Cerita Mesum Dewasa – Cerita Bokep ini adalah cerita seks skandal tentang security kos yang memperkosa anak kos kosan, salah satu anak kos yang bernama Nina dia adalah mahasiswi di salah satu PTN Bandung, saat ini dia masih semster 6, dia rajin belajar hingga belajar kelompok sampai malam hari, saat itu waktu sudah menunjukan jam 11 malam, padahal gerbang kos sudah tertutup dua jam yang lalu.
Saat mencari kunci yang ada ditasnya dia disapa oleh security kos yang bernama Pak Asep, “neng Nina baru pulang atuh jam segini?” eh Pak Hei iya nih Pak habis ngerjain tugas kelompok soalnya besok dikumpulin, samil berjalan menuju kamarnya Nina teringat bahwa lampu kamarnya mati dan belum sempat untuk mengganti.
Teriak Nina kepada Pak Asep “Pakk Asep minta tolong dong” dengan nada yang agak keras karena kamar dan pos jaga lumayan jauh jaraknya, Pak Asep pun medatangi kekamar Nina ”ada apa neng kok teriak teriak”
“ini Pak boleh minta tolong untuk beliin lampu, soalnya saya lupa beli waktu keluar tadi”
Jawab Pak Asep “sini aku belikan neng warung didepan masih buka kok” Nina mengeluarkan selembar uang 20rb. “Beli yang bagus ya Pak. Kembaliannya ambil saja.”
“Sip, Neng.”, Ujar Pak Asep sambil mengambil uang dan berjalan pergi.
“Oia, Pak. Tolong sekalian dipasang ya Pak. Langit-langitnya tinggi. Saya mau mandi, nanti langsung masuk saja. Pintunya ga dikunci.”
Pak Asep mengangguk sambil terus berjalan. Pak Asep berusia sekitar 50 tahun. Pipinya yang tirus membuatnya terlihat tua. Selain menjadi security kosan, Ia juga bertani di sawah belakang kosan. Itu sebabnya warna kulitnya terlihat sangat gelap kecoklatan. Nina memasuki kamar, menutup pintu, dan mulai membuka pakaiannya satu persatu.
Ia membuka kaos dan jins yang dipakainya sejak pagi hari. Melemparkannya ke tumpukan pakaian kotor. Dengan BH dan celana dalam Nina berjalan ke kamar mandi kemudian menyalakan keran air. Pintu kamar mandi ditutup.
Nina melepas BH dan celana dalam, meletakkannya di ember yang khusus disediakan untuk pakaian dalam.
Ia mulai mengguyurkan air dari ujung kepala. Segar sekali rasanya ketika tetesan-tetesan air membasuh rambut, wajah, leher, pundak, dan payudaranya. Beberapa tetesan kecil menyentuh puting Nina yang berwarna merah muda.
Ia kembali mengguyur tubuhnya, kali ini air membasuh perut, paha, dan bongkahan pantat Nina yang begitu mulus berwarna putih bersih. Sedikit tetesan air dengan genitnya menjalar ke selangkangan Nina, menyapu kulit vagina yang tembam, merangsek ke sela-sela vagina seperti sebuah lidah yang ingin menjilat klitoris.
Nina mulai membersihkan tubuhnya dengan sabun cair. Dioleskan sabun cair di dada dan payudaranya. Ia menggosok perlahan sambil mengelus-elus payudaranya. Tiba-tiba darahnya mengalir lebih cepat. Ada gelombang nafsu yang mulai menguak dari dalam diri Nina.
Tidak biasanya Ia menjadi nafsu karena sentuhan tangannya sendiri, mungkin karena sudah 1 bulan lebih tidak ada yang merambah tubuh indahnya. Elusan tangan kanan ke payudaranya mulai berubah menjadi remasan, sementara tangan kirinya bergerak menyentuh vagina yang sudah tidak sabar ingin dimanja. “Mmpphhhh…” eluh Nina keluar dari mulutnya.
Baca Juga Cerita Seks Panas : Belenggu Rindu Yang Tertahan dan Ningrum Gadis SMU Perawan
Sudah lebih dari 1 bulan yang lalu Nina putus dengan Jaka. Laki-laki kedua yang pernah bersetubuh dengan Nina. Nina mengakui bahwa Jaka lebih pintar dalam urusan sex ketimbang pacar pertamanya.
Dan itu yang membuat Nina selalu ingin bersama Jaka, hingga suatu hari Nina mengetahui ternyata jaka berselingkuh. Mengingat kejadian perselingkuhan Jaka, seketika itu emosi Nina muncul. Nafsu yang melanda sebelumnya hilang begitu saja. Nina bersegera menyelesaikan mandinya. Ia membasuh sabun-sabun di tubuhnya.
