Keperawanan Atasan ku yang semlohe dan Perempuan simpanan ku yang bohai

Keperawanan Atasan ku yang semlohe dan Perempuan simpanan ku yang bohai

Cerita Bokep Seks – Cerita Mesum ini adalah cerita seks dewasa yang ku alami.. Bu Tiara dia adalah atasanku yg masih baru, dia menjabat sebagai acounting manager baru 3 minggu, biasanya aku sering dipanggil ke ruangannya untuk menjelaskan budget yg terjadi pada bulan kemarin. Umurnya kutaksir sekitar 27 tahunan. Sebagai atasan, sebelumnya kupanggil “Bu”, walau umurku sendiri 5 tahun di atasnya. Tapi atas permintaanya sendiri, seminggu yg lalu, ia mengatakan lebih suka jika di panggil “Mbak”. Sejak waktu itu mulai terbina suasana serta hubungan kerja yg hangat, tak terlalu formal. Terutama sebab sikapnya yg ramah. Ia sering langsung menyebut namaku, sesekali jika sesertag bersama teman kerja lainnya, ia menyebut “Pak”. Serta tanpa kusadari pula, diam-diam aku merasa betah serta nyaman jika memansertag wajahnya yg cantik serta lembut menawan. Ia memang menawan sebab sepasang bola matanya sewaktu-waktu bisa bernar-binar, atau menatap dgn tajam. Tapi di balik itu semua, ternyata ia suka mendikte. Mungkin telah menduduki jabatan yg cukup tinggi dalem umur yg relatif muda, kepercayaan dirinya pun cukup tinggi untuk menyuruh seseorang melaksanakan apa yg diinginkannya. Bu Tiara selalu berpakaian formal. Ia selalu mengenakan blouse serta rok hitam yg agak menggantung sedikit di atas lutut.  Jika sesertag berada di ruang kerjanya, diam-diam aku pun sering memansertag lekukan pinggulnya ketika ia bangkit mengambil file dari rak folder di belakangnya. Walau bagian bawah roknya lebar, tetapi aku bisa melihat pinggul yg samar-samar tercetak dari baliknya. Sangat menarik, tak besar tetapi jelas bentuknya membongkah,

memaksa mata lelaki menerawang untuk mereka-reka keindahannya. Di dalem ruang kerjanya yg besar, persis di samping meja kerjanya, terbisa seperangkat sofa yg sering dipergunakannya menerima tamu-tamu perusahaan. Sebagai Accounting Manager, tentu selalu ada pembicaraan-pembicaraan ‘privacy’ yg lebih nyaman dilakukan di ruang kerjanya daripada di ruang rapat. Aku merasa beruntung jika dipanggil Bu Tiara untuk membahas cash flow keuangan di kursi sofa itu. Aku selalu duduk persis di depannya. Serta jika kami terlibat dalem pembicaraan yg cukup serius, ia tak menyadari roknya yg agak tersingkap. Di situlah keberuntunganku. Aku bisa melirik sebagian kulit paha yg berwarna gading. Kasertag-kasertag lututnya agak sedikit terbuka sehingga aku berusaha untuk mengintip ujung pahanya.  Tapi mataku selalu terbentur dalem kegelapan. Andai saja roknya tersingkap lebih tinggi serta kedua lututnya lebih terbuka, tentu akan bisa kupastikan apakah rambut-rambut halus yg tumbuh di lengannya juga tumbuh di sepanjang paha hingga ke pangkalnya. Jika kedua lututnya rapat kembali, lirikanku berpindah ke betisnya. Betis yg indah serta bersih. Terawat. Ketika aku terlena menatap kakinya, tiba-tiba aku dikejutkan oleh pertanyaan Bu Tiara..  “Thomas, aku merasa bahwa kamu sering melirik ke arah betisku. Apakah dugaanku salah?” Aku terdiam sejenak sambil tersenyum untuk menyembunyikan jantungku yg tiba-tiba berdebar. “Thomas, salahkah dugaanku?” “Hmm.., ya, benar Mbak,” jawabku mengaku, jujur. Bu Tiara tersenyum sambil menatap mataku. “Mengapa?” Aku membisu. Terasa sangat berat menjawab pertanyaan sederhana itu. Tapi ketika menengadah menatap wajahnya, kulihat bola matanya berbinar-binar menunggu jawabanku. “Aku suka kaki Mbak. Suka betis Mbak. Indah. Serta..,” setelah menarik nafas panjang, kukatakan alasan sebenarnya. “Aku juga sering menduga-duga, apakah kaki Mbak juga ditumbuhi rambut-rambut.” “Persis seperti yg kuduga, kamu pasti berkata jujur, apa adanya,” kata Mbak Tiara sambil sedikit mendorong kursi rodanya.

“Agar kamu tak penasaran menduga-duga, bagaimana kalo kuberi kesempatan memeriksanya sendiri?” “Sebuah kehormatan besar untukku,” jawabku sambil membungkukan kepala, sengaja sedikit bercanda untuk mencairkan pembicaraan yg kaku itu. “Kompensasinya apa?” “Sebagai rasa hormat serta tanda terima kasih, akan kuberikan sebuah ciuman.” “Bagus, aku suka. Bagian mana yg akan kamu cium?” “Betis yg indah itu!” “Hanya sebuah ciuman?” “Seribu kali pun aku bersedia.” Mbak Tiara tersenyum manis ditahan. Ia berusaha manahan tawanya. “Serta aku yg menentukan di bagian mana saja yg harus kamu cium, OK?” “Deal, my lady!” “I like it!” kata Bu Tiara sambil bangkit dari sofa.  Ia melangkah ke mejanya lalu menarik kursinya hingga ke luar dari kolong mejanya yg besar. Setelah menghempaskan pinggulnya di atas kursi kursi kerjanya yg besar serta empuk itu, Bu Tiara tersenyum. Matanya berbinar-binar seolah menaburkan sejuta pesona birahi. Pesona yg membutuhkan sanjungan serta pujaan. “Periksalah, Thomas. Berlutut di depanku!” Aku membisu. Terpana mendengar perintahnya. “Kamu tak ingin memeriksanya, Thomas?” tanya Bu Tiara sambil sedikit merenggangkan kedua lututnya. Sejenak, aku berusaha meredakan debar-debar jantungku. Aku belum pernah diperintah seperti itu. Apalagi diperintah untuk berlutut oleh seorang wanita. Bibir Bu Tiara masih tetap tersenyum ketika ia lebih merenggangkan kedua lututnya.  “Thomas, kamu tahu warna apa yg tersembunyi di pangkal pahaku?” Aku menggeleng lemah, seolah ada kekuatan yg tiba-tiba merampas sendi-sendi di sekujur tubuhku. Tatapanku terpaku ke dalem keremangan di antara celah lutut Bu Tiara yg meregang. Akhirnya aku bangkit menghampirinya, serta berlutut di depannya. Sebelah lututku menyentuh karpet. Wajahku menengadah. Mbak Tiara masih tersenyum.

