DEA MERASA KURANG DENGAN PAYUDARANYA dan PERAWAN PILIHAN PAMANKU

DEA MERASA KURANG DENGAN PAYUDARANYA dan PERAWAN PILIHAN PAMANKU

Cerita Bokep Hot – Cerita mesum ini adalah cerita sex yang berawal pada suatu hari telepon di kantorku berbunyi. Saat kuucapkan “halo”, terdengar suara merdu dari seberang sana. “Siang, bisa bicara dengan Pak Vito?” “Ya, saya sendiri, dengan siapa saya bicara?” “Oh, ini Pak Vito? Pak, ini Dea dari toko ” Aku hanya mengiyakan, aku tahu itu adalah sebuah toko handphone di mall ini.  Aku mengira dia pasti akan membicarakan masalah operasional, atau komplain tentang pengelolaan gedung ini. Ternyata dugaanku meleset. “Ada yang bisa saya bantu Bu Dea?” Aku biasa memanggil semua orang dengan sebutan Bu, baik masih muda ataupun sudah berumur, sekedar untuk formalitas. “Saya dengar-dengar cerita tentang Bapak, saya ingin bertemu dengan Bapak, kapan Bapak ada waktu?” “Saya selalu ada waktu Bu, silakan datang kapan saja Anda suka.”  10 menit kemudian, gadis muda berusia 22 tahun ini telah ada didepanku dan menceritakan segala keluhannya. Dia merasa tidak PD dan minder dengan penampilannya, padahal menurutku dia sudah dalam segala hal, dari wajahnya yang cantik, ukuran tubuhnya sangat proporsional, kulitnya yang kuning langsat tanpa noda, hanya saja dadanya kecil, tapi paling tidak nilai totalnya 8 (menurutku).

“Apa yang membuat Ibu berpikir demikian? Saya rasa Ibu sudah memiliki segalanya. Saya yang gemuk gini aja PD kok” Dia tersipu sambil berbisik, “Maaf Pak, tolong jangan panggil saya Ibu, saya masih single, panggil saya Dea.” Aku mengangguk.”Dan jangan panggil aku Pak, panggil aja Vito.” Dia mengangguk. “Dan.., kamu bisa menyimpan rahasia ngga Vito?” Aku memastikan hal itu kepadanya. Kemudian dia menceritakan, bahwa dia minder dengan dadanya yang berukuran hanya 34A.  Aku cukup kaget, karena sebelumnya aku tidak pernah menjumpai “pasien” yang mempunyai keluhan seperti ini. “Dea, jujur saja aku baru pertama kali menghadapi keluhan seperti ini. Kamu pasti tahu kan, kalau selama ini aku hanya menangani pasien pasien dengan keluhan yang ‘lumrah’, Aku ngga tau bisa berhasil atau tidak. Lagipula aku punya istri, gimana aku harus menjelaskan ke istriku?” Dea mengangguk dan tersenyum, “Aku tidak akan menceritakannya kepada siapapun, aku juga malu kalau sampai orang tahu. Dan aku harap kamu mau mencobanya dulu, kita ngga tau hasilnya kalau belum mencoba dulu kan?” Aku berpikir keras sebelum aku menyanggupinya. Dea tersenyum dan memberikan kartunamanya kepadaku. “Aku tunggu kamu di rumahku malam ini jam delapan.” Jam delapan lewat lima menit aku sudah berada di rumah Dea. Rumahnya tidak begitu besar tapi terasa nyaman dan sejuk.