Saat ingin mengeringkan tubuh dengan handuk, Nina baru tersadar handuknya tidak ada. Ia biasa melakukan hal seperti ini – tidak membawa handuk ke kamar mandi. Nina membuka pintu kamar mandi. Dengan sangat terkejut, Nina melihat sosok seorang pria tua, berwajah tirus, berkulit coklat tua, sedang duduk di ranjang sambil melihat tubuh Nina yang tanpa busana.
Tubuh Nina kaku tak bergerak akibat syok, wajahnya memerah karena malu. Sementara Pak Asep masih terus menatap Nina. Tubuh Nina yang masih basah terlihat kemilau akibat pantulan cahaya. Payudaranya membusung, meneteskan air tepat dari puting merah mudanya. Dari vaginanya yang seolah mengintip Pak Asep terlihat mengucurkan air sisa pembersihan tubuh Nina. Nina berusaha menguasai kembali tubuhnya. Setelah kesadarannya pulih, dengan cepat Nina kembali masuk ke kamar mandi. Menutup rapat pintu kamar mandinya.
“Ma… maaf Pak. Saya lupa handuknya. Bisa tolong ambilkan di meja?” minta Nina dengan suara gemetar. Klek.. Nina seperti mendengar suara pintu terkunci. Suaranya begitu samar hingga ia tidak yakin betul.
“Ini, Neng.” Ujar Pak Asep dari balik pintu kamar mandi.
Nina membuka sedikit celah kamar mandi, menjulurkan tangannya mengambil handuk dari tangan Pak Asep. Ia segera mengeringkan tubuhnya.
Nina keluar berbalut handuk – yang sialnya adalah handuk kecil. Handuk yang ia kenakan tidak mampu melilit seluruh tubuhnya. Ujung handuk ia pegang dengan tangan kiri, sementara sedikit celah memperlihatkan pinggul dan paha Nina.
Dada Nina pun tidak tertutup dengan baik, belahan indah payudara dan sedikit tepian puting berwarna merah muda mencuat begitu menggoda. Handuk bagian bawah hanya menutupi sekitar 5 cm ke bawah dari vagina Nina. Nina berjalan perlahan, mata Pak Asep tidak sedetik pun lepas dari tubuh Nina.
“Ee.. Neng, itu lampunya sudah saya pasang.” Ujar Pak Asep sambil berdiri memecah kebisuan.
“Iya, pakk..” jawab Nina pelan, “Maaf Pak, saya mau pakai baju.” Lanjut Nina, berharap Pak Asep sadar untuk meninggalkan kamarnya.
“Oh, iya Neng. Tapi saya boleh pinjam kamar mandi? Mau buang air kecil.” Pinta Pak Asep.
“Bukannya di luar ada pak yang biasa dipakai.” Sergah Nina sedikit kesal.
“Kebelet Neng. Sebentar kok.” Dengan cepat Pak Asep masuk kamar mandi tanpa menunggu persetujuan Nina.
Nina mendengar kucuran air seni Pak Asep begitu deras. Segera ia mananggalkan handuk menggantinya dengan daster favoritnya.
Tak lama Pak Asep keluar. Bejalan menghampiri Nina.
“Neng Nina, ada yang bisa dibantu lagi?” Tanya Pak Asep. Sekarang ia telah berdiri tepat di depan Nina. Belum sempat Nina menjawab pertanyaan tersebut, Pak Asep mengelus rambut Nina.
“Bapakkk…” ujar Nina sambil berjalan mundur menghindari tangan kasar Pak Asep.
Pak Asep terus mendekati Nina, sementara Nina terus mundur menghindar hingga tubuhnya terbentur tembok. Pak Asep merapatkan tubuhnya ke Nina yang sudah terpojok.
“Pak, jangan pak.” Lirih Nina. Sementara tangan Pak Asep kembali mengelus rambut Nina yang wangi itu.
“Tenang aja neng. Itu neng Sasha juga lagi asik sama pacarnya. Kita jangan kalah dong.” Kata Pak Asep dengan tenang penuh keyakinan.
“Pak, tolong pak. Jangan. Saya teriak kalau bapak bagini terus.” Papar Nina penuh ketegaran di tengah posisinya yang tidak baik itu.
“Neng mau teriak? Lalu orang-orang datang. Saya diusir. Tapi besoknya saya ke sini sama temen-temen lho. Khusus buat Neng Nina.” Ancam Pak Asep penuh kemenangan.
Nina terteguh mendengar ancaman itu. Membayangkan dirinya dikroyok orang-orang sekelas Pak Asep. Mengerikan. Nina bukan termasuk wanita hipersex. Ketika ketakutan melanda pikiran Nina, Pak Asep melanjutkan kata-katanya.
