TANTE SILVI IKUT TERANGSANG dan KAMAR RAHASIA

TANTE SILVI IKUT TERANGSANG dan KAMAR RAHASIA

Cerita Bokep Panas – Cerita Sex yang terdapat dalam cerita bokep di bawah ini aku akan menceritakan kisahku dengan seorang tante sebut saja namanya tante Silvi, awal cerita saat aku mau menelpon nomer teman tak taunya yang aku save sebelumnya salah , jadi tiba tiba tanpa sengaja aku berkenalan dengan tante silvi.  Pada saat itu yang mengangkat telpon adalah seorang perempuan yang aku taksir umurnya sekitar 30 tahun, sebab suaranya yang begitu sopan dan berwibawa.  Aku mencoba untuk mencari bahan pembicaraan lain agar agar jangan putus, ternyata ia merespon, setelah itu.. Terus aku bertanya kepadanya apakah sudah punya pacar atau belum, dan ia menjawab belum punya pacar (padahal sudah bersuami).  Di dalam pembicaraan kami berdua, aku selalu memancing Tante Silvi agar ia bercerita tentang kehidupan pribadinya, dan ternyata Tante Silvi menyembunyikannya, sebab didalam pikiran Tante Silvi orang yang baru dikenal sudah ingin cari tahu kehidupan pribadinya. Setelah sekian lama kami ngobrol di telepon akhirnya kami mencatat nomor kami masing-masing. Keesokan harinya aku menelpon ia (Tante Silvi). Kali ini pembicaraan ngalor-ngidul, dan aku terus memancing Tante Silvi agar mau bercerita tentang kehidupan pribadinya. Memang pertamanya Tante Silvi tak mau bercerita tetapi setelah aku bertanya terus akhirnya Tante Silvi mau buka rahasia kehidupan pribadinya. Tanpa disadari saat bicara tentang pengalaman pacaran, ia bilang, mohon maaf kalau sebelumnya ia berbohong kepada aku kalau ia belum punya pacar padahal sudah punya suami.

Tetapi hubungannya dengan suaminya tak terlalu bahagia sebab agak bosan, itu diakibatkan suaminya sering melantarkan kehidupan seksnya. Akhirnya aku makin berani dan pasti lalu kutanyakan bagaimana rasanya saat bulan madunya apakah ada yang sangat istimewa sebab aku sama sekali belum pernah merasakan berdekatan dengan wanita (walau itu yang namanya ciuman). ia bilang, itu sih alamiah.. Kali ini ia tak malu-malu lagi. Lalu kutanya lagi,  Gaya apa yang biasa dilakukan. Tante Silvi menjawab kalau suamiku pada awal permainan sangat suka mencium leherku kemudian baru menghisap payudara.. Lalu kutanya lagi, Kalau Tante Silvi senangnya dimana?”.  Lalu Tante Silvi menjawab,” Aku senangnya kalau lagi diatas perut,”balasnya manja.  Masih dipercakapan telepon juga kutanyakan,”Tolong dong Tante ajarin aku”.  Jawab Tante,” Enak saja.. Cari saja perempuan yang masih single kemudian nikahi.. Bereskan.!,” balasnya dengan nada sedikit genit.  Ternyata Tante Silvi ini jinak-jinak merpati.. Aku makin menjadi semakin tertantang. Lalu kucoba pancing lagi.  Iyah deh.. Nggak usah yang berat-berat.. Ciuman aja..” ternyata Tante Silvi mulai memberi angin dengan memberi jawaban, “  Lihat saja belum, sudah mau cium-cium.. Entar sudah lihat malah lari..”  Aku menimpa kembali,” Siapa yang lari aku atau Tante?”  Dia menjawab,” Sudah ketemu aja deh.. Dimana..?”  Saya langsung jawab di” F” restaurant, terus langsung nonton film.  Akhirnya diakhir percakapan kami janjian untuk ketemu besok jam 3 sore.  Keesokan harinya tepat jam 3 sore ada seorang wanita rambut panjang, tinggi 165 cm, pakaian kuning dengan rok merah yang seksi, persis dengan janjiannya, pikiranku langsung tak karuan, aku bersumpah aku harus dapat mencium dan menyetubuhinya. Hanya ngobrol sebentar, kami langsung ke bioskop yang terkenal, setalah sampai di bioskop kami beli karcis masuk, kebetulan kami berdua dapat tempat duduk dipinggir.