“Kamu tinggal sendiri di sini?” tanyaku. “Ngga, sama temen-temen, tapi pada punya acara sendiri-sendiri ama pacarnya. Makanya aku nyuruh kamu datangnya hari ini, biar dirumah ngga ada orang. Yuk cepetan, nanti keburu temen-temen pulang” Aku mengangguk dan mengikuti Dea yang melangkah ke kamarnya.  Kamarnya didominasi warna pink muda, dingin hembusan angin dari AC terasa di kulitku, membuatku merinding. Dengan malu-malu Dea membuka kaos dan branya, dan aku menyuruhnya tidur terlentang. Sejenak aku agak grogi karena baru pertama kali melihat tubuh wanita selain istiku setengah telanjang, tapi bagaimanapun aku harus melaksanakan kewajibanku. Aku mulai terapi dengan memijit titik-titik darah yang berada di pundak dan dada atasnya. Setelah kurasa darahnya telah mengalir lancar, aku mulai memijit payudaranya dengan pijitan yang lembut.  Payudaranya kecil tetapi terasa kencang. Dea memejamkan matanya dan sesekali mengeluarkan lenguhan dan erangan saat tanganku menyentuh putingnya yang berwarna coklat muda itu. Tak kusadari, adikku mulai berdiri. Bagaimanapun juga, aku sebagai manusia normal tetap bisa terangsang, apalagi berada dalam satu ruangan dengan wanita muda yang cantik setengah telanjang dan aku sedang memijit payudaranya. “Vito.., jangan disitu terus dong mijitnya, geli..” Aku terkejut, tanpa kusadari pijitanku lebih sering berada di daerah sekitar putingnya. “Ha? ehm.. iya.. maaf.”

DEA MERASA KURANG DENGAN PAYUDARANYA dan PERAWAN PILIHAN PAMANKU

Dea mungkin melihat wajahku yang memerah, dia tertawa dan berkata, “hi..hi..hi.., kenapa? Kamu terangsang ya..? Ngga pa pa deh, aku juga suka kok.. Cuma agak geli aja..” kata-katanya membuatku semakin gugup. “eh.. kayaknya hari ini cukup dulu deh Lin, mungkin besok bisa diterusin..” jawabku. Dea semakin ngakak, “Vito.. kamu kok lugu banget sih? Nggak pa pa.. terusin aja.. Kenapa? takut ketahuan istri kamu ya?”  Dea merengkuhku dalam pelukannya dan mencium bibirku dengan lembut. Aku terhenyak, tapi dia kembali menarikku dan memagut bibirku dengan penuh nafsu. Dalam kebingunganku dia berbisik, “Vito.., sudah lama aku menantikan hal ini.., begitu lama aku memendamnya.., aku sayang kamu Vito.. Bercintalah denganku Vito..” Aku cuma bisa duduk diam kayak orang bego. “Aku pikir kamu salah orang Lin.. Kalau kamu pikir aku bisa membuat kamu bahagia, kamu bener-bener salah.. Aku gemuk, eemm.. barangku kecil.. terus.. ekonomiku pas-pasan, dan yang terutama, aku sudah punya istri dan anak.. Kamu becanda.. Kamu pasti becanda kan?” tanyaku tak percaya. Dea tersenyum manis dan berkata, “Vit, biar kujelaskan dulu.., dari dulu aku memang suka dengan pria yang bertubuh gemuk. Aku ngga peduli barangmu kecil atau apa.. kamu lihat juga dong, susuku kan kecil juga. Aku rela jadi istrimu yang kedua, dan lagian aku kan kerja juga, jadi kamu ngga usah bingung masalah perekonomian..” Jelasnya panjang lebar.

