat. Mulutnya meringis seperti orang sedang menggigit tulang.Hanya sebagian penisku yang masuk. Kubiarkan sebentar penisku berhenti, terdiam. Mbak Padmi juga terdiam. Tenang. Sementara itu, kupeluk tubuh Mbak Padmi dengan gemas sambil memainkan buah dadanya, menjilat, mengusap dan menggigit-gigit lembut.Mulutnya kukecup sambil lidahnya kumainkan. Kami memang sudah sangat bernafsu dan terangsang. Lalu kemudian aku bertanya dengan suara lembut, “Mau diteruskan…?”. Mbak Padmi membuka matanya.
Di bibirnya terlihat senyum manis yang menggairahkan. Kutekan penisku ke dalam. Kemudian kutarik ke belakang perlahan-lahan. Kuhentakkan perlahan-lahan. Memang sempit kemaluan Mbak Padmi, mencengkram seluruh batang penisku.Penisku terasa seperti tersedot di dalam vagina Mbak Padmi. Kami makin terangsang! Penisku mulai memasuki kemaluan Mbak Padmi lebih lancar. Terasa hangatnya sungguh menggairahkan.Mata Mbak Padmi terbuka menatapku dengan pandangan yang sayu ketika penisku mulai kukeluar-masukkan. Bibirnya dicibirkan rapat-rapat seperti tidak sabar menunggu tindakanku selanjutnya.Sedikit demi sedikit penisku masuk sampai ke pangkalnya.Mbak Padmi mendesah dan mengerang seiring dengan keluar-masuknya penisku di kemaluannya. Kadang-kadang punggung Mbak Padmi terangkat-angkat menyambut penisku yang sudah melekat di kemaluannya.Berpuluh-puluh kali kumaju-mundurkan penisku seiring dengan nafas kami yang tidak teratur lagi. Suatu ketika aku merasakan badan Mbak Padmi mengejang dengan mata yang tertutup rapat. Tangannya memeluk erat-erat pinggangku.Punggungnya terangkat tinggi dan satu keluhan berat keluar dari mulutnya secara pelan.
Baca Juga Cerita Panas Dewasa : Ada Apa Dengan Amelia
Denyutan di kemaluannya terasa kuat seakan melumatkan penisku yang tertanam di dalamnya. Goyanganku semakin kuat.Kasur Mbak Padmi bergoyang mengeluarkan bunyi berdecit-decit. Leher Mbak Padmi kurengkuh erat sambil badanku rapat menindih badannya. Ketika itu seolah-olah aku merasakan ada denyutan yang menandakan air maniku akan keluar.Denyutan yang semakin keras membuat penisku semakin menegang keras. Mbak Padmi mengimbanginya dengan menggoyangkan pinggulnya. Goyanganku semakin kencang. Kemaluan Mbak Padmi semakin keras menjepit penisku.Kurangkul tubuhnya kuat-kuat. Dia diam saja. Bersandar pada tubuhku, Mbak Padmi lunglai seperti tidak bertenaga. Kugoyang terus hingga tubuh Mbak Padmi seperti terguncang-guncang. Dia membiarkan saja perlakuanku itu.Nafasnya semakin kencang. Dalam keadaan sangat menggairahkan, akhirnya aku sampai ke puncak. Air maniku muncrat ke dalam kemaluan Mbak Padmi. Bergetar badanku saat maniku muncrat. Mbak Padmi mengait pahaku dengan kakinya.Matanya terbuka lebar memandangku. Mukanya serius. Bibir dan giginya dicibirkan. Nafasnya terengah-engah. Dia mengerang agak kuat. Waktu aku memuntahkan lahar maniku, tusukanku dengan kuat menghunjam masuk ke dalam.Kulihat Mbak Padmi menggelepar-gelepar. Dadanya terangkat dan kepalanya mendongak ke belakang. Aku lupa segala-galanya.
Untuk beberapa saat kami merasakan kenikmatan itu. Beberapa tusukan tadi memang membuat kami sampai ke puncak bersama-sama.Memang hebat. Sungguh puas. Memang inilah pertama kalinya aku melakukan senggama. Mbak Padmi lah wanita pertama yang mendapatkan air perjakaku. Walaupun dia seorang janda, bagiku dia adalah wanita yang sangat cantik.Waktu kami melakukan senggama tadi, kami berkhayal entah kemana. Mbak Padmi memang hebat dalam permainannya. Sebagai seorang yang tidak pernah merasakan kenikmatan persetubuhan, bagiku Mbak Padmi betul-betul memberiku surga dunia.Aku terbaring lemas di sisi Mbak Padmi. Mataku terpejam rapat seolah tidak ada tenaga untuk membukanya. Dalam hati aku puas karena dapat mengimbangi permainan ranjang Mbak Padmi. Kulihat Mbak Padmi tertidur di sebelahku.Kejadian yang tidak pernah kuimpikan, terjadi tanpa dapat dielakkan. Mbak Padmi juga telentang dengan mata tertutup seperti kelelahan, mungkin lelah setelah dapat menghilangkan keinginan batinnya sejak menjanda 6 tahun yang lalu. Kami masih berpelukan.Kemudian Mbak Padmi terasa seperti mengusap mukaku.