Setelah film dimulai, didalam celanaku ada terasa yang sangat ganjil ternyata ‘kontolku mulai berdiri kencang’. Kemudian kuberanikan untuk memegang tangannya yang begitu halus dan lembut, ternyata Tante Silvi hanya diam saja. aku berbisik,  Tante bohong katanya ditelpon bilang sudah nenek-nenek tetapi nyatanya masih seperti umur 20-an tahun, beruntung yah suami Tante.” Lalu aku berbisik lagi,” Mana janjinya Tante.. Katanya boleh cium, kalau nggak lari..”  Kemudian ia melihat sekeliling,” Malu nanti ketahuan orang,” aku bilang kembali,”  Sepi kok Tante..”  Dalam keremangan aku melihat Tante Silvi merapat-rapatkan kedua bibirnya untuk membersihkan lipstiknya. aku mulai mendekatkan bibir aku pada telinga Tante Silvi. Busyet wangi sekali, kemudian tanpa ragu lagi aku makin berani mendekatkan bibir aku dipipi Tante Silvi dan seterusnya kulumat bibir Tante Silvi.  Mulanya Tante Silvi hanya diam lama kelamaan Tante Silvi terbawa arus dan segera melawan lumatanku dengan penuh gairah. Kemudian tanganku mulai kumainkan di sekitar badannya Tante Silvi, dan sampai di buah dadanya.  Waduh montok sekali buah dadanya Tante Silvi, setalah itu langsung kuremas dan pelintir puting susunya. Nafas Tante Silvi mulai ngos-ngosan.  Tiba-tiba tanganku disentakkan dan ciuman aku dihentikan. Tante Silvi sadar bahwa ia sudah mengkhianati suaminya.  Sudah dong..!jangan terlalu jauh aku sudah nikah.”  Tetapi aku tak mau nyerah sampai disitu, dengan penuh trik aku mulai pegang kembali tangannya dan tanpa rasa ragu tangannya kubimbing ke arah kemaluanku yang sudah besar(kupikir aku pasti ditampar sebab kurang ajar).

TANTE SILVI IKUT TERANGSANG dan KAMAR RAHASIA

Ternyata Tante Silvi hanya diam saja terpaku dengan besarnya kontolku, lalu aku keluarkan kemaluanku, aku tempelkan tangan Tante Silvi dikemaluanku, Tante Silvi terhenyak.  Nekad kamu” “  Biarin Tante,” balasku nakal..“  Besar dan panjang juga barang kamu”. Bisik Tante Silvi genit..“  Iya Tante, aku sudah tak tahan lagi,” balasku mesra “  Nanti saja keluarin di kamar mandi,” goda Tante Silvi.“  Enggak mau, pingin sama tangan Tante Silvi!” bisikku manja. “  Pusing ya..” Tante Silvi terus menggodaku. “Iyah..” balasku mantap.  Kemudian aku menyuruh Tante Silvi untuk mengocok kontolku. Saat itu Tante Silvi menolak, tetapi dengan segala cara yang aku mainkan akhirnya Tante Silvi mau juga mengocok kontolku yang sudah besar.  Oooh.. syyhhkk.. nikmatnya..”  Tangan Tante Silvi yang super halus dan penuh pengalaman mengocok kontolku. Selang beberapa menit”Sreet.. sreett..” keluar sudah pejuhku akibat kocokan mesra tangan Tante Silvi.  Saat film selesai aku dan Tante Silvi keluar dan jalan-jalan. Kami berdua membeli permen karet dan terus jalan-jalan kembali, makan, hingga tanpa terasa jam menunjukkan pukul 09.30 malam. Kemudian aku bertanya,  Tante Silvi nggak dimarahin sama Om.. pulang terlambat?”  Tadi sudah bilang ada teman yang ulang tahun, jadi pulang agak lambat..”  Kemudian aku mengantarnya pulang. Didalam perjalanan pulang terlihat plang hotel, pikiranku mulai nggak karuan. Bawah saja Tante Silvi kesini. Tanpa banyak pikir aku langsung membelokkan mobil ke hotel.  Tante Silvi protes, “Mau ngapain kesini..?”  Kita ngobrol.. untuk saling kenal lagi Tante.. aku nggak akan nakal Tante,” balasku mesra, Tante Silvi diam saja. Ternyata Tante Silvi sudah nggak tahan dan ingin sekali merasakan kenikmatan sesaat walau itu bukan dengan suaminya.  Aku mengajak Tante Silvi untuk turun dari mobil, dan kami berdua pergi masuk ke dalam, setelah itu aku memesan kamar. Saat telah didalam kamar, Tante Silvi tampak kikuk, kucoba menenangkannya,  Santai saja Tante Silvi..”  Lalu Tante Silvi membuka sepatunya, aku menghampirinya.  Wah Tante Silvi badannya lebih pendek dengan saya, tetapi nggak ada pengaruh kalau sudah ditempat tidur.