Baca Juga Cerita Bokep Hot : TERGODA SUSU dan SABTU MEMUASKAN

Dea menatap mataku dalam-dalam, seakan ingin menunjukkan ketulusan hatinya. Kupeluk dia erat-erat, Dea menciumi seluruh wajahku, dan kubalas ciumannya dengan tak kalah bernafsu.  Dea membuka satu persatu kancing kemejaku lalu tangannya membelai dada dan perutku dengan lembut. Kurasakan bulu ?bulu halus di sekujur tubuhku berdiri. Sentuhan tangannya begitu lembut. Dea tidak berhenti, dia memelorotkan celana panjang dan celana dalamku, lalu dengan sigap dia memegang adikku yang sudah berdiri tegak. Barangku memang tidak panjang, bahkan bisa dikatakan ukuran mini. Dea mulai mengelus-elus adikku dan mengocoknya dengan lembut. Jari-jarinya yang lentik terasa dingin saat menyentuh batang kemaluanku. Aku tak mau kalah, kulepaskan celana pendek yang dia kenakan, dan terlihat dia memakai CD semi transparant sehingga terbayang rerimbunan bulu-bulu yang tidak begitu lebat. Kuelus bukit kemaluannya dari luar CD yang ia kenakan, Dea melenguh, “oouuhh.. Vito.., aku milikmu..” Aku hisap puting susunya yang telah mengeras, lalu aku mainkan dengan lidahku, kupuntir-puntir dengan bibirku sementara tangan kiriku meremas-remas payudaranya yang satu lagi, dan tangan kananku menyelusup masuk di balik CDnya dan membelai bukit kemaluannya. Perlahan kubuka belahan vaginanya, terasa sekali vaginanya telah basah oleh cairan yang keluar terus menerus dari vaginanya.  Kumainkan kelentitnya dengan jari tengahku, Dea mengerang dengan sangat keras, merasakan kenikmatan yang dia terima saat ini. “aauuhh..aahh.. oohh teruuss Viit, teruuss.. Aaahh..” Aku terus memainkan kelentitnya sambil terus menyusu padanya, sementara tangannya masih terus mengocok-ngocok kemaluanku dengan lembut, dan sesekali pegangannya agak mengencang, apabila dia merasakan kenikmatan.

Aku tak sabar lagi, jari tengahku aku masukkan sedikit demi sedikit ke dalam lubang vaginanya, spontan dia berteriak dan menarik tubuhnya, “jangan..”  Aku memandangnya dengan perasaan heran, kemudian dia berbisik di telingaku, “I’m still virgin.., aku ngga mau perawanku hilang oleh jari, aku ingin dengan ini,” katanya sambil mengelus kemaluanku.” Lagi-lagi aku terkejut. Aku tidak menyangka masih ada gadis sekarang yang bisa menjaga keperawanannya sampai usia yang cukup matang. Dan lagi-lagi kebimbangan hadir dalam pikiranku, masa aku harus memerawaninya? “Lin, kamu masih perawan?” tanyaku tak percaya. Dia mengangguk. “Aku ingin memberikan mahkotaku ini kepada orang yang ku cintai. Aku sudah bilang, aku rela menjadi istri kedua. Toh nanti pada akhirnya aku akan memberikannya padamu juga, jadi untuk apa kita tunggu lama-lama?” Dea mengatakan hal ini dengan mantap.  Sejenak kemudian dia merebahkan dirinya diatas kasur sambil mengangkangkan kakinya lebar-lebar. “Aku siap untuk menerimamu sayang..” Setelah ia mengatakan ini, aku langsung berlutut di depannya dan kupeluk dia erat-erat. Dia menciumi wajahku dan aku memulai mneggesek-gesekkan batang kemaluanku di lipatan vaginanya. Terasa sekali banyaknya cairan yang keluar dari liang kewanitaannya.

Perlahan-lahan kutusukkan penisku ke vaginanya, Dea memejamkan mata sambil menggigit bibir bawahnya. Sedikit-sedikit kudorong penisku, dan kurasakan ada yang sedikit mengganjal, lalu kudorong sekuat tenaga, bleess.. “hheegghh..aauuhh..” Dea menjerit tertahan, dan terasa ada cairan hangat yang membasahi penisku, mengalir keluar ke pangkal pahaku. Lalu aku perlahan mulai menggoyangkan pantatku maju mundur dan terasa jepitan vagina Dea di penisku. Dea mulai merasakan nikmat, terlihat dari nafasnya yang memburu dan desahan-desahannya yang membuat suasana bertambah merangsang. “mmhh..mmhh..aauuhh..oohh.. Vitoo.. teruuss.. auuhh.. Aduh.. Pelan dikit Vito.. ” “Dea.. oohh.. enak banget sayang.. oouuh.. goyangin pantatnya Lin..” “Ooouuhh.. aku ngga tahan Vito.. enak banget.. terus.. aahh.. uuhh.. aku.. aku.. ngga tahan lagi.. aahh..Vito..” “Jangan ditahan Lin..,

