Cerita Mesum Terpanas – ceritabokep ini merupakan cerita panas dari Kebiasaanku sejak kuliah emang gak bisa aku ubah, aku yang hobby seka iseng sms-sms kenomer yang tinggal aku acak sering kali berujung cacian dari orang yang aku gak kenal tersebut. Kadang juga dapat yag membalasnya dengan ramah, bahkan ada juga yang sampai berteman sampai sekarang, tapi cacian lebih banyak karena setelah smsku dibales aku terus sms yang jorok-jorok kepada orang itu, tapi yang perlu diketaui aku hanya meneruskan isengku itu jika nomer yang aku ack adalah nomer wanita karena aku masih normal dan mash menyukai wanita, hehe.. itulah kebiasaan burukku yang tak pernah bisa berubah. Namaku Arman, sekarang aku sudah lulus dari kuliah dan aku sekarang sudah bekerja disebuah kantor koperasi. Jika aku sedang longgar tidak ada kerjaan, kebiasaanku muncul kembali, aku sering tertawa sendiri dikantor hingga aku dikatakan yang tidak-tidak oleh temanku.
Aku sering ketawa ngakak ketika aku medapat caci maki karena aku merasa aku berhasil. Sampai suatu ketika aku sms nomer acak tapi yang aku sms ini membalasnya dengan sangat baik dan halus kata-katanya. Ini baru pertama kali yang aku menemukan orang yang seperti ini. Jaran-jarang aku mendapatkan balasan sms secara halus kayak gini. Dari sms itu akhirnya aku mengajaknya berkeArmann dan aku pun mengetahui namanya adalah Okta. Setalah iseng sms ku hari itu dan aku mendapatkan balasan yang sangat nyaman, aku lantas melanjutkan hubungan kita hanya melalui HP. Semakin hari kini aku sering menelponnya saat istirahat kerja dan Okta orangnya sangat enak untuk diajak mengobrol. sempat aku tanyakan kepadanya apakah Okta sudah mempunyai cowok, Okta pun menjawab belum. Aku lebih bersemangat mendekatinya, karena kalau didengar dari suaranya Okta ini orangnya cantik. Suaranya yang lembut, nadanya yang manis, membuat aku ketagihan untuk selalu menelponnya. Seminggu kami sms dan telpon-telponan, aku berniat mengajak Okta untuk ketemuan. Ketika jam istirahat aku langsung menelponnya, dan setelah aku ajak Okta untuk ketemu Okta pun juga mau, lantas kami janjian disebuah cafe yang ada di mall. Keesokan harinya aku lantas ijin untuk tidak bekerja, dan aku berdandan sangat rapi.
Jam 10 aku langsung meluncur ke cafe dan sampai disana aku merasa kebingungan karena aku belum pernah melihat Okta sama sekali. Sampai depan cafe, aku mengambil HP ku dan aku menelpon Okta sambil aku memandangi seisi café tercebut karena pada siang itu suasana cafe belum ramai, jadi aku bisa melihat semuanya. Setelah aku telpon, terlihat dari kejauhan ada seorang wanita yang mengangkat telponnya, dan “kamu pakai baju putih ya Okt” tanyaku. “Iyha mas, kamu udah sampai ya??” tanya Okta balik. “Iyha aku sudah sampai, aku langsung kesitu” jawabku bersemangat. Aku langsung menghampiri Okta, dan samai dimejanya aku sangat tertegu melihat penampilan Okta, orangnya cantik sekali, kulitnya putih kecoklat-coklatan, rambutnya panjang sepinggang, payudaranya padat berisi, dan yang membuat aku klepek-klepek adalah senyumnya yang sangat manis sekali dihiasi dengan lesung di pipinya, aku seperti mimpi saja. dan saat aku bengongn, Okta menegurku “Eeehhh…Mask ok bengong ngliat apa??”. “Eeennngg…Eeennggg…Gaaak ngeliat apa-apa kok Okt, maaf ya kamu udah menunggu” jawabku sambil sedikit bengong dengan penampilan Okta. Setelah itu kami langsung memesan makanan, kita juga sambil mengobrol. tak berapa lama makanan datang dan Kami berbicara sebentar sambil menikmati makanan di sebuah food court. “Arman, suka nyanyi-nyanyi gak??” tanya Okta setelah kami selesai makan. “Suka, tapi tidak di depan umum” begitu jawabku. “Sama dong Kalo gitu, mau gak kamu saya ajak untuk nyanyi di karaoke Kita bisa pesan private room kok, jadi tidak ada orang lain” tanya Okta. “Asyik juga ya, untuk melepas lelah” jawabku.