Tante Silvi, aku pingin cium bibir Tante lagi..”  Lalu aku menghampirinya, Tante Silvi diam saja. Kemudian kulumat bibirnya.  Dengan setengah paksa kubuka bajunya lalu celana panjangnya sampai Tante Silvi terlihat bugil, Tante Silvi berontak lalu kujepit badannya yang seksi dan montok.  Ando.. jangan Ando.. jangan maksa dong..”  Aku tak peduli, dengan cepat aku buka celana aku kemudian dengan sigap kujilati toketnya Tante Silvi, sampai ke lubang” V” Tante Silvi. Tante Silvi merasakan kenikmatan yang luar biasa. Kemudian aku mengocok-ngocok lubangnya sampai Tante Silvi merasakan nikmat untuk yang kedua kalinya.  Kemudian kami berganti posisi sekarang gilirannya Tante Silvi yang menghisap punyaku, setelah 15 menit kami melakukan pemanasan kumasukkan kontolku yang besar dan panjang ke lubang memek Tante Silvi yang sudah basah, dengan cepat kugerakkan punyaku turun naik.  Masih kontolku menancap di lubang memek Tante Silvi, aku guling-gulingkan badannya sehingga kadang ia diatas kadang dia dibawah. Kami melakukannya dengan penuh mesra.  Lama-lama Tante Silvi terangsang juga dan ingin cepat keluar, akhirnya Tante Silvi mencapai orgasme. Melihat akan hal itu aku terus mempercepat goyangan.  Akhirnya disaat posisi dog style, aku merasakan ada sesuatu yang ingin keluar, srroott.. sroott..  Saya memasukkan semua air mani aku ke lubang memek Tante Silvi.  Setelah itu aku jilati bibir kemaluan Tante Silvi sampai kemudian Tante Silvi orgasmeyang kesekian kalinya, lalu kemudian kami berdua terlentang di tempat tidur.  Setelah 10 menit kami istirahat, kami berdua mandi. Dan kami melakukannya lagi di kamar mandi. Setelah 10 menit kami melakukannya, belum sempat selesai terdengar bunyi suara HP, yang ternyata dari suaminya. Kami menyudahinya dan Tante Silvi mengangkat telepon.  Setelah selesai bicara dengan suaminya di HP, Tante Silvi datang berbisik, Ando kamu memang hebat, dibandingkan suami saya.

Baca Juga Cerita Seks Panas : SEKS KILAT DI KAMAR MANDI KOS dan BERCINTA DENGAN SUSTER DI APOTIK

Dan jika Tante Silvi ingin berhubungan lagi dengan kamu, bolehkah..? Tante Silvi menghubungi kamu lagi. Kemudian aku menjawab,  Boleh.. aku siap melayani Tante. Tante mau pulang pulang dulu sebab suami Tante sudah cemas..”  Akhirnya impianku terwujud untuk menyetubuhi Tante Silvi yang seksi. Sampai saat ini Tante Silvi sering menghubungi saya. Sebab suaminya tak dapat memuaskannya. Dan sekarang Tante Silvi sedang mengandung, entah itu punya aku atau suaminya yang jelas Tante Silvi sangat puas dengan kenikmatan yang aku kasih.

KAMAR RAHASIA

Kulit Murti putih, halus dan lembut: layaknya gadis keturunan pada umumnya. Wajahnya tidak seberapa cantik. polos dan berkacamata  Murti yang saat ini sedang menempuh kuliah di salah satu universitas swasta di kota S tinggal bersama ci Debora yang menyewakan salah satu dari 2 kamarnya yang kosong kepada Murti. Penampilan ci Debora berbeda sekali dengan Murti: di usianya yang hampir 30, ci Debora boleh dibilang sangat pandai merawat tubuhnya — kulit putih halus dengan ukuran toket sedang: 34. Parasnya cantik, rambut panjang bergelombang.  Rupanya, ci Debora yang sudah lama tidak merasakan belaian pria — menyimpan; lebih tepatnya menimbun gairah yang secara perlahan-lahan telah menggerogoti moralnya (walaupun belum sampai mengenai akal sehatnya). Selama ditinggalkan kekasihnya sejak 7 tahun yang lalu, ia sering merasa kesepian — tak jarang ia berusaha memuaskan dirinya sendiri dengan berbagai peralatan dan VCD yang disewanya/dibeli melalui pembantunya, karena ia sendiri sebenarnya malu kalau harus terang-terangan membeli atau menyewa benda-benda seperti itu.  Demikian pula untuk bermain dengan pria yang tidak dikenal, ci Debora menganggap mereka tidak bersih sehingga ia takut untuk berhubungan badan dengan mereka. Namun demikian, ini tidak mengurangi fantasi ci Debora dalam membayangkan bentuk seks yang diinginkannya. Bahkan sejak 2 tahun yang lalu, ia juga mulai tertarik untuk melakukan hubungan seks dengan sesamanya. Ini dapat dilihat dari reaksinya terhadap Murti sehari-hari, tak jarang ia menelan air ludah dan menjilati kedua bibirnya apabila melihat Murti mengenakan kaos ketat apabila ia ke kampus. Padahal, bentuk tubuh Murti begitu biasa — apalagi apabila dibandingkan dengan dirinya sendiri yg jauh lebih seksi. Apa yang dilihat pada diri Murti adalah dirinya sendiri 10 tahun silam;