keluarin aja.. ” “Vitoo.. Auuhh.. aku sayang kamu Vitoo..” seerr..seerr..serr.. terasa hangat di penisku saat Dea mengalami orgasme. Aku tetap menggoyangkan pantatku maju mundur semakin cepat sehingga mengeluarkan bunyi-bunyian akibat gesekan penisku dengan vagina Dea. Creep..creep..creek..clopp.. creek.. Dea terkulai lamas merasakan kenikmatan yang baru saja dia dapatkan, aku pun merasa akan mencapai klimaks, “Lin, aku.. mau.. keluaarr..” “iyaa.. Keluarin aja.. di daleem..” beberapa detik kemudian, aku memuncratkan seluruh energiku di dalam vaginanya creett..creett.. cruutt.. creett.. Beberapa kali spermaku menyemprot di dalam vagina Dea.  Aku merebahkan diri di samping Dea, dan selintas kulihat spermaku bercampur darah perawan Dea mengalir keluar dari vagina Dea. Kulihat wajah Dea begitu damai dengan nafas yang masih agak memburu. Beberapa saat kemudian Dea membuka matanya dan tersenyum kepadaku, sambil memelukku ia berkata, “Vito, jangan tinggalkan aku yah.. Aku sayang banget sama kamu..” Aku hanya mengangguk pelan, walau di hatiku masih terdapat kebimbangan. Sampai aku menulis cerita ini hubunganku dengan Dea masih tetap berjalan tanpa ada orang yang mengetahuinya.  Istriku sempat curiga denganku, tetapi setelah kujelaskan bahwa Dea adalah rekan kerja, dia percaya dan tidak pernah lagi menanyakan hal ini lagi. Untuk para netters yang ingin berbagi pengalaman dengan saya, silakan kirim imel. Begitu juga bagi para netters yang ingin berkonsultasi mengenai pengobatan alternatif, juga dapat menghubungi saya via imel atau telepon langsung. Terima kasih.

PERAWAN PILIHAN PAMANKU

Perkenalkan nama pamanku adalah Tiyo, dia adalah seorang pengusaha sukses. Namun dibalik kesuksesannya dia bkamum mendapatkan seorang jodoh untuk menemani hidupnya. Sungguh malang sekali nasib pamanku ini, usianya sekarang sudah menginjak kepala empat, namun dia bkamum saja menikah, aku sempat berpikirn untuk mencarikannya seorang istri namun kenalanku kebanyakan masih berusia muda dan aku langsung berpikiran pasti kenalanku banyak gak maunya karena perbedaan umur yang terlalu jauh.  Semua itu aku ketahui beberapa bulan yang lalu dari ayahku yang bercerita banya soal kehidupan pamanku Tiyo. Kemudian ayahku menyuruhku untuk main kerumahnya sekedar untuk maen untuk menjaga keakrapan keluarga kita karena sudah lumayan lama kkamuargaku tidak berkunjung kerumahnya. Aku pun bersedia dan aku langsung bergegas untuk pergi kerumah pamanku. Sesampainya dirumah pamanku aku disambut pamanku dengan gembira, karena hubunganku dengan pamanku juga lumayan dekat. Kemudian aku disuruhnya masu rumah, aku lihat suasana rumah sangat rapi sekali dan sangat tertata, aku pun kemudian tanya kepada pamanku aka nada acra apa dirumahnya.

Baca Juga Cerita Mesum Hot : TANTE LIA DAN DIRIKU dan SKANDALKU DENGAN BOS DI KANTOR

