Lagi Coli Malah Ketahuan Ehh Malah Ada Lawannya

CERITA MESUM – Di siang hari yang terik itu, Venina tergesa-gesa turun dari taksi yang ditumpanginya, Setelah membayar ongkos taksi, Venina buru-buru melangkah mendekati pagar tinggi besar sebuah rumah mewah di bilangan jakarta tersebut dan menekan belnya dengan tidak sabar. Tak butuh waktu lama, seorang wanita paruh baya berjalan tergopoh-gopoh menuju pagar untuk menyambutnya.“Eh, neng Venina. Bibi kirain siapa.”“Iya bi, cepetan dong panas nih.”“Iya iya neng masuk..”

Venina dengan segera melenggang masuk kedalam rumah tanpa ba-bi-bu. Ia mengibas-ngibaskan kerah seragam SMA nya setibanya didalam, berusaha mengusir rasa gerah di tubuhnya. Bi Yunni pun tak selang lama ikut masuk kedalam dan mengunci pintu.

CERITA SKANDAL

Baca Juga Cerita Sex : Felicia Bersedia Membantu Keluarin

“Orang-orang belom pada pulang ya?” tanya Venina lagi begitu masuk kedalam rumah “Belom neng, tapi tadi non Yuventia udah bilang kok neng Venina mau dateng. Cuman ada mas Tommy aja yang udah pulang sejam yang lalu. Paling lagi di kamarnya.“Oh gitu, yauda deh. Saya ke kamarnya Yuventia yah bi. Disana aja ngadem.”“Iya neng, bibi lanjut masak ya.’Dan Bi Yunni pun menghilang ke belakang, menyisakan Venina sendirian. Venina pun dengan santai melenggang ke lantai dua menuju kamar Yuventia. Venina dan Yuventia sudah bersahabat sejak lama sedari SD dan SMP. Bahkan ketika mereka berpisah sekolah di SMA persahabatan mereka masih tetap erat. Sedari SD hingga SMP Venina kerap bermain ke rumah Yuventia. Tak jarang di akhir minggu Venina menginap disana, jadi seisi rumah sudah menganggap Venina seperti keluarga sendiri.Setibanya ia di kamar Yuventia, Venina segera melempar tasnya ke lantai dan menjatuhkan badannya di kasur. Cythia sendiri masih ada les tambahan hingga jam 4 sore sehingga ia belum masih akan pulang hingga beberapa jam kedepan. Venina sendiri sebelumnya sudah berencana untuk bermain ke rumah pacarnya. Namun karena satu dan lain hal, rencana berduaan tersebut gagal dan akhirnya Venina memilih untuk menghabiskan waktu saja di rumah Cntyhia. Dengan kesal, Venina hanya membolak-balik hapenya saja untuk membunuh waktu namun hal tersebut malah membuat ia makin kesal. Akhirnya ia pun bangkit dari kasur dan beranjak keluar dari kamar.Baru saja ia melongok keluar pintu, matanya tertuju kearah pintu kamar Tommy diseberang kamar Yuventia yang ternyata sedikit terbuka. Karena tidak ada kerjaan, Venina pun memutuskan untuk mengisengi Tommy saja. Tommy sendiri adalah adik Yuventia satu-satunya yang terpaut jarak beberapa tahun. Saat itu Tommy sudah menginjak kelas 3 SMP, namun badannya tinggi besar mungkin karena ia rajin berlatih basket sedari SD. Bahkan kini Tommy juga rajin berolahraga di Gym sehingga membuat badannya yang sudah tinggi menjulang semakin kekar. Meski ia akui Tommy sudah jauh berbeda dari yang dulu, namun tetap saja di mata Venina, Tommy adalah anak kecil ingusan yang selalu jadi bahan kejahilan dirinya dan Yuventia.Sambil berjingkat-jingkat Yuventia menghampiri kamar Tommy dan melongok sedikit kedalam diantara celah pintu. Nampak Tommy tengah duduk didepan meja komputer membelakangi pintu sembari mengenakan headphone. Venina pun mengendap-endap mendekati Tommy yang kala itu hanya mengenakan boxer yang terpaku didepan komputer. Namun ketika ia baru hendak menepuk bahu Tommy, Venina tercekat melihat layar komputer Tommy. Venina baru tersadar Tommy ternyata sedari tadi tengah menonton film porno di komputernya. Ia nampak begitu berkonsentrasi bahkan hingga tak menyadari Venina sudah berada tepat di belakangnya. Venina mengurungkan niatnya sebentar dan bergeleng-geleng sendiri menahan geli melihat tingkah polah Tommy yang sedang bernapas tak beraturan. Kini bahkan tangan kiri Toni mulai bergerak merabai gundukan boxernya sendiri. Saat itulah Venina segera ambil tindakan dan menepuk kedua bahu Tommy sambil berteriak kencang.“HAYO LAGI NGAPAIN!”Tommy nyaris terjengkang kebelakang sangking kagetnya. Headphone nya bahkan ikut terbelit ketika ia terjungkal sangking kagetnya. Dengan cepat Tommy mematikan layar komputernya dan berdiri dengan terengah-engah dengan wajah pucat pasi. Venina tertawa tergelak hingga terduduk di kasur Tommy.“K-kak Venina ngapain sih! Ngagetin orang aja!!” Ujar Tommy masih sambil terbata-bata.“Lagian elu sih Tom, nonton bokep serius banget sampe ga sadar gue masuk.” Jawab Venina lagi di sela-sela tawanya.Tommy tampak memerah padam wajahnya, ia hanya bisa berdiri mematung di samping komputer seperti tengah di strap.“Emang seru banget gitu bokepnya? mana coba gue pengen liat kaya apa.” Ujar Venina lagi sambil beranjak mendekati layar komputer.“Eh Eh! ngapasin sih kak Venina! u-udah deh keluar aja, gangguin orang aja nih!” sembur Tommy sambil berusaha menghalang-halangi Venina.“Ah berisik lu Tom, mana cepet gue pengen liat. Daripada lo gue aduin ke kakak lo coli di kamar? baru tau rasa lo.” ancam Venina sambil terkekeh.Tommy tak bisa berkutik mendengar ancaman Venina. Wajahnya jadi pucat pasi, namun ia tak berani bergeming di sebelah Venina. Venina dengan santai menghidupkan layar komputer kembali dan memutar video porno tersebut. Di lain pihak Tommy kini kian resah sambil terus menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, bercampur antara gelisah dan malu.“Ih gila lu Tom, nontonin yang dijilat-jilat begini cewenya. Lagi belajar ya lu buat pacar lu?” celoteh Venina asal. Tommy yang makin salah tingkah yang justru membuat Venina makin bersemangat untuk mengusilinya.Tommy bergerak cepat menutup pintu kamarnya, takut bila nanti Bi Yunni ikut memergoki kesialannya. Dalam hati ia berkata jangan sampai berita memalukan ini sampai ke telinga Yuventia atau bahkan mamanya.“Duh udah dong kak Nin, please ampun kak..” mohon Tommy.