ketika ia masih berada di awal-awal usia 20 tahun: alim dan rajin — namun begitu naif. Ci Debora sendiri bertekad untuk memberinya ‘pelajaran’ suatu saat. Namun — sesudah agak lama tinggal bersama Murti, barulah Ci Debora mengetahui bahwa ia sudah tidak perawan lagi: ketika ia masih SMP dulu — pacarnya sendiri memperkosanya dan sejak saat itu, Murti begitu minder dan seringkali menhindar dari pergaulan sekitarnya, hingga saat ia kuliah. Ci Debora mengetahui hal ini dari Murti sendiri yang memandang Ci Debora sebagai wanita yang sabar, bijaksana dan dewasa. Pucuk dicinta ulam tiba, seminggu yang lalu — adik ci Debora yang laki-laki tiba dan hendak menginap untuk satu bulan karena suatu urusan. ‘Sekali tepuk 2 lalat’ — inilah yang ada dalam pikiran ci Debora melihat adiknya sendiri dan Murti.  Suatu sore sejak 3 hari kedatangan adiknya — Ci Debora sudah mempersiapkan rencana yang baik: pertama adiknya, kemudian Murti. Biasanya, Murti tiba di kos pukul 19:00 dan ia hendak memulai rencananya itu pukul 18:30 dengan melakukan ‘pemanasan’ terhadap adiknya. Pukul 18:30, Debora memanggil adiknya untuk masuk ke kamarnya. Tanpa berprasangka apa-apa, adiknya masuk ke kamarnya. Dilihatnya Ci Debora yang mengenakan celana pendek jins ketat dan kaos tanpa lengan yang ketat pula — ia sedang menghadap ke cermin dan mengikat rambutnya yang bergelombang halus itu.  Melihat bayangan adiknya di cermin, Ci Debora tersenyum dan berkata: “Masuk saja, cici cuman sebentar koq.” Diam-2, adiknya memperhatikan cicinya dan berpikir: “Cantik juga, walaupun sudah kepala tiga. Badannya juga begitu padat dan seksi..” Ci Debora yang mengerti bahwa dirinya sedang diperhatikan adiknya sendiri hanya tersenyum simpul — tiba-tiba ia berdiri, mendekati adiknya dan menggandeng tangannya. Adiknya kaget sekali namun ia tidak berkata apa2.

Ci Debora membimbing adiknya menuju sebuah pintu sambil sesekali melirik ke belakang dan tersenyum simpul ke arah adiknya. Ci Debora membuka pintu kamar tersebut dan menyalakan lampunya. Ternyata, apa yang dilihat adiknya adalah sesuatu yang menakjubkan namun juga membuatnya sedikit shock: sebuah kamar yang cukup luas — dengan seluruh dinding ditutupi bahan kedap suara berwarna pink. Ranjang yang terletak di tengah ruangan, sebuah TV lengkap dengan stereo-setnya yang mewah: juga 3 teve hitam-putih kecil yang menampakkan situasi di ruang tamu, kamar Murti dan kamarnya sendiri. Namun yang membuatnya begitu kaget dan sedikit takut adalah koleksi VCD, video dan DVD dewasa yang berserakan di lantai. Berbagai alat bantu seksual, dan sebuah manekin lengkap dengan kemaluan palsunya segala. Tahulah ia apa yang diinginkan dari cicinya — tanpa disadarinya, Ci Debora sudah mengunci pintu kamar dan mulai melepaskan pakaiannya satu persatu. Namun ia berhenti sampai pakaian dalam saja. Jadilah Ci Debora hanya mengenakan bra dan celana-dalam warna hitam, ia berdiri begitu seksi dan menggoda dengan rambutnya terikat (untuk memudahkannya saat permainan nanti, begitulah yang ada di pikiran Ci Debora).  “Sudahlah, kamu menurut saja — toh kamu disini hanya sebulan. Masa kamu tidak kasihan sama cici yg sudah lama tidak merasakan hangatnya tubuh pria?”  Adiknya masih ragu. Ci Debora tahu ini — dan tanpa membuang banyak waktu, ia segera maju ke depan membuka celana pendek adiknya dengan mudah (entah bagaimana, adiknya tidak mampu melawan cicinya sendiri). Mulailah ia mengoral batang kemaluan adiknya itu.