Kubuka mataku. Dia tersenyum. Aku tersenyum. Seolah-olah kami tidak merasa aneh berpelukan tanpa sehelai benang pun di tubuh kami.Dia mencium bibirku.Dia berbisik ketelingaku,“Terima kasih ya Den Mad. Mbak…” Belum sempat dia menghabiskan kata-katanya, aku bertanya,“Mbak puas…?”. Dia tersenyum dan mengangguk.“Dua kali!”, jawabnya ringkas.“Den Mad kamu memang hebat, penismu juga besar! Panjang!”, katanya.Sementara itu ia mengocokkan batang penisku. Suaranya membangkitkan gairahku. “Mbak suka?”, tanyaku. Dia tersenyum. Dia mengangguk tanda suka. Saat itu juga tanganku memegang buah dadanya. Tangannya mengocok terus penisku.Penisku tegang lagi. Kami jadi terangsang lagi. “Mbak mau lagi?”, tanyaku dengan suara manja.Dia tersenyum manis. Apa yang kuimpikan kini benar-benar menjadi kenyataan. Perlahan-lahan kubuka selimutnya. Kulihat kaki Mbak Padmi sudah mengejang. Sedikit demi sedikit terus kutarik selimutnya ke bawah.Segunduk daging mulai terlihat. Ufff…, detak jantungku kembali berdegup kencang. Kunikmati kembali tubuh Mbak Padmi tanpa perlawanan. Gundukan bukit kecil yang bersih, dengan bulu-bulu tipis yang mulai tumbuh di sekelilingnya, tampak berkilat di depanku.Kurentangkan kedua kakinya hingga terlihat sebuah celah kecil di balik gundukan bukit Mbak Padmi. Kedua belahan bibir mungil kemaluannya kubuka. Melalui celah itu kulihat semua rahasia di dalamnya. Aku menelan air liurku sendiri sambil melihat kenikmatan yang telah menanti.Kudekatkan kepalaku untuk meneliti pemandangan yang lebih jelas. Memang indah membangkitkan birahi. Tak mampu aku menahan ledakan birahi yang menghambat nafasku. Segera kudekatkan mulutku sambil mengecup bibir kemaluan Mbak Padmi dengan bibir dan lidahku.Rakus sekali lidahku menjilati setiap bagian kemaluan Mbak Padmi. Terasa seperti tak ingin aku menyia-nyiakan kesempatan yang dihidangkannya. Setiap kali lidahku menekan keras ke bagian daging kecil yang menonjol di mulut vaginanya, Mbak Padmi mendesis dan mendesah keenakan. Lidah dan bibirku menjilat dan mengecup perlahan.Beberapa kali kulihat Mbak Padmi mengejangkan kakinya. Aku sangat menikmati bau khas dari liang kemaluan Mbak Padmi yang memenuhi relung hidungku. Membuat lidahku bergerak semakin menggila. Kutekan lidahku ke lubang kemaluan Mbak Padmi yang kini sedikit terbuka.Rasanya ingin kumasukkan lebih dalam lagi, tapi tidak bisa.
Mungkin karena lidahku kurang keras. Tetapi, kelunakan lidahku itu membuat Mbak Padmi beberapa kali mengerang karena nikmat. Dalam keadaan sudah terangsang, kutarik tubuh Mbak Padmi ke posisi menungging. Ia menuruti permintaanku dan bertanya dengan nada manja.“Den Mad mau diapakan badan Mbak?”, bisiknya.Aku rasa dia tak pernah diperlakukan seperti ini oleh suaminya dulu. Aku diam saja. Kuatur posisinya. Tangannya meremas sprei hingga kusut. Air mani Mbak Padmi sudah membasahi kemaluannya. Kubuka pintu kemaluannya.Kulihat dan perhatikan dengan seksama. Memang aku tidak pernah melihat kemaluan wanita serapat itu. Kucium kemaluan Mbak Padmi. Bau anyir dan bau air maniku bercampur dengan bau asli vagina Mbak Padmi yang merangsang.Bau vagina seorang wanita! Jelas semua! Bulu kemaluan Mbak Padmi yang lembab dan melekat berserakan di sekitar vaginanya. Kusibakkan sedikit untuk memberi ruang. Kumasukkan jari telunjukku ke dalam lubang vaginanya.Kumain-mainkan di dalamnya. Kulihat Mbak Padmi menggoyang punggungnya. Kucium dan kugigit daging kenyal punggungnya yang putih bersih itu. Kemudan kurangkul pinggangnya. Kumasukkan penisku ke liang vaginanya.Pinggang Mbak Padmi seperti terhentak. Perlahan-lahan kutusukkan penisku yang besar panjang ke lubang vaginanya dengan posisi “doggy-style”.