Segera kami meluncur ke sebuah karaoke terdekat menggunakan mobilku. Setibanya di sana, kami memesan tempat untuk dua orang. Kami segera dituntun masuk oleh seorang wanita. Ruangannya agak remang-remang, dan ditutupi gorden, jadi memang tidak akan terlihat dari luar. Sambil waitress menyiapkan ruangan, kami memesan minuman. Okta permisi kepadaAku untuk ke toilet. Tepat setelah waitress menyiapkan ruangan dan minuman, Okta kembali. Kurasa agak aneh waktu itu karena aroma wewangiannya kian tajam. Namun, tidak kupedulikan.Segera kami mulai memasang lagu kesukaan kami, dan kami bernyanyi-nyanyi. Sampai tibalah kami di lagu yang kelima. Okta memesan lagu yang lembut, dan agak romantis. Sebelum lagu tersebut dimulai, tak sengaja punggung tanganku menyentuh punggung tangan Okta. Halus sekali, pikirku. Sayang sekali tanganku untuk berpindah dari punggung tangannya, sehingga kubiarkan saja di situ. Okta pun diam saja, tidak berusaha melepaskan sentuhan tangannya dari tanganku. Dingin ya?, tanya Okta, kepadaAku, sambil melihat tanganku. Iya, jawabku mengangguk lemah. Segera Okta mendekatkan tanganku ke tangannya. Tanganku segera menggenggam jari-jarinya. Kami bernyanyi sambil menikmati kehangatan tersebut. Pelan-pelan, naluriku mulai berjalan. Ingin sekali Aku mengelus pipinya yang lembut, namun Aku agak takut-takut. Perlahan-lahan Okta mendekatkan bahunya ke bahuku sehingga kami duduk sangat dekat.Wangi aroma tubuh Okta segera membius diriku. Tak kupedulikan lagi ketakutanku. Segera kubelai pipi dan kening Okta. Ia menatapku. Aku balas menatapnya.
Lalu kuusap lembut rambutnya. Darah kelelakianku segera berdesir. Kukecup keningnya. Okta diam saja. Kukecup rambut dan pipinya, segera aroma tubuhnya kembali membius diriku. Okta benar-benar kuperlakukan seperti pacarku sendiri. Tiba-tiba timbul gelora yang besar untuk memeluknya. Okta sepertinya mengerti karena dia segera mengubah posisi duduknya sehingga memudahkanku untuk memeluknya. Segera kupeluk Okta dengan rasa sayang.Tiba-tiba Okta menarik tanganku ke dada kirinya. Segera kurasakan bagian lembut kewanitaannya tersebut. Nikmat sekali, namun dengan rasa agak takut. Pelan-pelan kusentuh buah dadanya yang lembut itu. Okta diam saja. Aku mulai berani. Ku elus-elus buah dadanya, perlahan-lahan, dengan gerakan memutar, tanpa menyentuh bagian putingnya. Aku semakin berani. Tangan kananku kumasukkan ke dalam sweater merahnya. Segera ku elus bukit lembut tersebut di bagian pinggirannya. Ku putar-putar tanganku mengelilingi putingnya. Setelah beberapa saat, kusentuh putingnya. Ternyata putingnya sudah mengeras. Lalu kuremas dengan lembut. Okta mendesah. Ssshh, desahnya.Kulanjutkan penjelajahanku ke dada kanannya. Kuulangi hal yang sama. Lagi-lagi Okta mendesah. Segera ia memagut bibirku, dan melumatnya. Saat kujulurkan lidahku, segera dihisapnya kuat-kuat. Oh, nikmat sekali berciuman seperti ini, pikirku karena memang Aku belum pernah berciuman dengan wanita. Badanku bergetar hebat, karena Aku belum pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Kami lanjutkan permainan kami beberapa saat. Setelah itu, kami berhenti untuk menikmati minuman kami.
Kusodorkan sedotan minumanku untuk diminum terlebih dulu oleh Okta. Kemudian kami lanjutkan nyanyian kami sambil berpelukan. Nyaman sekali rasanya saat itu.Kuteruskan permainan tanganku dengan lembut, mengelus dan meremas dengan lembut buah dada Okta. Okta kembali memagut bibirku. Kami berciuman hebat. Tiba-tiba Okta menarik tanganku, dan memasukan tanganku ke dalam celana panjangnya. Segera terasa bulu-bulu halus kemaluannya tersentuh oleh tanganku. Pelan-pelan kudorong tanganku ke bawah, menuju organ intimnya. Segera terasa tanganku menyentuh Memeknya yang hangat dan basah. Montok kan punya gua?, begitu ungkap Okta saat tanganku mengelus lembut Memeknya. Segera kuiyakan pertanyaannya itu, padahal Aku tidak bisa membedakan seperti apa Memek yang tidak montok. Kuusap terus Memeknya, seraya desahan Okta mengiringi gerakanku. “Ssshhh.. Oh, Arman, Baru kamu laki-laki yang bisa memperlakukanku dengan lembut” begitu terus desahnya. Tersanjung juga Aku dipuji dirinya.Kami terus bercumbu sampai tak terasa dua jam berlalu. Arman, kamu jangan pulang dulu ya. Aku ingin dikelonin sama kamu. Temani sebentar Aku di hotel ya?, tanya Okta kepadaku. Saat itu, Aku agak takut. Takut Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak tidur dengannya. Segera kuingat ajaran2 agama yang melarangku melakukannya. Namun sepertinya Okta mengerti ketakutanku. Aku cuma minta dibelai kok. Tidak lebih.