Pamanku pun menjelaskan kalau aka nada tamu yang special datang kerumah jadi paman mempersiapkan semuanya secara matang. Aku pun langsung berpikiran kalau tamu istimewa pamanku ini adalah seorang wanita. Tak lama kemudian datanglah seorang gadis muda, umurnya sekitar 27 tahunan, dengan pakaian yang rapi namun sangat seksi sekali. Bentuk tubuhnya terlihat melekuk sangat indah sekali. Payudaranya juga lumayan besar sekitar 34B ditambah dengan pantatnya yang bulat menghiasi rok yang membalutnya. Sungguh aku langsung terpesona melihat kecantikan dan keseksian gadis itu. aku terus memandangi gadis itu sebkamum aku tau namanya, dan ternyata gadis itu juga memandangiku. Hingga akhirnya pamanku mengenalkannya kepadaku, kamipun berjabat tangan dan dia mengenalkan dirinya dengan nama Nadine. Sungguh sangat cocok sekali nama dengan perawakannya. Sambil makan Nadine terus memandangiku, aku takut kalau sampai pamanku tau aku merasa gak enak dengannya. Tapi tidak demikian halnya dengan Nadine. Diaa lebih sering memandangku, terutama ketika aku berbicara, tatapannya dalam sekali, seolah-olah dapat menembus pikiranku. Aku mulai berpikir jangan-jangan Nadine lebih menyukaiku. Tapi aku tidak dapat berharap banyak, soalnya bukan aku yang hendak dijodohkan.

Tapi aku tetap saja memandangnya ketika ia sedang berbicara, kupandangi dari ujung rambut ke kaki, rambutnya panjang seperti gadis di iklan sampo, kulitnya putih bersih, kakinya juga putih mulus, tapi sepertinya dadanya agak rata, tapi aku tidak terlalu memikirkannya. Tidak terasa hari sudah mulai malam. Kemudian sebkamum mereka pulang, pamanku mentraktir mereka makan di sebuah restoran chinese food di dekat rumahnya di daerah Sunter. Ketika sampai di restorant tersebut, aku langsung pergi ke WC dulu karena aku sudah kebelet. Sebelum aku menutup pintu, tiba-tiba ada tangan yang menahan pintu tersebut. Ternyata adalah Nadine.  “Eh, ada apa Nad?” “Enggak, aku pengen kasih kartu nama aku, besok jangan lupa telpon aku, ada yang mau aku omongin, oke?” “Kenapa enggak sekarang aja?” “Jangan, ada paman kamu, pokoknya besok jangan lupa.”  Setelah acara makan malam itu, aku pun pulang ke rumah dengan seribu satu pertanyaan di otakku, apa yang mau diomongin sama Nadine sih. Tapi aku tidak mau pikir panjang lagi, lagipula nanti aku bisa-bisa susah tidur, soalnya kan besok harus masuk kerja. Besoknya saat istirahat makan siang, aku meneleponnya dan bertanya langsung padanya. “Eh, apa sih yang mau kamu omongin, aku penasaran banget?” “Eee, penasaran ya, Ren?” “Iya lah, ayo dong buruan!” “Eh, slow aja lagi, napsu amet sih kamu.” “Baru tahu yah, napsu aku emang tinggi.” “Napsu yang mana nih?” Nadine sepertinya memancingku.

“Napsu makan dong, aku kan bkamum sempat makan siang!” Aku sempat emosi juga rasanya, sepertinya ia tidak tahu aku ini orang yang sangat menghargai waktu, terutama jam makan siang, soalnya aku sambil makan dapat sekaligus main internet di tempat kerjaku, karena saat itu pasti bosku pergi makan kkamuar, jadi aku bebas surfing di internet, gratis lagi. “Yah udah, aku cuma mau bilang bisa enggak kamu ke apartment aku sore ini abis pulang kerja, soalnya aku pengen ngobrol banyak sama kamu.” Aku tidak habis pikir, nih orang kenapa tidak bilang kemarin saja. Lalu kataku, “Kenapa enggak kemarin aja bilangnya?” “Karena aku mau kasih surprise buat kamu.” katanya manja. “Ala, gitu aja pake surprise segala, yah udah entar aku ke tempat kamu, kira-kira jam 6, alamat kamu di mana?” Lalu Nadine bilang, “Nih catet yah, apartment XX, lantai 5 , pintu no. 57, jangan lupa yah!””Oke deh, tunggu aja nanti, bye!” “Bye-bye Ren.”  Setelah telepon terputus, lalu aku mulai membayangkan apa yang akan dibicarakan, lalu pikiran nakalku mulai bekerja. Apa bisa aku menyentuhnya nanti, tetapi langsung aku berpikir tentang pamanku, bagaimana kalau nanti ketahuan, pasti tidak enak dengan pamanku. Lalu aku pun mulai tenggelam dalam kesibukan pekerjaanku. Tidak lama pun waktu sudah menunjukkan jam 5 sore, sudah waktunya nih, pikirku. Lalu aku pun mulai mengendarai motorku ke tempatnya. Lumayan dekat dari tempat kerjaku di Roxymas. Sesampainya di sana, aku pun langsung menaiki lift ke lantai yang diberitahukan. Begitu sampai di lantai tersebut, aku pun langsung melihatnya sedang membuka pintu ruanganya. Langsung saja kutepuk pundaknya, “Hai, baru sampe yah, Nad..” Nadine tersentak kaget, “Wah aku kira siapa, pake tepuk segala.”