Baca JUga Cerita Dewasa Terkini : Abg nakal jadi jablay

Telapak tangannya mengusap pipiku beberapa kali, lalu berpindah ke rambutku, serta sedikit menekan kepalaku agar menunduk ke arah kakinya. “Ingin tahu warnanya?” Aku mengangguk tak berdaya. “Kunci dulu pintu itu,” katanya sambil menunjuk pintu ruang kerjanya. Serta dgn patuh aku melaksanakan perintahnya, kemudian berlutut kembali di depannya. Bu Tiara menopangkan kaki kanannya di atas kaki kirinya. Gerakannya lambat seperti bermalas-malasan. Pada waktu itulah aku menbisa kesempatan memansertag hingga ke pangkal pahanya.  Kali ini tatapanku terbentur pada secarik kain tipis berwarna putih. Pasti ia memakai G-String, kataku dalem hati. Sebelum paha kanannya benar-benar tertopang di atas paha kirinya, aku masih sempat melihat rambut-rambut ikal yg menyembul dari sisi-sisi celana dalemnya. Segitiga tipis yg hanya selebar kira-kira dua jari itu terlalu kecil untuk menyembunyikan semua rambut yg mengitari pangkal pahanya. Bahkan sempat kulirik baygan lipatan bibir di balik segitiga tipis itu. “Suka?” Aku mengangguk sambil mengangkat kaki kiri Bu Tiara ke atas lututku. Ujung hak sepatunya terasa agak menusuk. Kulepaskan klip tali sepatunya. Lalu aku menengadah. Sambil melepaskan sepatu itu. Mbak Tiara mengangguk. Tak ada komentar penolakan. Aku menunduk kembali. Mengelus-elus pergelangan kakinya.  Kakinya mulus tanpa cacat. Ternyata betisnya yg berwarna gading itu mulus tanpa rambut halus. Tapi di bagian atas lutut kulihat sedikit ditumbuhi rambut-rambut halus yg agak kehitaman. Sangat kontras dgn warna kulitnya. Aku terpana. Mungkinkah mulai dari atas lutut hingga.., hingga.. Aah, aku menghembuskan nafas. Rongga dadaku mulai terasa sesak. Wajahku sangat dekat dgn lututnya. Hembusan nafasku ternyata membuat rambut-rambut itu meremang. “Indah sekali,” kataku sambil mengelus-elus betisnya.

Kenyal. “Suka, Thomas?” Aku mengangguk. “Tunjukkan bahwa kamu suka. Tunjukkan bahwa betisku indah!” Aku mengangkat kaki Bu Tiara dari lututku. Sambil tetap mengelus betisnya, kuluruskan kaki yg menekuk itu. Aku sedikit membungkuk agar bisa mengecup pergelangan kakinya. Pada kecupan yg kedua, aku menjulurkan lidah agar bisa mengecup sambil menjilat, mencicipi kaki indah itu. Akibat kecupanku, Bu Tiara menurunkan paha kanan dari paha kirinya.  Serta tak sengaja, kembali mataku terpesona melihat bagian dalem kanannya. Sebab ingin melihat lebih jelas, kugigit bagian bawah roknya lalu menggerakkan kepalaku ke arah perutnya. Ketika melepaskan gigitanku, kudengar tawa tertahan, lalu ujung jari-jari tangan Bu Tiara mengangkat daguku. Aku menengadah. “Kurang jelas, Thomas?” Aku mengangguk. Bu Tiara tersenyum nakal sambil mengusap-usap rambutku. Lalu telapak tangannya menekan bagian belakang kepalaku sehingga aku menunduk kembali. Di depan mataku kini terpampang keindahan pahanya. Tak pernah aku melihat paha semulus serta seindah itu. Bagian atas pahanya ditumbuhi rambut-rambut halus kehitaman. Bagian dalemnya juga ditumbuhi tetapi tak selebat bagian atasnya, serta warna kehitaman itu agak memudar. Sangat kontras dgn pahanya yg berwarna gading.  Aku merinding. Sebab ingin melihat paha itu lebih utuh, kuangkat kaki kanannya lebih tinggi lagi sambil mengecup bagian dalem lututnya. Serta paha itu semakin jelas. Menawan. Di paha bagian belakang mulus tanpa rambut. Sebab gemas, kukecup berulang kali. Kecupan-kecupanku semakin lama semakin tinggi. Serta ketika hanya berjarak kira-kira selebar telapak tangan dari pangkal pahanya, kecupan-kecupanku berubah menjadi ciuman yg panas serta basah. Sekarang hidungku sangat dekat dgn segitiga yg menutupi pangkal pahanya.

Sebab sangat dekat, walau tersembunyi, dgn jelas bisa kulihat baygan bibir kewanitaannya. Ada segaris kebasahan terselip membayg di bagian tengah segitiga itu. Kebasahan yg dikelilingi rambut-rambut ikal yg menyelip dari kiri kanan G-stringnya. Sambil menatap pesona di depan mataku, aku menarik nafas dalem-dalem. Tercium aroma segar yg membuatku menjadi semakin tak berdaya.  Aroma yg memaksaku terperangkap di antara kedua belah paha Bu Tiara. Ingin kusergap aroma itu serta menjilat kemulusannya. Bu Tiara menghempaskan kepalanya ke sandaran kursi. Menarik nafas berulang kali. Sambil mengusap-usap rambutku, diangkatnya kaki kanannya sehingga roknya semakin tersingkap hingga tertahan di atas pangkal paha. “Suka Thomas?” “Hmm.. Hmm..!” jawabku bergumam sambil memindahkan ciuman ke betis serta lutut kirinya. Lalu kuraih pergelangan kaki kanannya, serta meletakkan telapaknya di pundakku. Kucium lipatan di belakang lututnya. Bu Tiara menggelinjang sambil menarik rambutku dgn manja. Lalu ketika ciuman-ciumanku merambat ke paha bagian dalem serta semakin lama semakin mendekati pangkal pahanya, terasa tarikan di rambutku semakin keras. Serta ketika bibirku mulai mengulum rambut-rambut ikal yg menyembul dari balik G-stringnya, tiba-tiba Bu Tiara mendorong kepalaku. Aku tertegun. Menengadah. Kami saling menatap. Tak lama kemudian, sambil tersenyum menggoda, Bu Tiara menarik telapak kakinya dari pundakku. Ia lalu menekuk serta meletakkan telapak kaki kanannya di permukaan kursi. Pose yg sangat memabukkan. Sebelah kaki menekuk serta terbuka lebar di atas kursi, serta yg sebelah lagi menjuntai ke karpet. “Suka Thomas?”. “Hmm.. Hmm..!”. “Jawab!”. “Suka sekali!” Pemandangan itu tak lama. Tiba-tiba saja Mbak Tiara merapatkan kedua pahanya sambil menarik rambutku. “Nanti ada yg melihat baygan kita dari balik kaca. Masuk ke dalem, Thomas,” katanya sambil menunjuk kolong mejanya.  Aku terkesima. Mbak Tiara merenggut bagian belakang kepalaku, serta menariknya perlahan. Aku tak berdaya. Tarikan perlahan itu tak mampu kutolak. Lalu Bu Tiara tiba-tiba membuka ke dua pahanya serta mendaratkan mulut serta hidungku di pangkal paha itu. Kebasahan yg terselip di antara kedua bibir kewanitaan terlihat semakin jelas. Semakin basah.