Ya, Arman?, tanyanya dengan mata memohon. Berat sekali rasanya untuk mengiyakan permintaannya. Di satu sisi, Aku takut sekali melanggar ajaran agama. Lagipula, Aku banyak tugas yang malam itu harus kuselesaikan. Namun sisi kemanusiaanku membuat Aku tidak tega menolaknya. Baiklah, tapi tidak lebih dari itu ya?, jawabku. Iya, gua janji deh, kata Okta lagi. Kami segera keluar dari ruangan, membayar ke kasir, dan meluncur ke sebuah hotel menggunakan mobilku. Okta menjadi penunjuk jalan. Setelah membayar uang deposit di kasir hotel, kami segera melenggang ke dalam kamar. Di dalam kamar, Aku menyalakan televisi. Sejenak kami menikmati sebuah film. Tak lama kemudian, Okta membentangkan tubuhnya di kamar tsb. Arman, sini dong, kata Okta. Aku mengubah posisi duduk ku di ranjang mendekati Okta. Aku dalam posisi duduk, sementara Okta sudah telentang. Arman, belai Aku lagi ya, kata Okta. Segera tanganku mengelus dahi Okta. Kuelus-elus dahinya beberapa lama, turun ke pipi, lalu ke rambutnya yang panjang. Okta menikmati gerakanku sambil menutup mata. Lalu kusandarkan tubuhku ke ranjang, kukecup lembut kening dan dahinya. Okta membuka matanya, tersenyum. Lalu kucium kelopak matanya. Okta benar-benar menikmati perlakuanku. Perlahan kukecup lembut bibirnya. Aku hanya menyentuhkan bibirku di bibirnya. Namun segera Okta menjerat bibirku di bibirnya. Dilumat bibirku dengan bergairah, sementara tangannya dengan kuat memelukku. Kujulurkan lidahku untuk menyentuh bibir bawahnya, namun Okta segera menghisap bibirku tersebut. Segera kuarahkan ciumanku ke bagian telinganya, dan kujilat bagian dalam daun telinganya dengan lidahku.Okta meronta-ronta dan mendesah. Aduh Arman, geli sekali. Teruskan Arman, katanya. Kucumbu Okta terus di telinganya. Kemudian kuarahkan cumbuanku ke lehernya. Okta mendesah hebat. Ssshh.. sshh.. ohh, desah Okta. Aku tidak bisa menahan diriku lagi.
Baca Juga Cerita Seks Panas : SEKS DENGAN KETIGA PEMBANTUKU SECARA BERGANTIAN dan MABUK SEMALAM
Okta, boleh kubuka bajumu?, tanyaAku pelan kepada Okta. Okta mengangguk, tersenyum. Perlahan-lahan kubuka kancing bajunya. Terlihatlah tubuhnya yang putih mulus, dengan bra berwarna biru. Kulanjutkan ciumanku di seputar payudaranya. Tak lupa kukecup pelan ketiaknya yang bersih tanpa bulu. Okta mengerang. Arman, buka BH gua dong, pinta Okta. Segera kuarahkan tanganku ke punggungnya untuk membuka BHnya. Sulit sekali membuka BHnya. Maklum, belum pernah Aku membuka BH wanita.Setelah terbuka, pelan-pelan kutanggalkan BHnya. Segera tampak bukit indahnya yang putih bersih, tanpa cacat, dengan puting kecoklatan. Indah sekali, pikirku. Ingin sekali Aku menciumnya. Kupindahkan BHnya dan bajunya ke meja supaya tidak kusut. Lalu, pelan-pelan kubasahi buah dadanya dengan lidahku. Kuputar wajahku memutari tokednya. Okta mendesah lagi. Gerakan itu terus kuulang beberapa kali, lalu berpindah ke toked kanannya. Di sana kuulangi lagi gerakanku sebelum akhirnya lidahku tiba di puncak tokednya. Kubasahi putingnya dengan lidahku, kumain-mainkan, kukulum, dan kuhisap. Okta mengerang-ngerang. Aduh, Arman..ssh..ssh.. geli sekali. Terus Arman… Sambil mengulum putingnya, pelan2 kuelus bagian perutnya. Auw.. enak Arman.., Okta menekan wajahku ke dadanya. Kira-kira 25 menit Okta kuperlakukan seperti itu.Arman, bukain celanaku dong.., pinta Okta. Segera kubuka kancing celananya, dan kupelorotkan ke bawah. Terlihatlah pahanya yang putih bersih, dan kewanitaannya yang masih tertutupi Celana Dalam warna hitam. Masih mengulum putingnya, segera kuarahkan tanganku ke selangkangannya. Kuelus-elus perlahan. Kugerakan tanganku dari dekat lututnya, terus bergerak sedikit demi sedikit ke arah pangkal pahanya. Oouuuhh.., rintih Okta menahan kenikmatan yang kuberikan.