“Kamu khan kasih surprise buat aku, jadi aku juga mesti kasih surprise juga buat kamu.” Lalu ia mencubit lenganku, “Nakal kamu yah, awas nanti!” Kujawab saja,“Siapa takut, emang aku pikirin!” “Ayo masuk Ren, santai aja, anggap aja rumah sendiri.” katanya setelah pintunya terbuka. Ketika aku masuk, aku langsung terpana dengan apa yang ada di dalamnya, kulihat temboknya berbeda dengan tembok rumah orang-orang pada umumnya, temboknya dilukis dengan gambar- gambar pemandangan di luar negeri. Dia sepertinya orang yang berjiwa seniman, pikirku. Tapi hebat juga kalau cuma kerja sebagai sekretaris mampu menyewa apartment. Jangan-jangan ini cewek simpanan, pikirku.  Sambil aku berkeliling, Nadine berkata, “Mau minum apa Ren?” “Apa saja lah, asal bukan racun.” kataku bercanda. “Oh, kalau gitu nanti saya campurin obat tidur deh.” kata Nadine sambil tertawa. Sementara ia sedang membuat minuman, mataku secara tidak sengaja tertuju pada rak DVD nya, ketika kulihat satu persatu, ternyata lebih banyak film yang berbau porno. Aku tidak sadar ketika ia sudah kembali, tahu-tahu ia nyeletuk, “Ren, kalo kamu mau nonton, setel aja langsung..!”  Aku tersentak ketika ia ngomong seperti itu, lalu kubilang, “Apa aku enggak salah denger nih..?” Lalu katanya, “Kalo kamu merasa salah denger, yah aku setelin aja sekarang deh..!” Lalu ia pun mengambil sembarang film kemudian disetelnya. Wah, gila juga nih cewek, pikirku, apa ia tidak tahu kalau aku ini laki-laki, baru kenal sehari saja, sudah seberani ini.  “Duduk sini Ren, jangan bengong aja, khan udah aku bilang anggap aja rumah sendiri..!” kata Nadine sambil menepuk sofa menyuruhku duduk.

Baca Juga Cerita Mesum Hot : SELINGKUH DENGAN MBAK MAYA

Kemudian aku pun duduk dan nonton di sampingnya, agak lama kami terdiam menyaksikan film panas itu, sampai akhirnya aku pun buka mulut, “Eh Nad, tadi di telpon kamu bilang mau ngomong sesuatu, apa sih yang mau kamu ngomongin..?” Nadine tidak langsung ngomong, tapi ia kemudian menggenggam jemariku, aku tidak menyangka akan tindakannya itu, tapi aku pun tidak berusaha untuk melepaskannya.  Agak lama kemudian baru ia ngomong, pelan sekali, “Kamu tau Ren, sejak kemarin bertemu, kayaknya aku merasa pengen menatap kamu terus, ngobrol terus. Ren, aku suka sama kamu.” “Tapi khan kemarin kamu dikenalkan ke Paman aku, apa kamu enggak merasa kalo kamu itu dijodohin ke Paman aku, apa kamu enggak lihat reaksi Paman aku ke kamu..?” “Iya, tapi aku enggak mau dijodohin sama Paman kamu, soalnya umurnya aja beda jauh, aku pikir-pikir, kenapa hari itu bukannya kamu aja yang dijodohin ke aku..?” kata Nadine sambil mendesah.  Aku pun menjawab, “Aku sebenarnya juga suka sama kamu, tapi aku enggak enak sama Paman aku, entar dikiranya aku kurang ajar sama yang lebih tua.” Nadine diam saja, demikian juga aku, sementara itu film semakin bertambah panas, tapi Nadine tidak melepaskan genggamannya. Lalu secara tidak sadar otak pornoku mulai bekerja, soalnya kupikir sekarang kan tidak ada orang lain ini. Lalu mulai kuusap-usap tangannya, lalu ia menoleh padaku, kutatap matanya dalam-dalam, sambil berkata dengan pelan, “Nadine, aku cinta kamu.”  Ia tidak menjawab, tapi memejamkan matanya. Kupikir ini saatnya, lalu pelan-pelan kukecup bibirnya sambil lidahku menerobos bertemu lidahnya. Nadine pun lalu membalasnya sambil memkamukku erat-erat. Tanganku tidak tinggal diam berusaha untuk meraba-raba buah dadanya, ternyata agak besar juga, walaupun tidak sebesar punyanya bintang film porno.