Serta di situlah hidungku mendarat. Aku menarik nafas untuk menghirup aroma yg sangat menyegarkan. Aroma yg sedikit seperti daun pandan tetapi mampu membius saraf-saraf di rongga kepala. “Suka Thomas?”. “Hmm.. Hmm..!” “Sekarang masuk ke dalem!” ulangnya sambil menunjuk kolong mejanya. Aku merangkak ke kolong mejanya. Aku sudah tak bisa berpikir waras. Tak peduli dgn segala kegilaan yg sesertag terjadi. Tak peduli dgn etika, dgn norma-norma bercinta, dgn sakral dalem percintaan. Aku hanya peduli dgn kedua belah paha mulus yg akan menjepit leherku, jari-jari tangan lentik yg akan menjambak rambutku, telapak tangan yg akan menekan bagian belakang kepalaku, aroma semerbak yg akan menerobos hidung serta memenuhi rongga dadaku, kelembutan serta kehangatan dua buah bibir kewanitaan yg menjepit lidahku, serta tetes-tetes birahi dari bibir kewanitaan yg harus kujilat berulang kali agar akhirnya dihadiahi segumpal lendir orgasme yg sudah sangat ingin kucucipi. Di kolong meja, Bu Tiara membuka kedua belah pahanya lebar-lebar. Aku mengulurkan tangan untuk meraba celah basah di antara pahanya. Tapi ia menepis tanganku. “Hanya lidah, Thomas! OK?” Aku mengangguk. Serta dgn cepat membenamkan wajahku di G-string yg menutupi pangkal pahanya. Menggosok-gosokkan hidungku sambil menghirup aroma pandan itu sedalem-dalemnya. Bu Tiara terkejut sejenak, lalu ia tertawa manja sambil mengusap-usap rambutku. .  “Rupanya kamu sudah tak sabar ya, Thomas?” katanya sambil melingkarkan pahanya di leherku. “Hm..!” “Haus?” “Hm!” “Jawab, Thomas!” katanya sambil menyelipkan tangannya untuk mengangkat daguku. Aku menengadah. “Haus!” jawabku singkat. Tangan Bu Tiara bergerak melepaskan tali G-string yg terikat di kiri serta kanan pinggulnya. Aku terpana menatap keindahan dua buah bibir berwarna merah yg basah mengkilap. Sepasang bibir yg di bagian atasnya dihiasi tonjolan daging pembungkus clit yg berwarna pink. Aku termangu menatap keindahan yg terpampang persis di depan mataku.

“Jangan diam saja. Thomas!” kata Bu Tiara sambil menekan bagian belakang kepalaku. “Hirup aromanya!” sambungnya sambil menekan kepalaku sehingga hidungku terselip di antara bibir kewanitaannya. Pahanya menjepit leherku sehingga aku tak bisa bergerak. Bibirku terjepit serta tertekan di antara dubur serta bagian bawah kemaluannya.  Sebab harus bernafas, aku tak mempunyai pilihan kecuali menghirup udara dari celah bibir kewanitaannya. Hanya sedikit udara yg bisa kuhirup, sesak tetapi menyenangkan. Aku menghunjamkan hidungku lebih dalem lagi. Bu Tiara terpekik. Pinggulnya diangkat serta digosok-gosokkannya hingga hidungku basah berlumuran tetes-tetes birahi yg mulai mengalir dari sumbernya. Aku mendengus. Bu Tiara menggelinjang serta kembali mengangkat pinggulnya. Kuhirup aroma kewanitaannya dalem-dalem, seolah kemaluannya adalah nafas kehidupannku. “Fantastis!” kata Bu Tiara sambil mendorong kepalaku dgn lembut. Aku menengadah. Ia tersenyum menatap hidungku yg telah licin serta basah. “Enak ‘kan?” sambungnya sambil membelai ujung hidungku. “Segar!” Bu Tiara tertawa kecil. “Kamu pandai memanjakanku, Thomas. Sekarang, kecup, jilat, serta hisap sepuas-puasmu. Tunjukkan bahwa kamu memuja ini,” katanya sambil menyibakkan rambut-rambut ikal yg sebagian menutupi bibir kewanitaannya.  “Jilat serta hisap dgn rakus. Tunjukkan bahwa kamu memujanya. Tunjukkan rasa hausmu! Jangan ada setetes pun yg tersisa! Tunjukkan dgn rakus seolah ini adalah kesempatan pertama serta yg terakhir bagimu!” Aku terpengaruh dgn kata-katanya. Aku tak peduli walaupun ada nada perintah di seTiarap kalimat yg diucapkannya. Aku memang merasa sangat lapar serta haus untuk mereguk kelembutan serta kehangatan kemaluannya. Kerongkonganku terasa panas serta kering. Aku merasa benar-benar haus serta ingin segera menbisakan segumpal lendir yg akan dihadiahkannya untuk membasahi kerongkongannku. Lalu bibir kewanitaannya kukulum serta kuhisap agar semua kebasahan yg melekat di situ mengalir ke kerongkonganku. Kedua bibir kewanitaannya kuhisap-hisap berganTiaran. Kepala Bu Tiara terkulai di sandaran kursinya. Kaki kanannya melingkar menjepit leherku.