Tetapi Venina diam saja sambil terus tersenyum-senyum jahil menatapi layar komputer tak menghiraukannya.“Ckck.. ga nyangka gue Tom, lo ternyata bejat banget ya. Liatnya sampe yang kencing-kencing gini.. ihhh..” celoteh Venina lagi. Tommy makin memerah kupingnya mendengar ocehan Venina.Dalam hati Venina memuji juga selera Tommy. Video yang diputar Tommy diam-diam agak membuat Venina hanyut juga. Apalagi rencana Venina berduaan dengan pacarnya hari ini gagal, membuat Venina makin gemas saja melihat adegan porno didepan matanya. Sekilas Venina melirik Tommy yang berdiri mematung di sebelahnya. Baru kali ini setelah sekian lama Venina melihat Tommy setengah telanjang seperti itu. Melihat perut rata Toni, sekelebat pikiran kotor Venina bergejolak.“Yauda deh Tom, lo lanjutin gih kegiatan menjijikan lo itu.”Sejenak Tommy bernapas lega mendengar perkataan Venina.“Tapi, siap-siap aja ya kena omel sama kakak lo. Hahaha..”“Yaaah.. please kak Nin, jangan dong kak.” Mohon Tommy seraya menarik lengan seragam Venina dengan wajah sangat memelas.“Ih jangan pegang-pegang!” tukas Venina sombong.“Ayo dong kak please jangan kak.. apa aja deh Tommy kasih, kak Venina laper? mau pizza? Tommy pesenin ya?” rayu Tommy sengit.“Ngga lah ya, gue ga semudah itu di rayu..” balas Venina lagi sembari berpikir. Selang beberapa saat Venina kembali berucap.“Oke deh gini, lo ga akan gue bilangin. Tapi sebagai hukumannya… Lo harus coli disini, sekarang. Biar lo kapok. Haha..” ujar Venina jahil.Tommy termangu tidak mempercayai perkataan Venina. Venina berusaha sekuat tenaga tidak tertawa kala ia memperhatikan ekspresi Tommy. Dalam hati Venina sedikit berdebar-debar jug menunggu respon Tommy.“Ayo gimana? Mau ngga? kalo ga yaudah.” Ancam Venina lagi sembari berakting melangkah pergi.“I-iya kak! tunggu bentar please tunggu..” cegah Tommy.Venina berdiri bercakak pinggang memandangi Tommy dengan pongah sambil tersenyum kecil. Tommy nampak ragu dan hanya bisa menunduk lemas.“Ayo cepet, lama banget lu ah Tom. Pilih mana, coli ditempat apa kena sidang sekeluarga?” Bentak Venina Venina lagi mengancam.Tommy terdiam beberapa saat, dan kemudian ia pun mulai menggapai pinggiran boxernya. Venina memperhatikan pergerakan Tommy dengan seksama. Perlahan masih penuh dengan keragu-raguan, Tommy memelorotkan Boxernya dengan sangat hati-hati. Mata Venina membelalak manakala matanya menangkap perut bawah Tommy yang melengkung berbentuk V. Venina berpikir dalam hati “Gila seksi juga ototnya untuk ukuran anak SMP. Pasti karena ikut-ikutan nge-Gym.”