“Sudah lah neng. Biasanya juga sama pacarnya kan. Kalau tidak salah udah lebih dari 1 bulan ga diservis ya neng? Sini sama bapak aja.” Pak Asep terus meraba Nina, kali ini lengan Nina menjadi sasaran.
Bulu kuduk Nina merinding ketika kulit putih mulusnya bersentuhan dengan tangan Pak Asep. Ditambah lagi kata-kata Pak Asep tentang aktivitas sexnya benar-benar membuat Nina malu. Wajahnya merah padam.
“Pak sudah pak. Jangan pak. Tolong.” Dengan wajah nanar Nina memohon.
Pak Asep menekan tubuh Nina ke bawah. “Isepin kontol bapak ya neng.” Pinta Pak Asep. Dalam posisi berjongkok, Nina kebingungan harus bagaimana. Tentu ia pernah menghisap penis tetapi bukan dalam keterpaksaan seperti ini.
“Ayo neng. Turunin dulu celana bapak. Trus isep. Ga perlu saya kasarin kan supaya neng mau. Ato ga harus saya panggil temen-temen saya kan.” Pak Asep kembali mengancam dengan sikap begitu tenang.
Nina mulai menurunkan celana pendek Pak Asep. Tangannya gemetar, keringat dingin mengucur dari pori-pori kulitnya. Nina terus menarik hingga kaki Pak Asep, ia menatap celana yang telah terlepas tanpa melirik ke atas.
“Ayo neng, liat ke atas dong.” Perintah Pak Asep sambil tertawa pelan.
Baca Juga Cerita Seks ABG : Anak SMP jadi Pemuas Birahi Tante dan Ketika Bersama Kakak Ipar Istriku Di Kontrakan
Nina mengangkat wajahnya. Terkejut melihat sebuah penis yang sudah keras tidak lagi ditutupi celana dalam mengacung tepat mengarah ke wajahnya. “Baa… pak ga pake celana dalam?” pertanyaan polos keluar dari mulut Nina. “Itu ada di kamar mandi. Sama baju dalam kamu yang lain.” Jawab Pak Asep sambil terkekeh.
Pak Asep memajukan penisnya. Kepala penisnya menyentuh bibir Nina yang manis. “Dibuka neng bibirnya.” Pinta Pak Asep. Nina membuka mulutnya dengan penuh keraguan. Penis Pak Asep mulai masuk dengan perlahan ke mulut Nina.
Pak Asep mulai menggoyang-goyangkan penisnya menyodok mulut Nina, dengan kedua tangannya yang menggenggam kepala Nina. Sementara itu kedua tangan Nina memegang kaki Pak Asep sambil berusaha melepaskan diri. Mphhh….. mpphhhh… penolakan Nina hanya terdengar seperti lenguhan.
“Ahhh…. Achhh… bibirnya enak banget neng. Ahhh.. terus neng.” Rancau Pak Asep sambil terus menggoyangkan pantatnya. Berselang 2 menit kemudian. Pak Asep berhenti mengocok penisnya, tetapi ia membiarkan penis hitamnya tetap di dalam mulut Nina. Nafas Nina mulai terengah-engah. “Neng, lidahnya mainin dong di dalam.”
Pinta pa Asep, “Achh… iyaaahhh.. gitu neng… pinter bangettt.. achhhh….” Lidah Nina bergoyang-goyang mengelus-elus penis di dalam mulutnya dengan lembut. Kepala penis Pak Asep selalu tersentuh lidah Nina. Sesekali ada hisapan yang Nina lakukan. Pak Asep semakir merancau menikmati penisnya dalam mulut Nina.
“Sudah Neng Nina. Saya ga kuat sama lidah neng. Ahhh….” Pak Asep mengangkat tubuh Nina. “Pacar neng untung banget dapetin neng. Cantik, mulus, jago ngisep kontol.” Pak Asep mulai kembali mengelus lengan Nina yang tidak tertutupi.
“Pak sudah pa. haahhh… jangan dilanjutkan pak.” Keluh Nina dengan wajah memelas meminta menyudahi permainan Pak Asep dengan nafas terengah-engah. Pak Asep menyibakkan rambut Nina kebelakang, lehernya yang jenjang terbuka lebar. Dengan sigap Pak Asep mulai mencium lembut dan menjilat leher Nina. Sementara tangannya meraba perut Nina.
“Mpphhhh… pak, sudaahh.. ahh.. mpphhh..” Gejolak nafsu mulai melanda Nina, namun ia tetap berusaha menahannya sekuat tenaga. Pak Asep membalikkan tubuh Nina, ia menyibak rambut yang menutupi leher dan tungkuk. Pak Asep kembali menciumi sambil menjilat bagian sensitif Nina tersebut. “ahhh… pak hentikannn.. mmppphhhh.”