Telapak kaki kirinya menginjak bahuku. Pinggulnya terangkat serta terhempas di kursi berulang kali. Sesekali pinggul itu berputar mengejar lidahku yg bergerak amelr di dinding kewanitaannya. Ia merintih seTiarap kali lidahku menjilat clitnya. Nafasnya mengebu. Kasertag-kasertag ia memekik sambil menjambak rambutku.  “Ooh, ooh, Thomas! Thomas!” Serta ketika clitnya kujepit di antara bibirku, lalu kuhisap serta permainkan dgn ujung lidahku, Bu Tiara merintih menyebut-nyebut namaku.. “Thomasssss, nikmat sekali sayg.. Thomas! Ooh.. Thomas oooooooooooooooo!” Telapak kakinya menghentak-hentak di bahu serta kepalaku. Paha kanannya sudah tak melilit leherku. Kaki itu sekarang diangkat serta tertekuk di kursinya. Mengangkang. Telapaknya menginjak kursi. Sebagai gantinya, kedua tangan Bu Tiara menjambak rambutku. Menekan serta menggerak-gerakkan kepalaku sekehendak hatinya. “Thomas, julurkan lidahmuu! Hisap! Hisaap!” Aku menjulurkan lidah sedalem-dalemnya. Membenamkan wajahku di kemaluannya. Serta mulai kurasakan kedutan-kedutan di bibir kemaluannya, kedutan yg menghisap lidahku, mengunsertag agar masuk lebih dalem. Beberapa detik kemudian, lendir mulai terasa di ujung lidahku. Kuhisap seluruh kemaluannya. Aku tak ingin ada setetes pun yg terbuang.  Inilah hadiah yg kutunggu-tunggu. Hadiah yg bisa menyejukkan kerongkonganku yg kering. Kedua bibirku kubenamkan sedalem-dalemnya agar bisa langsung menghisap dari bibir kemaluannya yg mungil. “Thomaso! Hisap Thomasoooooooooooo!” Aku tak tahu apakah rintihan Bu Tiara bisa terdengar dari luar ruang kerjanya. Seandainya rintihan itu terdengar pun, aku tak peduli. Aku hanya peduli dgn lendir yg bisa kuhisap serta kutelan. Lendir yg hanya segumpal kecil, hangat, kecut, yg mengalir membasahi kerongkonganku. Lendir yg langsung ditumpahkan dari kemaluan Bu Tiara, dari pinggul yg terangkat agar lidahku terhunjam dalem. “Oh, fantastisssssssssssssssss,” gumam Bu Tiara sambil menghenyakkan kembali pinggulnya ke atas kursinya.  Ia menunduk serta mengusap-usap kedua belah pipiku. Tak lama kemudian, jari tangannya menengadahkan daguku. Sejenak aku berhenti menjilat-jilat sisa-sisa cairan di permukaan kewanitaannya.

“Aku puas sekali, Thomas,” katanya. Kami saling menatap. Matanya berbinar-binar. Sayu. Ada kelembutan yg memancar dari bola matanya yg menatap sendu.  “Thomas.” “Hm..” “Tatap mataku, Thomas.” Aku menatap bola matanya. “Jilat cairan yg tersisa sampai bersih” “Hm..” jawabku sambil mulai menjilati kemaluannya. “Jangan menunduk, Thomas. Jilat sambil menatap mataku. Aku ingin melihat erotisme di bola matamu ketika menjilat-jilat kemaluanku.” Aku menengadah untuk menatap matanya. Sambil melingkarkan kedua lenganku di pinggulnya, aku mulai menjilat serta menghisap kembali cairan lendir yg tersisa di lipatan-lipatan bibir kewanitaannya. “Kamu memujaku, Thomas?” “Ya, aku memuja betismu, pahamu, serta di atas segalanya, yg ini.., muuah!” jawabku sambil mencium kewanitaannya dgn mesra sepenuh hati. Bu Tiara tertawa manja sambil mengusap-usap rambutku.

Perempuan simpanan ku yang bohai

Cerita ini asli cerita nyata yang kualami sendiri dan bukan karangan atau fiksi, Namaku daniel seorang karyawan sebuah biro perjalanan di Jakarta. Waktu itu aq sedang bersantai di hotel di bilangan semanggi, memanfaatkan jatah menginapku di hotel tersebut yang belum aku gunakan.  Malam hari setelah selesai makan malam aq duduk-duduk santai menikmati suasana di coffe shop. Kulihat seorang cewek sedang duduk sendirian di temani secangkir kopi, sambil sebentar-sebentar melirik jam tanganya dan berkali-kali menengok ke arah pintu masuk. Rupanya dia sedang menunggu seseorang, pikirku.  Cewek itu berwajah manis, rambut sebahu, bibir sensual, berkulit sawo matang dan dadanya cukup berisi meski tidak terlalu besar. Sekian lama kuperhatikan (dia pun kadang melirik melihatku) aq rasanya nakisr juga deh. She is a good looking young lady Hampir 1 jam lebih, dan tak lama kemudian kulihat dia memanggil waiter untuk membayar minumnya. Rupanya dia sudah akan beranjak pergi, barangkali kesal karena yang ditunggunya tak kunjung tiba. Sungguh sayang kalau tak sempat berkenalan, pikirku. Maka aku segera ambil inisistif menghampirinya dan menyapanya: “Malam, boleh kenalan nggak?” tanyaku Dia tersenyum dan menjawab  “Tentu boleh dong…” kuulurkan tanganku sambil menyebut namaku “Daniel” dia menyambutnya dan berkata “Aq puspa” ” Terima kasih mau kenalan, tapi kayaknya Puspa sedang nunggu seseorang ya?” tanyaku. “Iya Kak, janjian ma temen, katanya mau ketemu di sini, tapi di bohong ditungguin dari tadi nggak nongol-nongol. Dasar cowok brengsek, bikin kesal aja” katanya dengan muka cemberut. “Ya sudah, nggak usah kesal, kalau nggak keberatan aq temeni ya, atau mau buru-buru pulang ya?” tanyaku. “Nggak juga kok Kak..

Puspa sih lagi nggak ada acara, senang juga kalau kita ngobrol-ngobrol” katanya menyambut tawaranku. Selesai membayar minumannya, Puspa pindah duduk di mejaku. Kami ngobol sana sini layakanya orang yang baru kenalan. “Papaku orang Ambon dan mama menado, tapi mama sudah meninggal dua tahun yang lalu. Aq tinggal sama Papa dan istri barunya, Tapi aq nggak cocok denganya dan sering ribut. Maka aq sudah nggak betah tinggal denganya dan sekarang hampir 1 minggu aq tidur ditempat temanku di daerah cikini. Kak Daniel kayaknya baik deh, Puspa senang banget kalau punya Kakak seperti Kak Daniel. Puspa nggak punya kakak laki-laki, kakak beradik Puspa semua lima orang cewek semua” katanya  “Kakak Puspa namanya Dista tinggal di belanda sama suaminya orang bule, dan 1 adik Puspa namanya Karin. Adik Puspa yang di jakarta yaitu Salma yang udah menikah, dan Tiara yang masih kecil, baru 13 thn” Kami berdua terus ngobrol dan suasana semakin hangat dan akrab mengasyikkan. Puspa rupanya sudah melupakan kekesalannya soal teman cowoknya yang tidak memenuhi janji. “Oh iya, Puspa sudah makan belum? Ini kan sudah jam 9 malam” tanyaku. “Puspa masih kenyang kok” sahutnya. Lalu ku usulkan “Gimana kalau kita pesan makanan, apa aja buat temen ngbrol” tanyaku lagi. “Tapi ini kan sudah malem di sini band dan penyanyi sudah mulai ribut, nggak enak juga ngbrolnya Kak. Berisik” kata Puspa “Kalau begitu kita pindah tempat aja ya, keluar cari tempat makan yang enak dan nyaman” kataku Dia diam saja nggak menjawab.  “Oke” kataku. ” Gimana kalau kita ngobrolnya di kamarku aja, kita pesan makanan dan minuman” kataku sambil berdoa, mudah-mudahan dia mengiyakanya Soalnya aq sudah nggak sabar banget pengen lebih intim lagi bersamanya. Eh.. rupanya Puspa menyambutnya dengan baik. “Iya kak, males juga kalau pergi keluar lagi ya. Oke deh kak, kita lanjutin ngobrolnya di kamar kakak aja, biar bisa lebih santai. Tak lama kemdian setelah aq membayar minuman, ku ajak dia naik lift sampai di lantai enam, terus ke kamarku, kamar 412. “Wahh, enak banget kamarnya kak” katanya “Sekarang kita pesan makanan dan minuman dulu deh, biar cepat di antar. Pupsa mau pesan apa? Aq sih mau pesan lamb chop ama bintang dingin” kataku.