Tommy sempat berhenti sesaat sebelum menurunkan boxernya lebih jauh kebawah. Sebelah tangannya menangkup kemaluannya malu-malu sembari tangan sebelahnya lagi memeloroti boxernya sendiri hingga ke dengkul dan kemudian ke mata kaki. Wajah Tommy memerah padam tak sanggup membalas pandangan Venina sama sekali. Kini Tommy berdiri tanpa sehelai benangpun tak jauh dari Venina yang duduk dengan santai di depan meja komputer.“Hihihi.. mana cepet, ayo buruan.” Pekik Venina girang tatkala Tommy usai menanggalkan boxernya. Tommy masih hanya diam mematung seperti maling yang tertangkap basah oleh warga, berdiri telanjang bulat menunggu hukuman.“N-ngapain kak, udah dong Tommy udah kapok..” Mohon Tommy lagi dengan suara lemas.“Pake nanya lagi, cepet buruan kocok, hihi.” ujar Venina cuek sembari terkikik geli.Tommy dengan sangat perlahan mulai merabai kemaluannya sendiri meski masih ditutup sebelah tangannya. Diraba-rabainya sendiri penisnya yang tak kunjung mengeras.“Mana kok ga bangun-bangun sih? Malu ya? Ahaha..” goda Venina lagi. “Pokoknya kalo sampe ga bangun juga, bakal gue aduin ke Kakak sama nyokap lo.. “ Ujar Venina mengancam.Mendengar ancaman Venina otomatis Tommy berusaha sekuat tenaga memfokuskan diri. Ditengah-tengah usahanya Tommy melihat secercah harapan. Dari posisi dirinya bediri saat itu ia dapat mengintip dengan jelas belahan dada Venina dari yang duduk lebih rendah tepat di hadapannya. Daging yang mulus dan lembut tertutupi bra hitam itu lumayan membantu ereksi Tommy.Venina dengan seksama melirik mata Tommy yang tertuju di celah seragamnya. Ia sudah biasa dengan pandangan seperti itu, baik di sekolah maupun dijalan, ia sudah hapal mata jelalatan lelaki macam itu. Namun kali itu Venina memilih untuk diam saja membiarkan Tommy untuk melirik sesukanya, apalagi ia melihat penis Tommy kian menegak keras. Venina pun makin lama makin tidak sabar, dengan cuek akhirnya ia membuka dua kancing teratas di seragamnya sehingga terpampanglah jelas payudaranya.“Nih udah gausah ngintip-ngintip segala. Baek kan gue? daripada kelamaan. Udah buruan kocok cepet!” kata Venina.Tommy langsung melotot matanya melihat payudara yang begitu bulat, terjuntai secara cuma-cuma didepan matanya. Otomatis penis Tommy menegang maksimal disuguhi pemandangan sebegitu indah. Venina pun ikut terbelalak melihat tegangnya penis Tommy.