Pak Asep mendekatkan bibirnya ke kuping Nina. “Neng Nina ini seksi sekali. Tadi saya intip dari etalase waktu neng mandi. Enak ya neng ngeremes tetek sendiri. Saya bantu ya sekarang.” Bisik lebut Pak Asep ke telinga Nina. Mendengar bisikan itu Nina seperti kehilangan harapan. Dilihat tanpa busana, ketahuan ML, dan sekarang ia tahu Pak Asep melihat saat ia akan masturbasi.
“Saya remes ya neng teteknya.” Jemari Pak Asep merambat menuju 2 payudara Nina. Saat jemari menyentuh payudara. “Lho, ga pake BH, neng?!” Tanya Pak Asep dengan sedikit terkejut. “Jangan-jangan?!” dengan cepat tangannya menyibak daster membuka bongkahan pantat Nina. “Wah, si Neng bisa aja.
Bilang ga mau tapi udah siap-siap gini.” Ledek Pak Asep. “Kan, mau tidur pak.” Ujar Nina membela diri dengan percuma sambil membalikan wajah sementara jarinya tergigit di mulutnya.
Pak Asep sibuk meremas pantat, sementara tangan kirinya meremas payudara Nina. Posisi berdiri Nina yang sedikit menungging semakin membuat seksi tubuhnya. “Paakkkk…”, “Iya Nina”, “Sudah ya mpphhh.. pakkk..”, “Yakin neng?” jemari Pak Asep menyentuh bibir vigina Nina. “Achhh… paa..”. tangan Pak Asep menjulur ke wajah Nina, memperlihatkan jemarinya yang tadi menyentuh bibir vagina Nina.
“Neng Nina, ko basah ya?” canda Pak Asep. Nina menatap Pak Asep sambil tersenyum malu.
“Bapak jahat ih.” suara manja terlontar dari mulut Nina yang sebelumnya diisi penis Pak Asep.
Tangan Pak Asep kembali mengelus pinggul Nina. Sambil menciumi leher, Pak Asep berbisik, “Neng Nina, mau dilanjutin ga ni?”,
“Mmmpphhh.. lanjutin apa pakkk?”, “n.g.e.n.t.o.t”, “ih, acchhh.. bapakkk..” tangan Pak Asep mulai meremas payudara Nina. “Iya pakkk.. lanjutinnnn paak.. aahhh..”
“Pakkk.. aku mau ciuman yah.” Pak Asep mendekatkan wajah. “Mmpphhh.. pak, kontolnya aku pegang yah.. aku suka banget sama kontol bapak.” Bujuk Nina.
Pak Asep dan Nina mulai saling berciuman. Lidah mereka saling melipat, bergesekan dengan lembut. Meningkatkan birahi keduanya. Mmpphhh…. Mmpphhhh…
“Pak gendong aku ke kasur ya.” Pak Asep langsung mengangkat Nina, merebahkannya ke atas kasur.
Nina menapat Pak Asep. “Pak, aku malu. Kayak cewe murahan.”, “Ngga ko neng. Nikmatin aja.”, Pak Asep kembali melibas bibir Nina. Mmpphhhh… desah Nina yang mulai tidak ditahan lagi. “Pak Asep. Mmphhh.. telanjangi aku. Mphh..”
Pak Asep mulai mengangkat daster Nina. Vagina Nina yang tembam ditutupi rambut-rambut tipis tercukur rapih. Pak Asep tak henti menatap tubuh Nina yang terbuka perlahan, memperlihatkan keindahannya.
Nina mengangkat tangannya. Membiarkan daster favoritnya terlepas dari tubuh yang sekarang tidak tertutupi sehelai kain pun. Payudara Nina yang tidak terlalu besar membusung dengan puting menegang, seakan meminta dijamah. Pak Asep memulai kembali dengan menciumi dan menjilati leher Nina.
Lenguhan terlepas dari mulut Nina. Darah mendesir lebih cepat. Pak Asep menurunkan ciumannya ke payudara Nina. Menjilat turun di sisi payudara, berputar mengelilingi payudara Nina.
“eeuhhh.. pak, aku nafsu bangettt…” rancu Nina memohon Pak Asep meningkatkan agresivitas. Pak Asep menjilat kecil puting Nina yang sudah sangat keras. Ia memberi kecupan kecil. “Neng Nina, putingnya keras banget.” Ujar Pak Asep sambil menatap Nina yang sedang memejamkan mata. “mmpphhh.. iya pak. Emut puting aku pakkk.. remesss…” pinta Nina.