Kuelus Memeknya yang masih tertutupi celana dalam. Ternyata celana dalamnya sudah basah. Kubelai pelan-pelan bagian tersebut. Okta meronta-ronta, dijepitnya tanganku dengan kedua belah pahanya. Oh.. ohh.. ronta Okta. Gantian tangan Okta yang masuk ke celana dalamku. Dipegangnya Penisku, lalu dikocok pelan-pelan. Uuh, nikmat sekali rasanya.. Arman, buka celana dalam gua.., pinta Okta. Jangan Okta, gua gak berani melakukan itu.. kataAku.Aku bukan bermaksud munafik, tapi Aku memang benar-benar takut saat itu, karena belum pernah melakukannya. Tak apa-apa, Arman, tidak usah dimasukin. Gua cuma minta diciumi aja, pinta Okta memohon. Akhirnya kubuka celana dalam Okta. Kunikmati pemandangan indah dihadapanku. Oh, indah sekali makhluk bernama wanita ini, pikirku. Elus lagi, Arman.., pinta Okta. Perlahan-lahan, tanganku mulai mengelus bibir Memeknya yang sudah basah. Kuputar-putar jariku dengan lembut di sana. Lagi-lagi Okta meronta. Ohh..ohh. Ke atas lagi Arman. Elus klitorisku, begitu desahnya perlahan. Aku tidak tahu persis di mana klitoris. Aku terus mengelus bibir Memeknya. Segera tangan Okta membimbing tanganku ke klitorisnya.Baru sekali itu Aku tahu bentuk klitoris. Mungil dan menggemaskan. Dengan lembut kuputar-putar jariku di atas klitorisnya. Setiap 8 putaran, Okta langsung mengepit tanganku dengan pahanya.
Sepertinya ia benar2 menikmati perlakuanku. Arman, tolong hisap klitorisku, yah?, pinta Okta. Aku sedikit ragu, dan jijik. Pake tangan aja yah, Okta.., Aku berusaha menolak dengan halus. Tolong dong, Arman. Sekali ini saja. Nanti gantian deh , pinta Okta. Aku masih berat hati menghisapnya. Okta, maaf ya. Tapi kan itu kemaluan. Apa nanti… Belum selesai Aku bicara, Okta segera memotongku. Kemaluanku bersih kok, Arman. Aku selalu menggunakan antiseptik. Tolong ya.. sebentar saja, kok, pinta Okta lagi.Perlahan-lahan kudekatkan mulutku ke memeknya Okta. Segera tercium aroma yang tidak bisa kugambarkan. Perlahan-lahan kujulurkan lidahku ke klitorisnya. Aku takut sekali kalau rasanya tidak enak atau bau. Kukecap lidahku ke Memeknya. Ternyata tawar, tidak ada rasa apa-apa. Terus, Arman..ohh.. enak sekali, desah Okta. Kuulangi lagi, pelan-pelan. Lama-lama rasa takut dan jijikku hilang, malah berganti dengan gairah. Kuulang-ulang menjilati Memeknya. Okta makin mendesah. “Oooggghhhh.. Oouuhh.. Oouuhh.. Oouuhh…” Okta menggenggam jari telunjukku, lalu memasukkan ke dalam liang Memeknya. Kamu nanti tidak kesakitan?, tanyaku kepadanya. Ia menggeleng pelan. Lalu, kuputar-putar jariku di dalam Memeknya. Ahh.., Okta menjerit kecil. Kuputar jariku tanpa menghentikan jilatanku ke Memeknya.Saat kuarahkan jariku ke langit-langit memeknya, terasa ada bagian yang agak kasar. Kuelus pelan bagian tersebut, berkali-kali. ‘Ya, terus di situ Arman.. ahh.. enak sekali.. Kuteruskan untuk beberapa saat. Okta makin membuka lebar-lebar pahanya.
Tiba-tiba Okta menggerakkan pantatnya ke atas dan bawah, berlawanan dengan arah jilatanku. Ah Arman.. Aku mau keluaar.. erang Okta. Okta makin mempercepat gerakannya, dan tiba-tiba gerakan pantatnya dia hentikan, lalu dikepitnya kepalaAku dengan pahanya. Ahh.. Arman..Aku keluar, desahnya. Segera kupeluk tubuh Okta, dan kugenggam tangannya erat. Kubiarkan Okta menikmati orgasmenya. Setelah beberapa saat, kuelus-elus dahi dan rambutnya. Arman, enak sekali, kata Okta. Aku diam saja.Sekarang gantian, ya, kata Okta. Aku mengangguk pasrah, antara mau dan takut. Diputarnya tubuhku sehingga tubuhnya menindih tubuhku sekarang. Dibukanya celana dan celana dalamku. Malu sekali rasanya saat itu. Segera kututupi Penisku yang masih terduduk lemas. Sepertinya Okta mengerti perasaanku. Ia segera mematikan lampu kamar. Aku merasa lebih tenang jadinya. Lalu, dibukanya pahaAku yang menutupi Penisku. Okta segera meraba-raba Penisku. Oh, geli sekali rasanya. Rasa geli itu membuatku secara refleks menggelinjang. Okta tertawa. Enak kan, Arman? tanyanya menggodaAku. Sial nih orang, pikirku. Dikerjain gua. Mau diterusin gak, Arman? tanya Okta sambil menggoda lagi. Aku hanya mengangguk.Saat itu Penisku belum berdiri. Aneh sekali. Padahal biasanya kalo melihat adegan yg sedikit porno, punyaAku langsung keras. Akhirnya Okta mendekatkan mulutnya ke Penisku. Dikecupnya ujung Penisku perlahan. Ada getaran dashyat dalam diriku saat kecupannya mendarat di sana. Arman, punya kamu enak. Bersih dan terawat, ujar Okta. Geer juga Aku dipuji begitu. Dipegangnya gagang Penisku, lalu Okta mulai menjilati Penisku.