Baca Juga Cerita Seks Indonesia : PNS BALI dan PERGI KULIAH MASUK KE KAMAR MANDI

Ci Debora mempercepat gerakan mengocoknya dengan tangan kanan, dia menengadah dan menatap wajah adiknya dengan tatapan tajam penuh birahi — ia mendesis sambil berkata:  Sss.. awas kalau kamu berani keluar sebelum aku. Lebih baik kamu cari kos lain saja, meskipun kamu adikku!” Sesudah berkata demikian, ci Debora memasukkan seluruh batang kemaluan adiknya ke dalam mulutnya. Ia menggerakkan kepalanya maju mundur — membuat batang kemaluan adiknya keluar-masuk dengan sangat cepat. Adik ci Debora hanya dapat mengerang nikmat mendapat perlakuan seperti itu dari cicinya yang ternyata sangat berpengalaman dalam hal memuaskan pasangan mainnya, ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengecewakan cicinya. Di tengah-tengah permainan, Ci Debora melepaskan branya dengan tangan kirinya yang masih bebas. Diliriknya teve hitam putih yg secara rahasia memonitor kamar Murti. Ternyata ia baru saja datang, dan waktu menunjukan pukul 18:55. Tepatlah perhitungannya: adiknya yang gairahnya sedang menanjak pasti akan mau diajaknya berkompromi. Ci Debora menghentikan oralnya, dan tahulah ia bahwa adiknya agak kecewa. “Tunggu sebentar — aku ada tugas buat kamu: bawalah Murti ke kamar ini.” Adiknya mengerti apa yang diinginkan ci Debora. Sementara adiknya pergi memanggil Murti — ia segera mematikan monitor2-nya, melepas celana dalamnya yang sedikit basah dan bersembunyi di sebelah pintu. Begitu adiknya masuk bersama Murti — ia segera mengunci kamarnya lagi dan mendorong Murti hingga jatuh ke ranjang. Murti yang bertubuh kurus dan lelah sehabis kuliah tidak dapat memberikan perlawanan yang berarti terhadap perlakuan Ci Debora yang begitu tiba-tiba tersebut. Ci Debora melucuti kaos ketat yang dikenakan Murti dengan buas.  “Kyaa..!!” Murti menjerit, namun percuma karena ruangan tersebut kedap suara. Adik Ci Debora hanya diam saja karena shock melihat keganasan cicinya — apalagi dengan sesama jenis! Ci Debora telah sampai pada branya. Dengan kasar, ia merenggut bra Murti dan melemparkannya ke lantai. Ci Debora melihat sepasang toket Murti yang kecil.  “Seharusnya kamu tidak usah pakai bra sama sekali. Toh tidak memberi perbedaan yang berarti..” Ci Debora melanjutkan dengan melepas kancing celana jins Murti dan membuka ritsluitngnya dan melepaskannya.  “Pahamu putih dan mulus juga yah..” Terakhir, Ci Debora menurunkan celana dalam Murti. Murti tak dapat berbuat apa-apa terhadap Ci Debora yang terus menggerayangi tubuhnya dan sesekali menciuminya. Tiba-tiba Ci Debora berdiri dan berjalan menuju lemari. Diambilnya sebuah kemaluan palsu (dildo) dan semacam lotion. Ia mengolesi dildonya dengan lotion tersebut dan memberikannya kepada adiknya,  “Kamu pakai juga. Aku tidak mau dia berteriak-teriak kesakitan.” Adik Ci Debora menurut — ia melepas seluruh pakaiannya dan mulai mengolesi batang kemaluannya dengan lotion yang diberikan cicinya. “Jangan ci.. saya takut.” Murti yang sudah lemas berkata dengan penuh kekuatiran, melihat ci Debora mengenakan kemaluan palsu (dildo) bergerigi dengan ukuran yang cukup mengerikan seperti mengenakan celana dalam. Ci Debora dengan cepat bergerak ke arah Murti. “Diam. Mana lotionnya.” Sesudah mendapatkan lotion, ia mulai mengolesi dinding kemaluan Murti sambil berkata: “Kamu jangan takut, percaya sama cici saja. Sesudah itu, ia membalikkan tubuh Murti dan melumasi lubang pantatnya pula.  Agen BandarQ  “Ayo — kamu lubang yang satunya!!” ci Debora memerintahkan adiknya untuk menyetubuhi Murti yang malang di lubang duburnya.