Pak Asep mengemut puting Nina sambil memainkan lidahnya, sementara tangan kanannya merepas payudara Nina yang lain. “aahhh… eemmmppp… enaakkk pakk..” Nina meremas rambut Pak Asep, menekan kepala Pak Asep ke payudaranya. “uughhh… pakk, mau ngentottt. Mauu kontolll.. aahhh..” rancu Nina tak terkendali. Ia melepas cengkraman dari kepala Pak Asep.
Pak Asep mengangkat tubuhnya melepaskan mulutnya dari puting Nina. Ia mendekatkan diri ke wajah Nina. Penisnya yang keras mengacung tepat di wajah Nina.
“Tadi neng ga mau, bukan?” pancing Pak Asep. Nina mendekatkan hidungnya ke ujung penis Pak Asep. Menyentuh tepat di lubang kecil penis Pak Asep. Ia menghirup perlahan aroma penis yang khas sambil memejamkan mata. Ujung hidungnya merambat ke pangkal penis, pipi Nina pun menempel ke batang penis Pak Asep.
Baca Juga Cerita Dewasa Panas : ABG Si Penakluk Wanita Sange dan Horny Di Tempat Umum
“Sekarang aku mau pak. Sampe masuk kontol bapak ke memek aku juga aku mau.” Nafas Nina mulai memelan, “aku emut lagi ya pak.” Pak Asep merubah posisinya, ia menyandarkan punggungnya ke tembok dengan posisi terduduk.
Nina menundukkan wajahnya mendekati penis dengan posisi menungging di atas kasur. Jari jemarinya yang manis mulai menyentuh lembut kulit penis Pak Asep. Digenggamnya penis dengan satu tangan. Nina mulai menggerak-gerakkan tangannya ke atas-bawah.
“aacc..chhh… eehhh.. aahhh nenggg…”
“Enak ya pakk..” ucap Nina sambil menatap genit ke arah Pak Asep.
“eemmmhhhh…” sinta menjulurkan lidahnya. Menjilat ujung kepala penis yang semakin mengeras.
Tak lama jilatan sinta berubah menjadi emutan dan hisapan di kepala penis dengan tangannya yang masih terus mengocok. Pak Asep terus mendesah semakin keras. Lidah sinta bermain-main di dalam mulutnya, mengelus-elus kepala penis. Tiba-tiba Pak Asep bergetar kuat. “aachhhhh….” Sebuah erangan panjang keluar dari mulutnya. Cairan sperma meleleh dari dalam penis.
“mmpphhhh..” Nina masih mengocok penis dengan tangan kanannya, mulutnya masih diisi kepala penis Pak Asep menanti tetesan terakhir sperma. Ia melepaskan penis dari mulutnya, mengangkat kepalanya menghadap Pak Asep dengan wajah penuh senyum. “Liatin sperma bapak dong, neng.” Pinta Pak Asep. Sinta membuka mulutnya, menjulurkan lidahnya yang dipenuhi cairan berwarna putih susu.
Nina kembali menutup mulutnya. Tidak segera menelan sperma, ia justru memainkan sperma itu di dalam mulutnya. Menikmati aroma dan rasa sekaligus sensasi tersebut. Glek… sperma Pak Asep menuju perut Nina. Nina menyeringai dengan wajah penuh kegembiraan. Ia mendekat ke Pak Asep, melupat bibir security kosannya.
“Seneng banget sih, neng?” Tanya Pak Asep sambil mengelus payudara yang tidak tertutupi apapun.
“Sperma bapak enak.” Ucap Nina dengan sedikit malu-malu sambil merebahkan tubuhnya di atas dada Pak Asep.
“Istirahat dulu ya neng. Nanti lanjutin.”
“Lanjutin apa pak?” Tanya Nina sambil melihat Pak Asep.
Tidak langsung menjawab, Pak Asep menggerakkan tangannya. Menyentuh bibir vagina Nina, kemudian menyelusupkan jari tengahnya ke sela bibir vagina. “lanjutin ini. Ngeringin memek kamu. Nih, basah.”
“ahhhh… mpphhhh…” eluh Nina sambil menggigit bibir bawahnya, “ga ah, pak. Malu aku ngentot sama security kosan.” Ucap Nina sambil memejamkan matanya, menikmati sentuhan lembut di vaginanya.
“Supaya neng mau harus gimana?” Tanya Pak Asep.
Perlahan paha Nina menjepit tangan Pak Asep, sementara tangannya mencengkram pergelangan tangan Pak Asep. Tubuhnya tidak ingin jejari Pak Asep lepas dari vaginanya.
“Katanya tadi ga mau dilanjutin.” Protes Pak Asep.
“Aku binal ya pak?” Tanya Nina dengan wajah sayu.
“Neng Nina itu bispak. Bisa bapak entot kapan aja bapak mau.”
“aahhhh.. bapak jahat.. mmpphhh.. masukin jarinya pakk…”
“Lanjutin nanti ya neng. Istirahat dulu.”