Baca Juga Cerita Seks Panas : mantapnya meki Suster Cantik yang suka crot dan Kimcil anak smp

“Emm,, enaknya pesen apa ya? gumanya. ” Pupsa melon juice aja deh kak, dan kalau boleh sama spagheti. Pupsa suka banget.” Maka aku segera menelpon room service untuk pesan makanan dan minuman “Kak, Pupsa mau ke kamar mandi bentar ya… pengen pipis” katanya. Aq mengangguk sambil melangkah untuk membantu menyalakan lampu kamar mandi. Tak lama kemudian, Puspa keluar dari kamar mandi dan menghampiri rak di mana ada tersedia termos elektrik dengan gelas-gelas dan kopi _ teh dan gula. “Puspa bikinin kopi ya Kak” katanya Aq mengiyakan dan Puspa menyalakan termos listrik dan tak lama kemdian 2 cangkir kopi sudah di seduhnya. Sementara itu aq sedang duduk bersandarkan bantal di atas bed sambil menonton tv. Puspa meghampiriku, lalu dia berkata, “Puspa ikutan dong” dan dia langsung meloncat naik ke atas ranjang dan duduk disampingku, ambil bantal lalu diganjalkan ke punggungnya.  Bau wangi tubuhnya langsung menyergap penciumanku, membuat kemaluanku terangsang dan mulai mengeras. Kugenggam tanganya dan kuicum punggung tanganya dengan lembut. Puspa tersenyum dan mendekat ke wahaku lalu mencium pipiku. Tiba-tiba di berkata. “Kak Daniel sayang nggak sama Pupsa” tanyanya. Aq tiba-tiba bingung juga dengan pertanyaanya karena baru beberapa menit kenalan, tapi dalam hatiku aq suka juga pada cewek ini. Aq mengangguk sambil tersenyum “Yang Puspa butuhin kasih sayang kak” Puspa nggak butuh apa-apa dari kak Daniel, asal kak Daniel sayang sama aq” sambungnya. “Kak Daniel juga suka sama Puspa, dan rasanya kita akan terus bersama deh” kataku. Pupsa berkata lagi, “Janji ya kak, Puspa aka jadi kekasih Kak Daniel, dan Puspa juga sayang sama kak Daniel” katanya. “Tapi, Puspa merasa nggak pantes deh sama kak Daniel dan belum tentu kak Daniel mau sama Puspa. Puspa merasa kotor, selama ini main sex bebas. Tapi biar giamana pun Puspa bukan cewek bisnis lho” katanya. ”

Keperawanan Atasan ku yang semlohe dan Perempuan simpanan ku yang bohai

Tapi, pokoknya sekarang Puspa mau jadi milik kak Daniel, dan Puspa janji nggak akan sama cowok lain lagi. Puspa udah mantep sama kak Daniel” sambungnya. Kali ini Puspa sudah bangkit dan duduk menunggangi badanku yang setengah berbaring, sambil bibirnya melumat bibirku yang tentu saja ku sambut dengan semangat. Kubalas lumatanya dan kukulum lembut lidahnya yang menggairahkan. Hembusan nafasnya yang keluar dari hidungnya terasa harum ,erangsang. Yang tentunya membuat kemaluanku tegang mengeras habis-habissan sehingga kelihatan menonjol dari balik celanaku. Rupanya Puspa juga merasakannya, lalu dia berkata, “Penis kak Daniel kok udah keras ya… hehehe..” yang langsung ku balas “Kemaluan Puspa juga pasti sudah becek deh… yakin” kataku. Tubuhku mulai terasa kepanansan, meskipun ac menghembus udara sejuk. Tiba-tiba bel pintu berdering, room boy mengantarkan pesanan kami. Aq bangkit dan beranjak membukakan pintu sementara Puspa merapikan duduknya. Setelah makanan dan minuman tersaji di meja, aq berkata, “Puspa, kita makan dulu yuk, keburu dingin kan nggak enak nanti: Puspa mengangguk sambil berkata, “Kak Daniel udah lapar lagi ya? Tadi kan katanya udah makan” “Nggak terlalu sih, tapi kan Puspa yang belum makan. Kak Daniel temenin deh. Laginya lamb chop ini kan nggak terlalu berat, dan kalau di tambah bir akan cukup nerkhasiat buat nanti” kataku Puspa tersenyum sambil berkata, “Emangnya kak Daniel nanti mau ngapain sih?” .. “Ahh nggak ngapa-ngapain. Tapi kayaknya Puspa cerdas juga deh, dah bisa nebak” jawabku yang di balasnya dengan senyuman nakal. “Sekarang, sebelum makan Puspa mau lepas baju dulu… panas banget” gumamnya sambil berjalan ke kamar mandi. Begitu Puspa melangkah keluar dari kamar mandi gairahku terusik kembali dan langsung melambung melihat pemandangan yang begitu indah menggairahkan kalbu. Puspa hanya mengenakan BH dan celana dalam model thong warna hitam yang minim dan handuk di tenteng di tanganya. Wow… Bodynya sungguh indah luar biasa. Puspa langsung duduk di kursi menghadap meja makanan, terus handuk yang di tentengnya di sampirkan menutup punggungnya untuk menahan hembusan angin sejuk dari AC. “Wahh, sekarang kak Daniel jadi ikut kepanasan liat Puspa begitu” kataku sambil bangkit lalu ku lepas kaos dan celanaku dan kugantungkan di tempatnya. Lalu aq ke kamar mandi, pengen pipis, terus ku cuci batang penisku pakai sabun. Habis itu aq keluar kamar mandi dengan bugil menghampiri Puspa. Puspa langsung terbelalak melihat batang penisku yang tegang mengeras sehingga terlihat bentuknya yang agak bengkok ke atas. “Waoww” serunya sambil meraih batang penisku. 