Nadine menggeliat seperti cacing kepanasan, mendesah-desah menikmati rangsangan yang diterima pada buah dadanya.  Kemudian aku berusaha membuka satu persatu kancing bajunya, lalu kuremas-remas payudara yang masih terbungkus BRA itu.  “Aaahh, buka aja BH-nya Ren, cepat.., oohh..!”  Kucari-cari pengaitnya di belakang, lalu kubuka. Wah, ternyata lumayan juga, masih padat dan kencang, walaupun tidak begitu besar. Langsung kusedot-sedot putingnya seperti anak bayi kehausan.  “Esshh.. ouwww.. aduhh.. Ren.. nikmat sekali lidahmu.., teruss..!”  Setelah bosan dengan payudaranya, lalu kubuka seluruh pakaiannya sampai bugil total. Ia juga tidak mau kalah, lalu melepaskan semua yang kukenakan. Untuk sesaat kami saling berpandangan mengagumi keindahan masing-masing. Lalu ia menarik tanganku menuju ke kamarnya, tapi aku melepaskan pegangannya lalu menggendongnya dengan kedua tanganku.  “Aouww Ren, kamu romantis sekali..!” katanya sambil kedua tangannya menggelNadinet manja melingkari leherku.  Kemudian kuletakkan Nadine pelan-pelan di atas ranjangnya, lalu aku menindih tubuhnya dari atas, untuk sesaat mulut kami saling pagut memagut dengan mesranya sambil berpelukan erat. Lalu mulutku mulai turun ke buah dadanya, kujilat-jilat dengan lembut, Nadine mendesah- desah nikmat. Tidak lama aku bermain di dadanya, mulutku pelan-pelan mulai menjilati turun ke perutnya, Nadine menggeliat kegelian. “Aduh Ren, kamu ngerjain aku yah, awas kamu nanti..!” “Tapi kamu suka khan? Geli-geli nikmat..!” “Udah ah, jilati aja memek aku Ren..!” “Oke boss.., siap laksanakan perintah..!”  Langsung saja kubuka paha lebar-lebar, tanpa menunggu lagi langsung saja kujilat-jilat klitorisnya yang sebesar kacang kedele. Nadine menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan liar seakan-akan tidak mau kalah dengan permainan lidahku ini.  “Oohh esshh aaouuw uuhh teeruss.., lebih dalemm, oohh.. nikmat sekali..!” Agak lama juga aku bermain di klitorisnya sampai-sampai terlihat banjir di sekitar vaginanya.