“Bapak bilang yang mesum-mesum dulu dong.” Pinta Nina.
“Memek Neng Nina mau dijilatin nanti?” Nina mengangguk, “Dimasukin kontol bapak? Kita ngentot.”
“Mau banget, pak” jawab Nina dengan berbisik.
“Sampai puas!” ucap Pak Asep ikut berbisik. Mereka kembali berciuman. Kemudian tertidur bersama.
Pukul 03.00, Nina masih tidur dengan nyenyak. Dalam mimpinya, Nina merasakan kenikmatan yang menjalar di seluruh tubuhnya. Entah ia sedang ‘mimpi basah’ atau tidak, tetapi ada eluhan-eluhan yang keluar dari mulutnya. Mmpphhhh… mmpphh…
Nina mulai sadar di tengah tidurnya. Matanya masih terpejam, tetapi Ia semakin menyadari kenikmatan di sekujur tubuhnya. Membiarkan tubuhnya menggelinjang kenikmatan. Nina tidak ingin membuka matanya, kemudian terbangun dari tidurnya. Ia ingin menikmati tidurnya yang penuh kenikmatan.
Lambat laun kesadarannya semakin menguat saat mendengar suara-suara kecupan. Nina mulai teringat bahwa Ia sedang tidur dengan Pak Asep tanpa busana yang menjanjikan kelanjutan permainan mereka. Nina membuka matanya untuk meyakinkan diri tentang apa yang dari tadi Ia rasakan. “Pakkk… mmpphhhh.. curannggg..” ucap Nina sambil menggigit bibir bawahnya menatap Pak Asep yang sedang menjilat vagina Nina.
Pak Asep mengangkat wajahnya. “Neng tidurnya nyenyak banget. Bapak ga enak banguninnya.” Tangan Pak Asep mengelus-elus paha Nina. “Jadi bapak mulai aja duluan.” Ucapnya sambil tersenyum. Nina membalas dengan senyum manis, kedua tangannya menjulur ke arah Pak Asep. Pak Asep mendekat, mendekap dalam pelukan Nina.
“Enak ya, neng. Kayak mimpi melayang-layang.”
“Mmm..” Jawab Nina dengan suara menggoda.
Mereka mulai bercumbu, dengan tangan saling meraba tubuh lawannya. Mmpphhh… hhmmmm…. Eluh masing-masing. Pak Asep mulai menurunkan kecupannya ke leher, dada, payudara, puting, perut, hingga ia kembali berkonsentrasi ke vagina Sinta. Diawali dengan kecupan kecil.
“mmpphhh.. pakkk…” kemudian jilatan panjang, menjilat seluruh bagian luar vagina Sinta. Sinta mendesah semakin keras. Akhirnya Pak Asep memulai emutan di vagina Sinta, lidahnya menjulur masuk menjilat-jilat bagian dalam.
“aaacchhh… ennakkk pakk.. eehhhmmpphhh…”
Slurrppp… slurrppp.. jilatan, hisapan, dan emutan Pak Asep bersuara semakin keras. Tubuh Nina tidak sanggup menahan kenikmatan dari vaginanya. Ia mengangkat pantatnya, mendorong vaginanya ke mulut Pak Asep yang sedari tadi menempel, seakan menginginkan lebih. Pak Asep paham betul, Ia mengangkat wajahnya, kemudian meletakkan jari jemarinya di bibir vagina Nina.
“Haahhh… aahhh..” nafas Nina memburu, “Iya begitu pakk.. eemmppphhh…” Nina menengadahkan wajahnya sambil mendesah saat jari tengah Pak Asep menekan dan mengelus klitorisnya. Pak Asep mendekatkan wajahnya ke Nina, Nina menyambut dengan ciuman begitu ganas. Nafsu telah menguasai tubuhnya.
Tangan Pak Asep sudah terjepit kuat paha Nina. Hanya jari jemarinya yang masih bisa bermain-main di vagina Nina. Nina terus menggelinjang kuat dengan suara desahan yang tertahan akibat berciuman dengan Pak Asep, merapatkan tangannya di punggung Pak Asep.
“Acchhhh… Pakkk, enakkk.. mmpphhhh..” lenguh Nina melepaskan ciumannya. Pak Asep semakin bersemangat ketika melihat ekspresi wajah Nina dipenuhi nafsu. Membayangkan seorang wanita yang usianya belum mencapai setengah usia Pak Asep, dipenuhi nasfu ingin bersetubuh. Pak Asep mempercepat gesekan jarinya di vagina Nina.
“Aaaaccchhhhh….” Desahan panjang Nina disertai tubuhnya yang tiba-tiba menjadi kaku. Pahanya mencengkram kuat tangan Pak Asep hingga tidak bisa bergerak. Cairan bening keluar dari vagina Nina. Wajahnya meringis.