Ya ampun, pikirku. Geli sekali.. Secara reflek Aku meronta, melepaskan Penisku dari mulut Okta. Kenapa, Arman?, tanya Okta. Gua gak tahan. Geli banget, sih?, kataAku protes. Ya udah, pelan-pelan aja, ya?, kata Okta. Aku mengangguk lagi. Okta mulai memperlambat tempo permainannya. Rasa geli masih menjalari tubuhku, tapi dengan diikuti rasa nyaman.Kuperhatikan Okta menjilati Penisku, tak terasa Penisku segera mengeras. Okta senang sekali melihatnya. Segera dilahap kembali Penisku itu, kali ini sambil dikocok-kocok dengan tangannya. Sekali lagi Aku disiksanya dengan rasa geli yang amat sangat. Kunikmati permainannya, tak terkira nikmatnya. Ya ampun, baru sekali ini kurasakan kenikmatan yang tiada tara seperti ini. Ah.., tak kuasa Aku menahan desahanku. Arman, kumasukan ya punyamu?, tanya Okta. “Nanti kamu sakit, gak??”, tanyaAku. Aku sudah tak bisa menguasai diri lagi. Ingin sekali rasanya Penisku dikepit oleh Memeknya. Ya, kalau Aku yang ngontrol sih, gak sakit, kata Okta. Ya udah, kamu yang di atas aja, kataAku kepadanya.Okta segera mengubah posisi tubuhnya. Ia kangkangkan pahanya di atas tubuhku, lalu pelan-pelan dibimbingnya Penisku menuju liang Penisnya. Ditekannya sedikit, masuklah sedikit ujung Penisku ke dalam. Terasa sedikit basah dan licin kemaluannya. Didiamkan punyaAku di sana utk beberapa saat. Aku diam menunggu. Lalu ditekannya sedikit lagi. Kali ini punyaAku masuk lebih dalam dan makin terasa cairan pelicin kemaluannya. Sudah sepertiga dari panjang Penisku yang berada dalam Memeknya.
Baca Juga Cerita Sex Dewasa : SEKALI MENDAYUNG DUA MEMEK KUDAPATKAN dan PESTA BUGIL
Dia diamkan lagi Penisku di sana beberapa saat. Ia sedikit mengernyit. Sakit?, kutanya. Iya, tapi gak apa2. , jawab Okta. Kemudian ia mendorong Penisku makin dalam, hingga akhirnya semua Penisku tertelan di dalam Memeknya. Terasa basah dan hangat Memeknya. Nikmat dan geli sekali rasanya. Setelah beberapa saat, Okta mulai menggerakkan pinggulnya naik dan turun. Ahh.. enak sekali menikmati Penisku terjepit dalam Memek Okta. Gerakan pantat Okta membuat Penisku terkocok, dan segera Aku merasakan kenikmatan yang tiada tara. Okta pun seakan-akan begitu. Ohh.. ohh.. ohh.. ohh, Okta mengerang-ngerang. Okta terus menggerakan pinggulnya naik dan turun selama beberapa saat dengan diiringi desahan. Tiba-tiba ia berhenti. Entah mengapa tiba-tiba ada perasaan kesal dalam diriku. Namun, ternyata Okta tidak berhenti begitu saja. Kini pinggulnya digerakan tidak naik-turun lagi, tapi maju mundur, dan terkadang berputar. Sepertinya Okta sangat menikmati gerakan ini, terbukti erangannya semakin sering. Ah.. ah.. ahh.. ahh.., desahnya terus, tanpa henti. Kuremas dengan lembut payudaranya, Okta makin merintih. Sssh.. ssh.. sshh.. enak Arman. Makin lama gerakan Okta makin cepat. Arman, Aku mau keluar lagi, Arman.. rintihnya. Aku pun merasa Penisku berdenyut kencang. Okta, tolong lepaskan, Aku mau keluar, kataAku. Aku takut sekali kalau sampai Okta hamil. Tapi Okta tidak mau melepaskan Penisku. Ditekannya kuat tanganku dengan kedua tangannya sehingga Aku tidak bisa melepaskan diri darinya. Tiba-tiba kurasa Penisku menyemburkan cairan kuat di dalam Memeknya. Aduh, Okta, jangan.. nanti kamu hamil.., teriakku, sesaat sebelum cairanku keluar. Tapi semua sudah terlambat. Semua cairanku sudah keluar dalam Memeknya. Nikmat sekali rasanya, namun terasa lemas tubuhku sesudahnya. Segera otot-otot Penisku mengerut, dan menjadi kecil kembali.Okta dengan kecewa melepaskan Penisku.