“Penis kak Daniel mantap deh, keren, bengkok lagi… iihhhhh, Puspa pokoknya suka banget deh. Rambutnya keriting rapi, lagi… Puspa mau yang ini duluan ahh… Puspa pengen ngulum-ngulum dulu ya kak” katanya sambil langsung memungkuk mendekatkan mulutnya ke batang kemaluanku dan mengulumnya dangan penuh gairah. Tanganya Puspa yang satunya menggenggam memainakn kantung buah zakarku dengan halus dan hangat. Sebenrnya ukuran kemaluanku tidak terlalu istimewa, sedang-sedang saja, cuma sekitar 12-13cm dan memang agak membengkok ke atas seperti buah pisang, tapi kepala penisnya agak besar. “Ogghhhh… ahh.. ahhhh.. stop duludong, sayang kita. Kita kan mau makan. Nanti nyembur di mulut lho” kataku sambil mengambil handuk dari punggung Puspa dan memakainya di pinggangku. Puspa melepaskan kulumanya sambil berkata,  “Oke, kita makan dulu aja ya, kayaknya spaghetinya menggairahkan juga kak” Lalu kami berdua menikmati makanan malam sambil saling menatap mesra. Puspa tadinya bayangin Penis kak Daniel nggak di sunat. Kak Daniel kan chienese, biasanya orang chinese penisnya nggak di sunat” katanya, dan aq hanya tersenyum aja. Puspa hanya makan separuhnya aja, “Buat nanti lagi ah, Puspa dah kenyang. Puspa mau makan pisang aja akak” katanya sambil senyum-senyum dan menarik tanganku. “Nanti dulung dong yang, aq mau cuci tangan dulu sekalian mau sikat gigi, biar nggak bau kambing” kataku sambil melngkah ke kamar mandi. Setelah keluar dari kamar mandi kulihat Puspa sudah merebah terlentang di ranjang. Dia tersenyum manis dan berkata, “Kak Daniel, tolong lepasin kancing BH Puspa ding” aq langsung meraih kancing BH nya dan dengan sekejap nampak dua gundukan indah yang menggairahkan. Tanpa ba bi bu lagi celana dalam nya langsung kulepas sehingga sekarang Puspa tampak bugil. Bulu kemaluan Puspa masih terlihat sedikit. Yang hanya tumbuh di atas itilnya.

Tapi itilnya ini brooo… keliatan agak nongol keluar memerah… cakep benar. Secara keseluruhan, kemaluan Puspa nampak indah, membuatku tak sabar ingin segera mecium, menjilat dan menghispanya. Nggak pakai lama lagi aq langsung menindih tubuh Puspa yang sudah terlentang menantang dan memagut bibirnya yang basah merekah.  Cukup lama kami saling berpagutan dan berkulum-kulumman lidah. Setelah itu aq berpindah ke putingnya bergantian sambil tanganku meremas-remas toketnya yang padat itu dengan lembut. Puspa sudah menglinjang-glinjang sambil mengangkat-angkat pantatnya dengan mata setengah terpejam. Kemudian aq ganti mulai mencium keteknya yang tumbuh sedikit bulu-bulu halus. Hmmm, bau aroma keringat di keteknya terasa agak asam menyengat tapi nikmat dan buatku terasa harum merangsang. Sungguh luar biasa cewek ini, pikirku. Sekujur tubuhnya nikmat dan wangi. Tapi aq belum merasakan kemaluanya.. tiba-tiba Puspa berbisik pelan di telingaku, “Kak Daniel penisnya jangan di masukkin dulu ya, kemaluan Puspa pengen di jilati dulu. Jilat itilnya ya, kak mau kan..?” katanya “Iya Puspa sayang,” kataku sambil mengangkat kedua kakinya ke atas. Sementara itu kedua tangan Puspa menarik kedua belah bibir kemaluanya kesamping kiri dan kanan. Tak kusangka kedua bibir kemaluanya begitu indah. Kulihat lendir basah dibagian bawah kemaluanya dan basahnya melelh terus sampai ke lubang pantatnya. Kudekatkan hidungku ke kemaluanya dan ku tarik napas dalam-dalam ingin merasakan bau aromanya. Tapi aq agak kecewa karena ternyata kemaluan Puspa sama sekali tak berbau apa-apa, tidak seperti yang kubayangkan akan berbau sengir-sengir apek enak bercampur bau keringat dan bau pipis, bau cewek pada umumnya.  Sungguh luar biasa cewek ini, pikirku. Barang kali tadi habis pipis dia cebokin sampai bersih. Kumasukkan jari tengahku ke lubang kemaluanya, lalu ku dekatkan jariku yang terbasahi lendir itu ke hidungku.. tidak ada bau sama sekali. Heran aq.. lalu perlahan kujulurkan lidahku menghisap dalam daging kemaluanya, mulai dari bawah, dari lubang kemaluanya, terus naik ke atas, berhenti di tengah-tengah dan kumainkan lidahku di lubang kencingnya. Lendirnya terasa asin-asin gurih di lidahku.

Terus bergeser naik lagi mencapai klitorisnya. Kujilat dan ku hisap klitorisnya, yang membuat Puspa menglinjang dan mengerang-ngerang sambil bergumam, “Terus kak… terus jilat itilnya kak… itilnya kak… ohhhh” katanya terus berulang-ulang. Sekarang aq menghisap seluruh itilnya dengan lembut dan mantap. Tak lama kemudian dia bergumam dengan suara di tenggorokkan, “Oghhh… aduuhhh puspa mau keluar deh.. duhhh… ampun kak… Puspa mau keluar deh… aq keluarr kakkkk… ogghhh… ogghhhh… aaggghhhh… gila kak Daniel… ampunnnnn… aarggghhhh… aahhhhh… keluaarrr kak… itilku…. aahhh…agghhhhhh…” eranganya keras sekali memenuhi ruangan kamar hotel yang hening dan tubuhnya bergetar hebat serta pantatnya mengangkat-angkat dengan cepat. Lina meraih orgasme pertamanya dengansangat nikmat dan lepas, tubuhnya penuh peluh. Akhirnya gerakanya mereda dan pelan-pelan mulai tenang, lalu diam tergolek lemah dengan bibir tersungging senyuman kenikmatan. Ternyata saat tadi orgasme Puspa rupanya squirting juga, yaiuti air kencingnya juga keluar dan terasa basahnya “Kak Daniel jago banget mainin kemaluan Puspa… Puspa jadi makin sayang aja sama kak Richard,” katanya sambil menarik tanganku ingin memelukku. ” Kak lagi ya, Puspa kan belum ngen-sze, belum pakai penis” katanya. (ngen-sze artinya ngentot/bersetubuh) sambil memegang penisku yang masih keras Sebenernya aq capek dan pegal juga menahan penisku agar tak keluar, tapi aq paksakan tahan berusaha agar tak kalah dengan Puspa. Maka aq bangkit dan melangkah ke kamar mandi untuk pipis dan mengguyur penisku dengan air dingin agar mengurangi ketegangannya, karena kupikir pertempuran selanjutnya akan lebih seru dan hot.  Kemudian aq kemabli berbaring di sebelah Puspa yang sedang terlentang penuh peluh “Kak Daniel cium Puspa dong” katanya Kukecup keningnya dengan lembut, tapi Puspa dengan cepat sudah menyambar bibirku dengan pagutan bibirnya, dan berkulum-kulumman lagilah kita.