Ia melonggarkan pahanya, melepaskan tangan Pak Asep. Sesekali tubuhnya masih mengejang, sementara dari vaginanya masih mengeluarkan cairan kenikmatan. Wajahnya masih dipenuhi ketegangan, hingga akhirnya senyum kepuasan menghiasi wajahnya.
“Enak banget, pak.” Ucap Nina dengan vagina yang masih menetesnya cairannya.
“Iya, bapak suka liat kamu lagi nafsu begitu.” Pak Asep mendiamkan Nina untuk beristirahat sejenak.
5 menit berlalu, mereka berbincang-bincang tertutama mengenai pengalaman Nina bersetubuh dengan lelaki lain. Nina merasa malu membicarakan hal tersebut, tetapi karena nafsunya masih tinggi membuatnya tidak lagi peduli.
“Pak Asep ga nikah?” Tanya Nina sambil mengelus-elus penis Pak Asep.
“Ada yang muda-muda kayak Neng Nina buat apa nikah.” Jawab Pak Asep membiarkan penisnya tetap mengeras. Mendengar jawaban tersebut, Nina teringat Mbak Wulan dan 3 mahasiswi lainnya yang dulu menempati kosan ini.
“Mmm.. Pantesan Mbak Wulan sama yang lain dulu betah banget ya ngekos disini. Jadi gara-gara ini.” Ucap Nina sambil mengocok penis Pak Asep,
“Enak ya pak. Bisa ngentotin mahasiswi cantik terus.” Ketus Nina. Selain dirinya masih ada 2 mahasiswi yang saat ini menempati kosan tersebut. Apa Sasha dan Nadya pernah begini juga ya? Tanya Nina dalam pikirannya.
Pak Asep merubah posisinya, jari tangannya menyentuh bibir vagina Nina yang masih basah. “Udah ga sabar ya neng dimasukin kontol bapak?” Nina hanya mengangguk pelan, wajahnya tidak mampu menutupi kegembiraan atas pertanyaan Pak Asep.
Nina mengambil kondom di laci meja belajarnya. Dengan penuh kasih sayang, ia mengelus-elus penis Pak Asep kemudian mengulum, memastikan penis itu telah mengeras kuat. Kondom tipis dengan perlahan disarungkan ke penis Pak Asep. Nina tersenyum tipis, membayangkan kenikmatan yang akan didapatnya.
Pak Asep memposisikan diri di atas tubuh Nina. Dengan paha terbuka, Nina tidak sabar menanti penis memasuki liang vaginanya. Kepala penis Pak Asep menempel dan menggesek-gesek bibir vagina Nina. “Neng, ga mau masuk nih. Mesti dibujuk dulu.” Ucap Pak Asep menahan jegolak nafsunya menyetubuhi Nina.
Nina paham maksud Pak Asep, Ia menggenggam pinggul Pak Asep. Tetapi bukannya langsung menarik pinggul tersebut agar penis Pak Asep masuk, Nina mengawalinya dengan raut wajah penuh nafsu. “Pakkk… Masukin kontolnya ke memek aku yah.” Ucap Nina dengan nada memohon, “Aku udah ga kuat. Pengen ngentot, pakk.” Nina mulai menarik pinggul Pak Asep. Nafsu Pak Asep meningkat mendengar permintaan Nina, Ia pun mulai mendorong penisnya.
Penis Pak Asep mulai menjelajahi liang vagina Nina. “Uughhh.. Neng, enak banget memeknya. Mmpphhh..”
“Dorong terus pak. Masukin semuanya. Kontol bapakk kerr..ass bangett.. mmpphhhh..” Ucap Nina diakhiri desahan.
Perlahan seluruh penis Pak Asep masuk ke dalam vagina Nina. Mereka berdua bercium seperti sepasang kekasih. “Ayo, pak. Kocokin ke dalem. Aku suka kontol bapak.” Rajuk Nina. Pak Asep tersenyum senang, kemudian mulai menarik penisnya. Mmpphhhh… keduanya berdesah.
Pak Asep memulai persetubuhannya dengan tempo perlahan. Ia menarik dan mendorong penisnya perlahan untuk menikmati betul vagina Nina yang masih sempit. Sesekali Pak Asep mendorong dalam penisnya, hingga Nina mendesah panjang. Perlahan Pak Asep meningkatkan kecepatannya menggesek vagina Nina.
“Accchhhh… iya pak. Terus pak.. enakkk.. eeuuhhhh.. mmpphhhh.. kontol bapak ennaaakkk…” Nina mulai merancau saat gesekan penis Pak Asep semakin cepat. Nafas keduanya semakin menggebu.