“Ren, masukkin aja titit kamu ke lobang aku, aku udah enggak tahan lagi..!” Dengan segera kuposisikan diriku untuk menembus kemaluannya, tapi ketika kutekan ujung penisku, ternyata tidak mau masuk. Aku baru tahu ternyata dia masih perawan. “Nadine, apa kamu tidak menyesal perawan kamu aku tembus..?” “Ren, aku rela kalau kamu yang ngambil perawan aku, bagi aku di dunia ini cuma ada kita berdua aja.”  Tanpa ragu-ragu lagi langsung kutusuk penisku dengan kuat, rasanya seperti ada sesuatu yang robek, mungkin itu perawannya, pikirku.  “Aduh sakit Ren, tahan dulu..!” katanya menahan sakit.  Aku pun diam sejenak, lalu kucium mulutnya untuk meredakan rasa sakitnya. Beberapa menit kemudian ia terangsang lagi, lalu tanpa buang waktu lagi kutekan pantatku sehingga batang kemaluanku masuk semuanya ke dalam lubangnya.  “Pelan-pelan Ren, masih sakit nih..!” katanya meringis.  Kugoyangkan pinggulku pelan-pelan, lama kelamaan kulihat dia mulai terangsang lagi. Lalu gerakanku mulai kupercepat sambil menyedot-nyedot puting susunya. Kulihat Nadine sangat menikmati sekali permainan ini.  Tidak lama kemudian ia mengejang, “Ren, aa.. akuu.. mau keluuarr.., teruss.. terus.., aahh..!” Aku pun mulai merasakan hal yang sama, “Nad, aku juga mau kkamuar, di dalam atau di luar..?” “Keluarin di dalem aja Sayang.. ohh.. aahh..!” katanya sambil kedua pahanya mulai dijepitkan pada pinggangku dan terus menggoyangkan pantatnya. Tiba-tiba dia menjerit histeris, “Oohh.. sshh.. sshh.. sshh..” Ternyata dia sudah keluar, aku terus menggenjot pantatku semakin cepat dan keras hingga menyentuh ke dasar liang senggamanya.

“Sshh.. aahh..” dan, “Aagghh.. crett.. crett.. creet..!”  Kutekan pantatku hingga batang kejantananku menempel ke dasar liang kenikmatannya, dan keluarlah spermaku ke dalam liang surganya.  Saat terakhir air maniku keluar, aku pun merasa lemas. Walaupun dalam keadaan lemas, tidak kucabut batang kemaluanku dari liangnya, melainkan menaikkan lagi kedua pahanya hingga dengan jelas aku dapat melihat bagaimana rudalku masuk ke dalam sarangnya yang dikelilingi oleh bulu kemaluannya yang menggoda. Kubelai bulu-bulu itu sambil sesekali menyentuh klitorisnya. “Sshh.. aahh..!” hanya desisan saja yang menjadi jawaban atas perlakuanku itu.  Setelah itu kami berdua sama-sama lemas. Kami saling berpkamukan selama kira-kira satu jam sambil meraba-raba. Lalu ia berkata kepadaku, “Ren, mudah-mudahan kita bisa bersatu seperti ini Ren, aku sangat sayang pada kamu.” Aku diam sejenak, lalu kubilang begini, “Aku juga sayang kamu, tapi kamu mesti janji tidak boleh meladeni paman aku kalo dia nyari-nyari kamu.” “Oke boss, siap laksanakan perintah..!” katanya sambil memeluku lebih erat.  Sejak saat itu, kami menjadi sangat lengket, tiap malam minggu selalu kami bertingkah seperti suami istri. Tidak hanya di apartmentnya, kadang aku datang ke tempat kerjanya dan melakukannya bersama di WC, tentu saja setelah semua orang sudah pulang. Kadang ia juga ke tempat kerjaku untuk minta jatahnya. Katanya pamanku sudah tidak pernah mencarinya lagi, soalnya tiap kali Nadine ditelpon, yang menjawabnya adalah mesin penjawabnya, lalu tak pernah dibalas Nadine, mungkin akhirnya pamanku jadi bosan sendiri. Aku dan ia sering jalan-jalan ke Mall, untungnya tidak pernah bertemu dengan pamanku itu. Sampai saat ini aku masih jalan bersama, tapi ketika kutanya sampai kapan mau begini, ia tidak menjawabnya. Aku ingin sekali menikahinya, tapi sepertinya ia bukan tipe cewek yang ingin punya keluarga. Tapi lama-lama kupikir, tidak apalah, yang penting aku dapat enaknya juga.  Demikianlah cerita mesum terpanas DEA MERASA KURANG DENGAN PAYUDARANYA dan PERAWAN PILIHAN PAMANKU oleh cerita sex hot