Adiknya menurut, ia berpindah — duduk di atas ranjang. Ci Debora memapah tubuh Murti dengan lembut dan menempatkannya di atas adiknya. Murti yang tidak berdaya hanya dapat memandang sorot mata penuh gairah ci Debora yang sedari tadi sibuk mengatur posisi dan membantu adiknya memasukkan batang kemaluannya ke dalam lubang dubur Murti. Bles! Batang kemaluan adik ci Debora akhirnya berhasil masuk ke dalam dubur Murti yang sudah tidak keruan bentuknya karena sedari tadi diobok-obok oleh ci Debora. Rasa sakit bercampur nikmat membuat Murti membelalakkan matanya, ia membuka mulutnya dan merintih “Aaa..” Ci Debora membaringkan Murti dari posisi terduduk menjadi terlentang dengan adiknya di bawahnya (dan batang kemaluannya yang sudah menancap ke dalam lubang dubur Murti). “Murti, aku yakin kamu akan menyukai ini dan pasti ketagihan sesudah ini.” Ci Debora memasukkan dildo-nya ke dalam lubang kemaluan Murti.  Murti yang berada di tengah dengan keadaan tak berdaya, berusaha menahan nikmat bercampur nyeri di lubang kemaluan yang sudah dihujami dildo dari ci Debora — serta batang kemaluan adik ci Debora yang menancap di lubang duburnya. Mulailah ranjang bergoyang.. mulanya perlahan, namun semakin lama semakin cepat.. demikian pula dengan rintihan-rintihan Murti.. “Aaa.. aa..” Murti masih mengenakan kaca mata minusnya ketika permainan ini dimulai.  Ci Debora tertawa melihat Murti berusaha bertahan: “Jangan ditahan dan jangan dilawan Murti — nikmati saja, sayang!!” Perlahan-lahan rintihan Murti mulai berubah menjadi jeritan nikmat penuh birahi.. “Ah.. ah.. yess.. mmhh.. MM.. AAHH..” Kenikmatan disetubuhi di kedua lubangnya secara bersamaan membuat Murti kehilangan kendali. Murti yang sopan dan alim perlahan larut.. perlahan berubah menjadi Murti yang liar, sifat liar yang seakan ditularkan dari ci Debora — meracuni pikiran Murti yang semula begitu bersih dan polos. “Yah.. teruskan!! LEBIH CEPAT LAGI CI DEBORA..!! AA.. AA.. MMHH.. MM..”  Murti menggenggam seprei ranjang dengan sangat kuat, keringat meluncur deras dari sekujur tubuhnya — membuat kulitnya tampak mengkilat di bawah cahaya lampu. Hal ini membuat Ci Debora semakin bergairah mempercepat gerakan pinggulnya. Murti semakin menikmatinya — ia memejamkan matanya sambil memegang rambut ci Debora.  “AGH.. Enak sekali.. Ci.. aa.. aku.. belum pernah.. uuh.. senikmat ini..” Adik Ci Debora menganal lubang pantat Murti sambil meremas-remas kedua toket Murti dari belakang, walaupun ukuran toket Murti relatif kecil — namun ini tidak mengurangi rangsangan demi rangsangan yg diterimanya.  Auuh.. ah..” mulut Murti menganga dan mengeluarkan teriakan-teriakan yg semakin tidak jelas. Tubuhnya pun mulai menegang; tahulah Ci Debora bahwa “anak didiknya” saat ini hampir mencapai puncak kenikmatan. Ci Debora mengurangi kecepatan bermainnya dan mengubah gerakan maju-mundurnya menjadi gerakan mengaduk dengan menggoyangkan pinggulnya. Murti secara alami mengikuti gerakan Ci Debora dengan menyesuaikan gerakan pinggulnya. Hal ini justru menambah kenikmatan bagi Murti. Sampai akhirnya — tubuh Murti benar-benar menegang dan Murti melepaskan teriakan yang cukup panjang dan memenuhi seluruh ruangan kedap suara tersebut. Sesudah itu, teriakan berhenti dan seluruh ruangan menjadi sepi. Ci Debora mencabut dildo dari lubang kemaluan Murti, ternyata dildo tersebut sudah ditutupi cairan kental dan bahkan saat Ci Debora menariknya keluar — ada sebagian dari cairan tersebut menetes dan adapula yang masih merekat antara dinding kemaluan Murti dengan dildo Ci Debora.  Adik Ci Debora juga mencabut dildonya dari lubang dubur Murti dan merebahkan Murti yang sudah lemas di ranjang. Murti masih memejamkan kedua matanya

Baca Juga Cerita Seks Panas : NGENTOT DENGAN IBU HAJI dan NGENTOT 3 CEWEK MONTOK SEKALIGUS