“Memek neng sempit banget.. aaccchhhh… mmppphhhh…”
“Iya pakkk… teruss.. uugghhhh… kocok terus pakkk..” Pak Asep semakin cepat mengeluar-masukkan penisnya.
“Tengkurep neng. Aahhhh…”
“Iyah pakkk… accchhh… jangan dilepas pak kontolnya.. enak bangettt…” Nina membalik tubuhnya tanpa melepas penis dari vaginanya. Pak Asep memandangi bongkahan pantat putih bersih dengan penisnya yang keluar-masuk vagina Nina. Nafsunya menggila. Ia mengocok semakin cepat.
“Accchhhh, enakan pake jari ato kontol, nenggg?” Tanya Pak Asep dengan nafas menggebu.
“Kontol… Nina suka pakkeee konn.. toll bapak.. aaaahhhh.. terus pak..”
Pak Asep mengangkat pinggul Nina, ingin Nina menungging. Pak Asep terus mengocok vagina Nina yang semakin basah hingga terdengar suara kecipak air.
“Uuughhhh… ga kuat pakkk… aacccchhhhh.. oooghhhh…” Tubuh Nina bergetar, ada lelehan cairan keluar dari vaginanya. Pak Asep menahan penisnya di dalam tanpa gerakan. Menidurkan Nina dalam posisi terkelungkup. Pak Asep menindih tubuh Nina, sambil menggoyang-goyangkan penisnya perlahan.
“hhaaahhhh… enak banget pak.” Pak Asep mengecup pipi Nina.
“Mau lagi neng?”
“Sampe bapak puas. Memek aku buat kontol bapak.” Ucap Nina sambil mencium bibir Pak Asep.
Pak Asep mulai kembali mengocok vagina Nina dengan penisnya. Tangannya menyelusup ke payudara Nina. Meremas kuat tetapi lembut. Nafas Nina kembali meningkat. Ia melirik kebelakang, melihat pantat Pak Asep yang hitam bergoyang naik-turun. Sementara pantatnya sendiri tertindih Pak Asep. Nina menjulurkan tangannya, mengelus pantat Pak Asep. “Uuughhhh.. mmppphhh.. terusss pakk. Entotin akuuu..” rancau Nina sambil memejamkan matanya menikmati hujaman penis Pak Asep.
Pak Asep kembali mengangkat pinggul Nina. Menginginkan posisi itu kembali. “aacchhh… pakkk udah mau keluuarr?” Tanya Nina dengan nafsu terus menggebu. “Iya neng.. accchhh… sebentar lagii…” Pak Asep mempercepat kocokannya.
Nina menggigit bantal di depan wajahnya. Menahan kenikmatan di sekujur tubuhnya. Sementara tangannya meremas-remas kain sprei hingga sangat berantakan. “Ooohhhh,,, ooogghhh…. Pakkk ga kuaattt. Mau keluar lagiii.. oouugghhhh…” lenguh Nina tidak mampu menahan diri. “Iya, nengg. Bareng sama bapak.. aacchhhh…”
Pak Asep menekan dalam penisnya ke vagina Nina. Spermanya keluar tertahan kondom yang dikenakan. Sementara vagina Nina kembali mengeluarkan cairan bening. Keduanya melenguh bersamaan. Panjang. Terdengar penuh kenikmatan.
Nina kembali tertidur dengan posisi terkelungkup, sementara Pak Asep menindih di atasnya. Penisnya tetap berada di dalam vagina Nina yang masih berkedut. Tubuh keduanya dibasahi keringat yang keluar dari pori-pori.
“Enak, neng?”
“Enak banget pak. Makasih ya.” Jawab Nina sambil mencium bibir Pak Asep.
“Bapak ke kamar ya neng.” Ucap Pak Asep sambil mencabut penisnya. Melepaskan kondomnya kemudian membuangnya di tempat sampah.
“Iya pak. Aku mau langsung mandi. Ada kuliah pagi.” Jawab Sinta. Pak Asep segera mengenakan pakaiannya kemudian kembali ke kamarnya setelah sebelumnya mencium Nina.
Nina mengambil handuknya di atas rak. Menuju kamar mandi, menutup rapat pintunya. Ia melihat tumpukan pakaian dalam yang kotor. Celana dalam Pak Asep ada di sana. Nina meremas celana dalam itu. Ia memikirkan apa yang baru saja selesai Ia dan Pak Asep lakukan. Memalukan, tetapi dirinya sendiri tidak mampu menahan gejolak nafsu. Nina mendekatkan celana dalam itu ke hidungnya, teringat saat-saat hidungnya menyentuh ujung kepala penis Pak Asep. Nina tersenyum. Demikianlah cerita seks terbaru Digagahi Security Kosan oleh cerita sex hot