“Kak, puspa mau ismek lagi dong” pintanya ” Habis itu kak Daniel boleh masuk deh, kasian kak Daniel nahan terus” Aku hanya mengangguk dan bergerak ke arah kemaluanya Puspa langsung mengangkangkan kedua kakinya dan kedua tanganya merekahkan kedua bibir kemaluanya sehingga terbuka lebar siap di ismek. Kali ini dengan jariku kutarik pelan kulit pembungkus itilnya sehingga sekarang tampak terbuka dan menyembul sebesar butiran kacang hijau. Puspa merintih sambil berkata, “Iya kak, di situ itilnya kak.. benar kak.. ayo kakk jilatin itil Puspa kak.. terus jilatinn kak…” ku tempelkan lidahku pada itilnya dan pelan-pelan kumainkan lidahku. Tapi Puspa malah berkata, “Jilatinya lebih keras dong, kak” ketekan lidahku lebih keras dengan kuggerakan lebih cepat ” iya kak, begitu… nnikmat kak… nikmattt… teruss kakkk” katanya “Aagghhh… agghh.. terus kaakkk” sampai dia kembali orgasme. Tiba-tiba Puspa berteriak, “Pakai penis kak,, cepet masukin penis… masukkin penis,, gilaaa…. nikmattt.. kakk, cepaattt” teriaknya. Dengan cepat aq melompat naik keatas tubuh Puspa yang terlentang mengangkang dan langsung saja ku hujamkan batang penisku yang tegang mengeras ke lubang kemaluannya Puspa… oogghhh… pantatku mulai bergerak pelan naik turun mengocok kemaluan Puspa. Tiba-tiba Puspa menjerit-jerit keras, rupanya orgasmenya kali ini lebih dahsyat. Histeris dia, dengan gerakan tubuh yang tidak beraturan. Aq menghentikan kocokkan penisku di lubang kemaluanya, sekarang aq hanya menekan penisku sekuat tenaga dan sedalam-dalamnya di kemaluan Puspa sampai terasa mentok. Terasa denyutan-denyutan di dalam kemaluan Puspa bagaikan di remas-remas kepala penisku… uuhhhh, nikmat luar biasa. Aq masih bisa bertahan, tidak sampai keluar. Kali ini Puspa orgame dengan dahsyatnya, tenaganya pun sangat luar biasa sehingga tubuhku ikut terangkat-angkat mengikuti gerakan histerisnya Puspa. Setelah beberapa saat gerakan tubuh Puspa mereda, dia berkata, “Kak Daniel sungguh hebat… gilaak, penisnya kuat banget sih, sekaran masukin dari belakang ya kak,.. doggy style” katanya. Jadi kutarik keluar pelan penisku dari lubang kemaluanya, dan seketika itu juga Puspa berganti posisi nungging bertumpu pada lututnya di tepi ranjang, kakinya mengangkang dan kepalanya diletakkan di kasur denga muka menghadap ke samping. Lalu pantatnya mulai diangkatnya menjungkit tinggi, sehingga kemaluanya lebih terbuka.

Baca Juga Cerita Mesum Hot : Memek SPG diler motor Seksi dan nikmat membawa malu saat ketauan masturbasi di toilet

Pada posisi itu aq berdiri dilantai disamping ranjang dan mendekatkan penisku yang masih tegak keras ke lubang kemaluan Puspa dan perlahan-lahan kutusuukan sampai masuk semua. Telapak tangan kananku kutekankan ke punggungnya membuat tubuh Puspa bagian atas lebih tertekan kepermukaan kasur dan pantatnya lebih menjungkit ke atas, dan tangan kiriku merayap ke bawah mencapai itilnya. Puspa seperti benar-benar pada posisi tidak berdaya dan tidak dapat bergerak, sehingga seolah-olah berada di bawah kekuasaanku yang sedang memperkosanya dari belakang. Ku ayunkan pantatku maju mundur penisku keluar masuk pada lubang kemaluan Puspa sambil jari-jari nakalku menggelitik itil Puspa. Puspa mengerang-ngerang dan akhirnya menjerit, “Kak ampuunn kakk.. Puspa nggak kuat.. ampuun kaakkk… duuuhhh… gila kamu… penis.. peniss… nikmatt.. Puspa keluar lagi kakk… terus kakk.. nikmaatttt.. penisnya nikmatt.. duuuhhhh… Puspa keluarr… aagghh.. oghh.. ogghhhhhh.. aahh.. ahh.. aaaghhhh… nikmaatt kakk” Puspa berteriak-teriak lepas dan meracau tak karuan. Aq pun pada saat itu sudah tak kuasa menahan lendir kenikmatanku lagi, dan…. “Puspaa.. ogghh peniskuuu… Puspa.. nggak kuat lagi.. gilakk kamu.. penisku kejepit.. aq keluarjugaa.. keluaar.. keluaaarrrr.. ampun Pusss… ampunnnn” kataku  Sampai akhirnya kukocokkan penisku dengan penuh tenaga dan akhirnya kusemburkan lendir kenikmatanku sehabis-habisnya ke dalam lubang kemaluan Puspa. Saat itu kami berdua meraih orgasme dengan bersamaan.. benar-benar nikmat luar biasa. Puspa akhirnya tertelungkup lunglai di ranjang.

Aq pun jadi terpelungkup di atas punggung Puspa dengan posisi penis masih menancap di kemaluanya. Kuciumi dan kugigit-gigit kecil punggungnya yang basah oleh peluh. Puspa masih mengerang-ngerang pelan, karena orgasmenya berlanjut, meskipun tidak sehebat tadi tapi kepela penisku terasa seperti di remas-remas di dalam kemaluanya. Akhirnya kutarik keluar penisku yang sudah mulai mengendor, lalu sebagai tanda terima kasihku pada Puspa kusibakkan belahan pantatnya dan kuberi dia servis jilatan lubang pantat, (bergantian ke lubang kemaluan) yang mebuatnya sangat nikmat dan sekaligus sangat tersanjung karena aq mau menjilat tubuhnya yang umunya di anggap kotor. Benar-benar kuceboki lubang pantatnya dengan lidahku sampai bersih. Demikianlah persetubuhan kami, dan setelah itu kami berdua berbaring bersampingan, lalu beristirahat dengan saling berpelukan, aq berbaring terlentang dan Puspa memiringkan tubuhnya kearahku dan menyandrakan kepalanya di dadaku sambil tangan dan kakinya memeluk tubuhku bagai sedang memeluk guling, sampai kami berdua sama-sama teridur pulas. Saat aq terbangun karena ingin kencing kulihat jam sudah hampir jam 1 malam. Kubangunkan Puspa, karena aq pun terasa lapar. Puspa bangun menggeliat dan bangkit menuju ke kamar mandi untuk membersihkan lendir-lendir yang mulai kering, lalu kami berdua makan sisa yang tadi belum habis. Usai makan Puspa membuat teh hangat dan aq duduk di kursi sofa. Puspa dengan manjanya naik dan duduk di pangkuanku, lenganya dilingkarkan ke belakang kepalaku dan mulai mencium dan mengulum bibir. “Kak daniel, Puspa pengen di entot lagi” katanya.. “Ayo dong kak” sambungnya sambil turun dari pangkuanku terus berlutut di depanku dan meraih batang penisku yang masih setengah mengendor, lalu dimasukkanya penisku ke dalam mulutnya. Dikulum dan dihisap-hisap kepala penisku sampai tegang mengeras lagi, sehingga nampak bentuknya yang bengkok memperlihatkan urat-urat yang menonjol. Sesekali Puspa menjlati batang penisku lalu kebawah, mengulum biji zakarku sehingga terasa hangat dimulutnya. Kubopong cewek ini lalu kurebahkan di ranjang, lalu tindih tubuhnya dan memainkan puting susunya yang mulai menegang secara bergantian. “Kak, sekarang gantian ya, kak Daniel kan udah capek dari tadi melayani Puspa.