Tusukanku semakin kencang. Nafsu syahwatku kembali sangat terangsang.Kali ini berkali-kali aku mendorong dan menarik penisku. Hentakanku memang kasar dan ganas. Kuraih pinggang Mbak Padmi. Kemudian beralih ke buah dadanya. Kuremas-remas semauku, bebas. Rambutnya acak-acakan.Lama juga Mbak Padmi menahan lampiasan nafsuku kali ini. Hampir setengah jam. Maklumlah ini adalah kedua kalinya. Tusukanku memang hebat. Kadang cepat, kadang pelan. Kudorong-dorong tubuh Mbak Padmi. Dia melenguh. Dengusan dari hidungnya memanjang. Berkali-kali.Seperti orang terengah-engah kecapaian. “Ehh.. ek, Ekh, Ekh.” Akirnya aku merasakan air maniku hampir muntah lagi. Waktu itu kurangkul kedua bahu Mbak Padmi sambil menusukkan penisku ke dalam. Tenggelam semuanya hingga ke pangkalnya. Waktu itulah kumuntahkan spermaku. Kutarik lagi, dan kuhunjamkan lagi ke dalam. Tiga empat kali kugoyang seperti itu.Mbak Padmi terlihat pasrah mengikuti hentakanku. Kemudian kupeluk tubuhnya walaupun penisku masih tertancap di dalam kemaluannya. Kuelus-elus buah dadanya. Kudekati mukanya. Kami berciuman. Begitu lama hingga terasa penisku kembali normal.Mbak Padmi sepertinya kelelahan. Keringat bercucuran di dahi kami. Kami telentang miring sambil berpelukan. Mbak Padmi terlihat lemas lalu tertidur. Melihat Mbak Padmi begitu, dan hujan masih belum reda, birahiku bangkit kembali. Kurangkul tubuh Mbak Padmi dan aku bermain sekali lagi. Kali ini Mbak Padmi menyerah. Dia tidak menolak. Kumainkan kemaluannya sampai puas. Bau di kamar ini adalah bau air mani kami.Bunyi tempat tidur pun berdecit-cit. “Ahh… aaghh.”
Sesudah itu perlahan-lahan aku berdiri dan memakai kembali pakaianku. Aku keluar dari kamar Mbak Padmi menuju ke ruang depan. Sewaktu aku keluar, barulah aku sadar pintu kamar Mbak Padmi tidak tertutup rapat.Rupa-rupanya kakak iparku sudah pulang. Mendadak aku pucat kalau-kalau kejadian tadi disaksikan oleh kakak iparku. Aku keluar sambil mencoba berlagak seperti tidak terjadi apa-apa. Kemudian aku duduk di sofa.Sebentar kemudian kakak iparku datang membawa minuman. Kulihat mukanya biasa saja.Kuyakinkan diriku bahwa kakak iparku tidak tahu apa yang telah terjadi tadi antara aku dengan Mbak Padmi.Aku bertanya, “Abang tidak pulang sama Mbak?” “Tidak.Dia ke Singapore 4 hari!”, jawabnya. Dia tersenyum.“Minumlah!”, dia mempersilakanku. Kemudian dia berjalan menuju ke kamarnya. Aku duduk dan menonton film “Airforce One”.“Mbak sebentar lagi mau pergi, ambil mobil di sana. Nanti malam tolong kamu tidur di sini ya, sekilan jaga rumah!”, katanya pendek.Memang bagitulah biasanya. Kalau abangku tidak ada, aku yang jadi sopir kakak iparku untuk membawa Mercedez-nya ke mana-mana.Malam itu aku tidak pulang ke flatku. Tidur di rumah abangku! Memang ada kamar khusus untukku di rumahnya yang cukup besar itu. Tapi yang lebih spesial lagi bagiku adalah tidur dalam pelukan Mbak Padmi. Demikianlah cerita seks panas Berhayal Ngentot Tante dan Pembantu Berpengalaman oleh cerita sex hot