Ci Debora melepas kacamata Murti yang masih dikenakannya dan meletakkannya di meja yg terletak di tepi ranjang. “Lain kali, kalau mau main — jangan lupa lepas dulu kacamatanya..” Ci Debora tersenyum dan mencium Murti, kemudian ia melepaskan dildonya dan menggelatakannya begitu saja di lantai. Ia memandang adiknya dan berkata: “Kamu jangan bengong saja, kamu masih punya tugas satu lagi.” Sesudah berkata demikian, ia duduk di lantai — melebarkan kedua pahanya: mengarahkan lubang kemaluannya yang sudah basah ke arah adiknya. Kemudian ia menunjuk ke arah kemaluannya: “Ayo: gunakan lidahmu.” Adiknya mengerti apa yg harus dilakukan. Ia menjilat-jilat lubang kemaluan ci Debora dengan hati-hati. Keenakan, c ci Debora memejamkan matanya — nafasnya tak beraturan: desahan- desahan nikmat meluncur keluar tak terkontrol dari mulutnya. Ia menjambak rambut adiknya dan menekan-nekan wajah adiknya itu ke lubang kemaluannya: “Errghh.. aaghh.. niikkmmaatt sekkaallii.. ss..!!” Ci Debora benar-benar menikmati setiap hisapan dan jilatan yang diberikan adiknya ke liang kewanitaannya, namun di tengah ambang sadar dan tidak — Debora ingat bahwa ia tidak ingin mencapai orgasme dengan cara seperti ini. “Aah.. tunggu say — bee.. berhentii duluu.. mmh.. sekarang giliran.. cici ngerjain punya kamuu..”  Adik Ci Debora menurut dan berhenti. Ci Debora bergerak kemudian berjongkok membelakangi adiknya, sekarang ia dalam keadaan berjongkok menghadap pantat adiknya. Adiknya agak kebingungan dengan tingkah laku cicinya. Namun Debora cuek saja: tangan kirinya ia lewatkan di antara kaki adiknya, dan dengan tangannya itu ia mencengkeram buah pelir adiknya dengan halus dan mulai memijat- mijatnya. “Tenang saja, sayang — kujamin kamu akan suka sekali..” Ci Debora tersenyum penuh gairah, dan dengan tangan kiri masih memegang buah pelir adiknya — ia mengangkat telapak tangannya, menghadapkannya ke arah wajahnya — dan meludahi tangannya sendiri kemudian mengerut-ngerutkan tangannya. Kemudian ia melingkarkan tangan kanannya dari pinggang sebelah kanan adiknya — langsung menuju ke arah kemaluan adiknya. Dan mulailah ia mengocok-ngocoknya batang kemaluan adiknya itu dengan tangan kanannya yang sudah dilumasi air ludahnya sendiri.

“Aaaghh.. duh, enak sekali ci..” Ci Debora meneruskan gerakan tangannya sampai ia merasa batang kemaluan adiknya sudah cukup keras. Sesudah itu, ia membalikan badannya dan mengambil posisi nungging di lantai. Tahulah adik ci Debora apa yang diinginkan cicinya ini. Ia juga mengatur posisi di belakang cicinya: “Awas ya — pokoknya aku nggak mau anal. Maenin lubangku yang biasa aja.” Adiknya menurut, dan permainan dimulai. Adik ci Debora memulai gerakannya dengan perlahan, “Mmm.. masih kurang, lagi dong!” Gerakan dipercepat, Ci Debora memejamkan matanya keenakan. Ia menambah kenikmatan dengan menggesek-gesek klit-nya sendiri, dengan sebelumnya membasahi jari-jarinya dengan cara mengulumnya sendiri. “Uuuaah.. enaakk sayaang.. Mmmh..” Permainan ini berlangsung agak lama sampai ci Debora minta ganti posisi lagi. Kali ini ia ingin disetubuhi dengan posisi tubuh menyamping. Ci Debora menyampingkan tubuhnya yang seksi dan sudah mandi keringat tadi ke arah kanan, sementara adik Ci Debora mengangkat paha mulus cicinya sebelah kanan dan menyandarkannya ke bahu sebelah kirinya. Dengan demikian, ia dengan leluasa dapat memasukkan batang kemaluannya ke lubang ci Debora. Ia mulai bergerak maju mundur, “Aaahh.. mm..” Untuk sekedar menambah kenikmatan, ia mengarahkan tangan kanannya ke arah pantatnya sendiri dan menggerakan jari tengahnya keluar- masuk lubang pantatnya. “Kyyaahh.. uuhh..” Tubuh ci Debora terus bergoyang-goyang — toketnya pun bergerak naik turun tak beraturan mengkuti irama tubuhnya. Adik ci Debora yg sedari tadi bergitu terangsang dengan gerakan toket cicinya sendiri itu sudah tak tahan lagi, ia memajukan tangan kanannya guna meremas toket kanan cicinya itu. “Oh — susumu begitu empuk ci..” Ci Debora hanya tersenyum, ia mencabut tangannya dari lubang pantatnya — dan ikut meremas toketnya bersama-sama dengan tangan adiknya itu. Permainan terus berlangsung, Ci Debora merasakan tubuhnya sendiri mulai menegang — ia sendiri sudah tidak mampu berpikir jernih lagi. Hanya kenikmatan yang dirasakan sekujur tubuhnya sekarang.