Sekarang Puspa Mau diatas, kak Daniel tinggal terlentang aja ya…” katanya. Aq mengangguk, dan kami langsung berganti posisi. Aq berbaring telentang di bawah. Puspa langsung menaiki tubuhku dan tanganya dia memegang batang penisku dan mengarahkanya ke lubang kemaluanya. Blheesss, penisku langsung masuk ketika Puspa menduduki tubuhku. Puspa menggerakan tubuhnya naik turun pelan-pelan, lalu menyorongkan toketnya sebelah kiri ke mulutku. “Hisap kak, hisap toket Puspa” katanya sambil terus bergoyang. Langsung kutangkap puting susunya yang sudah keras dengan mulutku dan ku hisap-hisap agak kuat sambil kedua tanganku kebelakang meremas-remas pantat Puspa yang padat berisi. Gerakan Puspa makin cepat dan kemudian di tariknya toket kirinya yang sednag ku hisap-hisap dari mulutku lalu di sorongkan toket yang sebelah kanan untuk ku hisap bergantian. Begitulah terus pergumulan yang kami lakukan, dan tak lama kemudian Puspa melonjak-lonjak tak beraturan sambil mengerangngerang, dan akhirnya menekankan kemaluanya kuat-kuat sampai penisku mentok, tanganya memeluk kuat pundakku sampai kukunya melukai penggungku. Orgasmelah dia dengan sangat dahsyat. Kali ini aq merasa agak aneh, kok cairan kenikmatan Puspa banyak sekali mengalir hangat ke pahaku. Aq berdiam tak bergerak sampai Puspa tenang dan orgasmenya mereda. Ketika kami bangkit, kulihat sprei pun basah kuyup, ternyata bersamaan waktu orgasme tadi, saking dahsyatnya, Puspa benar-benar squiting, ngompol, lebih banyak dari yang tadi sehingga cukup basah. “Maaf kak, Tadi Puspa nggak sadar waktu keluar, pipis Puspa ikut keluar dikit, nggak ketahan kak” katanya. Aq hanye tersenyum sambil memeluknya. “Ngggak papa kok, itu biasa Pus, kamu kan perempuan…

 perempuanku” bisikku. Akhirnya malam itu benar-benar puas dengan bugil kami berdua menyusup di balik selimut tebal untuk melanjutkan tidur karena waktu sudah menujukan pukul dua malam. Keesokan harinya kami bangun sekitar jam 7 pagi, Puspa yang masih pulas di bawah selimut kubangunkan. Kubuka selimutnya dan kurekahkan kemaluanya yang masih mengatup dan kuciumi lalu kujilat-jilat. Wahh.. kali ini bari aq rasakan bau cewek yang asli dari kemaluan Puspa, karena pagi-pagi belum di cuci kemaluanya itu. Bau vagina seperti inilah yang kusauka, dan tak puas-puasnya kujilati dan ku hisap-hisap sampai Puspa terbanun dari tidurnya. “Iiihh, Kak Daniel jorok banget deh” katanya “Kan belum di cuci, masih bau dah di jilatin” sambungnya “Nggak Puspa sayang, kak Daniel suka banget kok, bau kemaluanmu enak banget dan kalau bangun tidur sepert ini rasanya lebih mantap” “Ihh.. dasar jorok” katanya sambil tersenyum ” udah ahh, Puspa penegen pipis nih” katanya. “Oke deh, kita ke kamar mandi sekalian mandi bersama ya” kataku “Puspa” kataku lagi “Kamu sudah ngerasain pipis nikmat belum?” dia menatapku bingung. “Pipis nikmat? apaan tuh kak” tanyanya “Bilang aja, Puspa mau apa nggak, gitu. Kalu mau, kak Daniel kasih tau” kataku. Dia pun mengangguk  “Iya deh kak, Puspa mau..” katanya Lalu ku angkat Puspa dan kusuruh naik ke meja batu di samping wastafel. Lalu kataku “Puspa jongkok di atas, lalu sambil Puspa pipis kak Daniel jilati itil Puspa ya” kataku. “Ihh nggak mau kak.. nanti pipis Puspa ngenain muka kak Daniel, kan Puspa kurang ajar kalau ngencingin kak Daniel” “Tenang, nggak papa. Pokoknya nurut aja” perintahku Akhirnya karena Puspa udah nggak tahan maka keluarlah pipisnya dengan derasnya. Langsung kedekatkan mukaku ke kemaluanya yang lagi pipis sambil kupejamkan mataku agar air seni Puspa tak masuk ke mataku. Kujilati dengan cepat itil Puspa sambil air seninya terus mengalir. “Aduhhh… kaakkk… duhhh.. Puspa ngompol.. ampun kakk” katanya.

Rupanya Puspa merasa keenakan kujilat-jilat, sampai air seninya habis dia masih diam tak bergerak menikmati jilatanku. Lalu aq bangkit dan ku usap wajahku yang basah dan…. “Sudah dong yang… enak nggak pipisnya” tanyaku, Puspa tersipu dan menjawab, “Kak Daniel nakal deh.. Puspa jadi malu udah pipisi kakak. Tapi bener deh,, enak sekali kak. Tapi yang palin enak sih di entot pakai penis kak Daniel. Kak Daniel tau aja sih, menyenangkan cewek” katanya. Kemudian kami berdua masuk ke bak mandi dan mandi bersama-sama. Setelah sarapan aku berkata, “Puspa, kak Daniel antar kamu pulang ya, besok kita kontak lagi deh. Soalnya hari ini kan hari minggu, dan aq janji mau ajak anak-anak kesini untuk berenang di kolam renag hotel” kataku. “Mamamnya anak-anak baru keluar kota, tugas meng audit kantor cabang perusahaanya” kataku. Istriku memang bekerja sebagai manager akunting di perusahaanya. Begitulah, pertemuan dan sekaligus kencan pertamaku bersama Puspa yang sangat berkesan bagi kami berdua.  Demikianlah cerita mesum hot Keperawanan Atasan ku yang semlohe dan Perempuan simpanan ku yang bohai oleh cerita sex hot.