Okta, kalo kamu hamil gimana, tanyaAku dengan setengah takut. Tenang aja, Arman. Gua pake alat kontrasepsi kok. Kamu gak perlu takut, ya?, kata Okta menenangkan diriku. Kemudian, Okta segera memijat-mijt Penisku. Dielus, dan di kulum lagi seperti tadi. Tak lama, Penisku segera mengejang lagi. Segera Penisku dimasukan lagi oleh Okta ke Memeknya. Kembali Okta melakukan gerakan maju mundur tadi. “Ooggghhhh.. Oouuuhhhh.. OouuUuuhh.. OoUuuuhh, erangnya”. Kuremas lembut toketnya. Ssshh.. sshh.. sshh, begitu terus rintihannya. Selama beberapa saat Okta mengocok Penisku dengan Memeknya, sampai akhirnya dia berteriak. Arman, Aku hampir keluar, desah Okta. Segera Okta mempercepat gerakannya. Aku pun membantunya dengan menggerakan pinggulku berlawanan dengan arah gerakannya. Ahh.. Arman, Aku keluar, desahnya agak keras. Sejenak ia menikmati orgasmenya, sebelum rubuh ke dalam pelukanku. Kubiarkan ia menikmati orgasmenya, kuelus rambutnya, dan kukecup keningnya. Kami berpelukan, dan tidur tanpa busana sampai pagi hari. Alangkah Indahnya Hidup ini dibuat oleh Okta dan Aku tak akan pernah melupakan kenangan terindah di malam pertama bersama Okta walaupun kini Aku gak tau kabarnya si Okta ini.
NIKMATNYA NGENTOT DENGAN TANTE KU SENDIRI
Merupakan cerita sedarah yang masih ada hubungan kekerabatan atau keluarga, dan perlu anda ingat bahwa cerita dewasa sedarah dengan tanteku ini berbeda dengan cerita panas tante atau pun cerita dewasa tante yang lain-lainnya karena cerita sedarah ini sangat asik sekali, Cerita ini bermula saat aku masih duduk dikelas 3 smu. Oh ya Namaku Wawan, umurku sekarang 26 tahun. Ada sebuah Cerita Dewasa Seks yang sampai saaat ini masih saja terus kukenang dan selalu kuingat. yaitu sebuah kejadian cerita dewasa yang masih terus kuingat sampai saat ini. Saat sma aQu dititipkan kepada seorang tanteku. Tanteku ini cantik dan tubuhnya mulus aduhai bikin semua pria yang liat pasti pengen segera berhubungan tubuh dengannya. Oke deh langsung aja pada inti cerita kali ini. Yuk k
Tanteku namanya Yuni, dia ini seorang “Single parent” dengan tiga orang anak; dua perempuan dan satu laki-laki. Suaminya sudah meninggal karena kecelakaan mobil. Suaminya ini memang seorang pembalap lokal yang tidak terkenal namanya. Dengan tiga orang anak dan umurnya yang sudah 37 tahun, tanteku ini masih saja kelihatan seksi. Tubuhnya terawat, karena dengan kondisi keuangannya yang mapan, tanteku secara teratur senam. Hasilnya, walaupun dengan tiga orang anak,
tubuhnya tetap terawat dengan baik. Pantatnya besar dengan pinggul yang juga besar tapi pahanya selain putih dan mulus juga singset tanpa ada tumpukan lemak sedikitpun. Payudaranya lumayan besar, entah kira-kira berapa ukurannya akupun tidak tahu tapi yang jelas masih sekal tidak kendor layaknya seorang Ibu yang sudah melahirkan tiga orang anak.
Kejadiannya berawal pada saat yang tidak diduga sama sekali. Saat itu di rumah sedang tidak ada orang hanya ada tanteku yang sedang asyik memasak untuk hidangan makan siang, kebetulan hari itu jadwal mengajar tanteku hanya satu mata kuliah saja. Sepulang sekolah, aku menemukan tanteku didapur sedang asyik memasak. Dengan langkah gontai karena kecapekan, aku langsung menghampiri meja makan.
Baca Juga Cerita Dewasa Terbaru : SEBATAS KHAYALAN dan SANG PENAKLUK
“Tante Yun, belum siap yah makanannya?” tanyaku kelaparan.
“Belum Wan, sabar yah. Ini lo si Suti (pembantu tanteku) pulang tadi pagi, jadinya ya gini nih repot sendiri” keluh tanteku
Di dahinya terlihat cucuran keringat, belum lagi tangannya yang belepotan dengan berbagai macam bumbu yang sedang diraciknya. Kelihatan sekali kalau tanteku tidak pernah kerja “Sekeras” ini. Walaupun begitu, entah kenapa terlihat sekali wajah tanteku semakin cantik. Saat itu dia hanya menggunakan daster pendek yang sebenarnya tidak ketat tapi karena bentuk pantat dan pinggulnya yang besar, daster itu jadi kelihatan agak ketat dan memetakan garis dari celana dalamnya kalau dia sedang membungkukkan badannya. “Ah, seksi sekali” pikirku kotor.
“Wawan bantuin ya Tante?” tawarku.
“Boleh Wan, sini!” ternyata tanteku tidak keberatan.
Tidak ada angin tidak ada hujan, belum sampai aku mendekat, entah karena apa tiba-tiba kran air di cucian piring copot dari pangkalnya. Otomatis air yang langsung dari tandon air yang penuh menyembur dengan derasnya mengenai tanteku yang kebetulan ada didepannya.