“AAHH.. AAKKUU.. MMH..” Keluarlah Ci Debora, mencapai orgasme yang diidam-idamkannya dalam posisi menyamping. Tercapailah segala keinginannya selama ini. Demikian pula adik ci Debora, ia segera berdiri karena sudah tidak tahan lagi, dan ci Debora mengetahui hal ini — karena ia sudah berhasil meraih orgasme, maka ia berniat membantu adiknya untuk mengeluarkan seluruh peju yang sangat ia inginkan itu. Ci Debora berjongkok, tersenyum menggoda ke arah adiknya dan mulai mengocok batang kemaluan adiknya.  “Nah, sekarang cici ingin merasakan nikmatnya cairan kejantananmu. Ayo sayang.. keluarkan — jangan ragu.. ayo!” Ci Debora memainkan batang kemaluan adiknya naik turun dengan gerakan memutar sambil sesekali menjilat pangkal kemaluan adiknya. “Aih.. masih belum keluar juga.. sebentar..” Sambil mengocok batang kemaluan adiknya dengan menggunakan tangan kanannya, ci Debora memijat buah pelir adiknya. “Ah.. ci.. aku mau keluar nih..!!” Ci Debora langsung mengarahkan ujung batang kemaluan adiknya ke arah mulutnya, menyambut cairan peju yang segera muncrat masuk ke dalam mulutnya. Murti yang sedari tadi tergeletak lemas berusaha bangkit dan merangkak menuju ci Debora dan adiknya. “Ci Debora.. saya juga mau..”, kata Murti sambil menunjuk ke arah mulutnya sendiri. Tetes peju terakhir sudah habis meluncur turun ke dalam mulut ci Debora yang seksi. Ci Debora menelan sedikit peju adiknya dan menahan sisanya di dalam mulutnya. Ia tersenyum dengan mulut belepotan peju adiknya, membelai Murti, kemudian membaringkannya, dan meletakkan kepala Murti di pangkuannya. Murti yang sudah lemas hanya menurut seperti anak kecil. Dengan gerakan yang lembut, ci Debora menyentuh bibir Murti dan menggerakannya ke bawah dengan jari telunjuknya. Murti mengerti apa yang dimaksud ci Debora, ia membuka mulutnya. Bibirnya bergetar. Ci Debora kembali tersenyum — ia mengarahkan mulutnya tepat di atas bibir Murti yang sudah merekah, kemudian membuka dan memuntahkan peju lengket yang sudah bercampur dengan air liur ci Debora, turun memasuki mulut Murti.

Peju dalam mulut ci Debora sudah habis dipindahkan ke dalam mulut Murti. Ci Debora tersenyum lebar dengan sedikit sisa peju bercampur liur pekat yang menetes dari ujung bibirnya. Kembali, dengan gerakan lembut — ci Debora memberi isyarat kepada Murti untuk menutup mulutnya. Murti menuruti dan tersenyum bersamaan dengan ci Debora. “Nah, aku tidak pernah pelit kepada gadis manis seperti kamu. Ambillah bagianmu dan nikmatilah.” Murti menelan peju yang sudah diberikan ci Debora kepadanya.  “Terima kasih ci..” Kemudian ia bangkit dan duduk — Murti menyentuh wajah ci Debora dengan lembut. Murti kembali membuka mulutnya, bergerak maju ke arah bibir ci Debora sambil menjulurkan lidahnya. Ci Debora yang mengerti maksud Murti segera menyambut ciuman Murti dengan menjulurkan lidahnya pula. Mereka berciuman sampai lama — dan saling menjilati sisa-sisa peju hingga bersih. Sejak saat itu, kehidupan ci Debora dan Murti selalui dipenuhi dengan petualangan: hampir setiap bulan Murti ‘menjebak’ teman kuliahnya — entah itu pria atau wanita. Mungkin dalam kesempatan lain, Murti dapat membagi kisah petualangannya disini.  Demikianlah cerita panas Indonesia TANTE SILVI IKUT TERANGSANG dan KAMAR RAHASIA oleh cerita sex hot