“Aduh Wan, tolong.., gimana ini?” tanteku dengan paniknya berusaha menutupi saluran air yang menyembur dengan tangannya.
Karena tubuh tanteku tidak terlalu tinggi, untuk mencapai saluran itu dia harus sedikit membungkuk. Terlihat sekali dasternya yang sudah basah kuyup itu sekali lagi memetakan pantatnya yang besar. Garis celana dalamnya kini terlihat lebih jelas.
Dengan tergesa-gesa, tanpa pikir-pikir lagi aku segera mendekat dan membantunya menutup saluran air itu dengan tanganku juga. Tanpa aku sadari ternyata posisi tubuhku saat itu seperti memeluk tubuhnya dari belakang. Bisa di bayangkan, tanpa sengaja juga kontolku mengenai belahan pantatnya yang sekal. Keadaan ini bertahan beberapa lama. Hingga menimbulkan sesuatu yang kotor dipikiranku.
“Aduh Wan gimana ini?” tanya tanteku tanpa bisa bergerak.
“Duh gimana ya Tante, aku juga bingung.” kataku mengulur waktu.
Saat itu, karena gesekan-gesekan yang berlebihan di kontolku, aku jadi tidak bisa menahan gairah untuk merasakan tubuhnya. Pelan-pelan aku melepas satu tanganku dari saluran air itu, pura-pura meraba-raba disekitar cucian piring, mencari sesuatu untuk menutup saluran air itu sementara. Tanpa sepengetahuannya aku justru melepas celanaku berikut juga celana dalamku. Memang agak susah tapi akhirnya aku berhasil dan dengan tetap pada posisi semula kini bagian bawahku sudah tidak tertutup apa-apa lagi.
“Wah, nggak ada yang bisa buat nutup Tante. Sebentar Wawan carikan dulu yah”
Kini niatku sudah tidak bisa ditahan lagi, pelan-pelan aku melepas peganganku di saluran air.
“Pegang dulu Tante” kataku sedikit terengah menahan gairah.
“Yah, gih sana cepetan, Tante sudah pegal nih” sungut tanteku.
Kemudian tanpa pikir panjang, secepat kilat aku menyingkap dasternya, kemudian secepat kilat juga berusaha untuk melorotkan celana dalamnya yang entah warnanya apa, karena sudah basah kuyup oleh air, warna aslinya jadi tersamar.
“Ehh.. apa-apan ini Wan, jangan gitu dong!?” tanpa sadar tanteku melepas pegangannya disaluran air untuk menahan tanganku yang masih berusaha melepaskan celana dalamnya. Air menyembur lagi.
“Auhh.. ohh” suara tanteku jadi tidak jelas karena mulutnya kemasukan air. Tanpa sadar juga tanteku berusaha untuk menutup saluran air dengan tangannya lagi, otomatis tanganku sudah tidak ada yang menahan lagi.
“Kesempatan” pikirku, dengan satu sentakan celana dalam tanteku melorot sampai diujung kakinya.
“Auwch.. duh Wan jangan, aku ini tantemu, jangann..” Mohon tanteku.
Kepalang tanggung, aku langsung jongkok. Aku lalu menyibak pantatnya yang besar dan mencari liang senggamanya. Kudekatkan kepalaku, kujulurkan lidahku untuk mencapai vaginanya.
“Auwchh.. Wan.. ahh..” jilatan pertamaku ternyata membuatnya bergetar tanpa bisa beranjak dari tempat semula, kalau bergerak air pasti akan menyembur lagi.
Lidahku semakin leluasa merasakan aroma dari vaginanya, semakin kedalam membuat tanteku bergetar hebat. Entah kenapa sudah tidak ada lagi bahasa tubuhnya yang menunjukkan penolakan, yang ada kepalanya semakin menggeleng-geleng tidak keruan. Kecari klitorisnya, memang agak sulit, setelah dapat kuhisap habis, dua jariku juga ikut menusuk liang vaginanya. Tidak terkira jumlah lendir yang keluar, tak lama kemudian, terasa pantatnya bergetar hebat.
“Ahh..hh Wann.. ahh aouhh..” dengan erangan keras, rupanya tanteku sudah mencapai orgasme. Tubuhnya langsung lunglai tapi tanpa melepas pengangannya dari saluran air.
“Aduh aku belum apa-apa” pikirku.
Langsung aku berdiri, kusiapkan senjataku yang sudah mengacung dengan keras. Dengan dua tanganku aku coba menyibakkan kedua belahan pantatnya sambil kudekatkan kontolku kevaginanya. Kudorongkan sedikit demi sedikit. Begitu sudah betul-betul tepat dimulut liang kenikmatannya, tanpa ba-bi-bu langsung kulesakkan dengan kasar.
“Ahh sakit Wan.. pelan.. auh” kepala tanteku langsung melonjak keatas, tanpa sengaja pegangannya di saluran air terlepas. Air menyembur dengan deras. Kepalang basah, begitu mungkin pikir tanteku karena selanjutnya dia hanya berpegangan dipinggiran cucian piring. Sudah tidak ada penolakan pikirku.
Kudiamkan sebentar kontolku yang sudah masuk hingga pangkalnya didalam vagina tanteku, ku nikmati benar-benar bagaimana ternyata vagina yang sudah mengeluarkan tiga orang manusia ini masih saja nikmat menggigit. Sensasi yang sangat luar biasa sekali. Pelan-pelan kutarik, kemudian kudorong lagi.
“Oohh.. Wan enak, terus sayang..yang cepat aouhh.. ahh.. terus sayang” pantatnya bergoyang melawan arah dari kocokanku.
“Nah gitu Wan, ouhh.. ya gitu teruuss..” Pinta tanteku.
Aku terus mengocokkan kontolku dengan cepat. Sebentar kemudian tubuhnya mulai bergetar hebat.
“Yang cepat Wan, Tante sudah mau keluar lagi.. ouhh.. terus” kepalanya semakin menggeleng-geleng tidak karuan.
“Cepatt.. cepatt truss.. ouchh.. Tante kelluaarr.. aghh” Orgasmenya telah sampai dibarengi dengan kepalanya yang melonjak naik, tangannya mencengkeram pinggiran cucian piring dengan erat.
“Cabut dulu Wan.. Tante linuu..” pinta tanteku, karena merasakan aku yang masih mengocoknya dari belakang.
“Akan wawan cabut, tapi janji nanti diteruskan ya Tante?” kataku.
“Iya, tapi sekarang dari depan aja yah” janji tanteku.
Tubuhnya kemudian berbalik. Wajahnya sudah awut-awutan dan basah kuyup. Kemudian dia duduk diatas cucian piring sambil menghadapku. Aku mendekat, langsung kucari bibirnya dan kemudian kami berpagutan lama. Sambil kami berciuman, satu tangannya membimbing kontolku kearah liang vaginanya. Tanpa disuruh dua kali kudorongkan pantatku dibarengi dengan masuknya juga kontolku.
“Ahh.. oohh..” erang tanteku, ciuman kami terlepas.
“Kocokkan yang cepatt wann..” pinta tanteku sambil pahanya semakin dilebarkan.
“Begini Tante..” Kataku sambil mengocokkan kontolku dengan cepat.
“Gila kamu Wann.. kuaatt sekalii kamuu..” sambil satu tangannya menarik satu tanganku, kemudian ditaruhnya di bagian atas vaginanya. Aku tahu mau maksudnya.
“Yahh yang ituu.. teruss Wann.. ohh enakk.. Wan teeruss..” rintih tanteku ketika sambil kontolku mengocok vaginanya tanganku juga memelintir klitorisnya.
“Ohh Wan, Tante hampir sampai..” tubuhnya mulai bergetar agak keras.
“Aku juga hampir sampai Tante.. ohh punya Tante eenakk..” aku mulai tidak bisa mengendalikan lagi, orgasmeku tinggal sebentar lagi.
“Dikeluarin dimana Tante?” tanyaku minta ijin.
“Udah nggak usah mikirin itu, ayoo teruss.. didalemm jugaa nggakk Papa”
“Ayoo..Tante udah diujung nihh wann..”
“Ouhh.. enakk.. cepatt Wann.. yangg cepatt” rintih tanteku.
“Goyang Tante, kita barengan ajaa.. oghh” orgasmeku sudah diujung.
Semakin kupercepat kocokanku, tanteku juga mengimbangi dengan menggoyang pantatnya. Sambil berpegangan pada belakang pantatnya, kukeluarkan air maniku.
“Aku keluarr tantee.. aughh..” sambil kubenamkan dalam-dalam.
“Tante juga Wann.. oughh akhh.. gilaa.. uenakknya..” erangnya sambil jemarinya mencengkeram bahuku.
Akhirnya kami berdua terkulai lemas. Kudiamkan dulu kontolku yang masih ada didalam vaginanya. Kulirik ada sedikit lelehan air mani yang keluar dari vaginanya. Seperti tersadar dari dosa, tanteku mendorong badanku.
“Kamu nakal Wan, berani sekali kamu berbuat ini” sungut tanteku.
“Tapi Tante juga menikmatinya kan?” belaku.
Tanpa berkata apa-apa, dia kemudian turun, meraih celana dalamnya kemudian berlalu ke kamar mandi. Aku berusaha mengejarnya tapi dia sudah lebih dulu masuk kamar mandi kemudian menguncinya.
“Tante air di tandon tadi sudah habis loh” candaku dari luar kamar mandi tapi tidak ada balasan dari dalam.
Peristiwa dengan tanteku ini berlangsung tidak hanya hari itu saja, hingga akhirnya dia pidah ke luar kota. sehingga aku pun kerap kali mengunjungi dengan sengaja tante ku ini. tanteku sudah mengerti apa mauku jika aku datang, dan itu tidak menjadikan kecurigaan dalam keluargaku. ini hanya dianggap sebagai keakraban ku saja dengan tante ku, sehingga aku aman bercinta dengan tante ku setiap saat. Demikianlah cerita seks bokep TELPON NYASAR BERUJUNG NGENTOT dan NIKMATNYA NGENTOT DENGAN TANTE KU SENDIRI oleh cerita sex hot