Untuk ukuran anak smp penis Tommy bisa menyamai milik randi kekasihnya. Bahkan terlihat lebih melengkung keatas dan lebih gendut dari milik randi. Tak terbayang apabila SMA nanti atau kuliah bisa sebesar apa penis Tommy. Venina jadi menelan ludah diam-diam.“Stop stop. Stop dulu. Sekarang lu diem Tom. Gue pengen liat segede apa.”Tommy yang sudah mulai tegangan tinggi terpaksa diam istirahat ditempat karena komando Venina. Dengan posisi itu Venina bisa meneliti betapa gagahnya penis Tommy di depan mukanya itu. Tommy berdebar-debar gorgi manakala Venina mendekatkan wajahnya hingga nyaris tinggal sejengkal jaraknya dari acungan penisnya sendiri. Warnanya yang kemerahan dan berurat membuat Venina salut juga apalagi dalam jarak sedekat itu tentu semakin gagah terlihat. Tommy jadi mengkhayal apabila Venina mengoral penisnya seperti di film porno. Ahhh.. betapa bahagianya Tommy apabila itu terjadi.“Hmm.. yaudah cepet sekarang kocok lagi!” perintah Venina lagi. Ia hampir saja terceplos memuji penis Tommy usai ia memandanginya lekat-lekat tadi.Tommy pun dengan ogah-ogahan mulai mengocok lagi penisnya didepan Venina. Agak kecewa juga Tommy karena harapannya tadi tidak menjadi kenyataan.“Pokoknya harus keluar ya. Gue gamau kalo ga keluar.” Tambag Venina lagi.“S-susah Kak. A-abisnya gue ga ada bahan lagi..” Kilah Tommy malu-malu.“Heh? Emang ini kurang? Udah bagus-bagus ya lu gue kasi belahan toket. Malah nawar lagi. Dasar lu ya..” Bentak Venina.“E-eh j-jangan marah gitu dong. Kan kak Venina suruh keluarin. Kalo emang turun lagi emang Tommy bisa kontrol? Hayo..” Ujar Tommy lagi berusaha membela diri.“Hm. Sok banget lu nawar-nawar. Emang lu mau apaan? Awas aja ya kalo gue suruh buka CD juga. Gue OGAH. Mending lo gue aduin sekarang ke Yuventia.” Balas Venina lagi.“N-ngga ngga kak nin, ga itu kok. Hmm.. apa ya.. Buka itu aja deh..” Jawab Tommy terbata-bata.“Buka apaan?” Tanya Venina lagi tidak sabar.“Turunin branya aja kak nin. Dikit aja, b-biar Tommy on lagi.” Tawar Tommy malu-malu.Sial, pikira Venina terdiam sesaat. Venina sebenarnya masih agak penasaran ingin melihat penis Tommy hingga ejakulasi nanti, namun mendengar tawaran Tommy Venina jadi menimbang-nimbang sendiri permintaan tersebut.“Oke, fine. Sebelah aja tapi ya. Dan dengan satu syarat. Maksimal 10 menit. Ngga keluar juga, lo gagal.” Ucap Venina menyetujui permintaan toni.Tommy mengangguk-angguk cepat girang. Venina dengan agak kesal membuka seluruh kancingnya dan menurunkan sebelah tali bra nya. Tommy dengan gugup mengintip-intip tak sabar. Venina melirik sedikit kearah Tommy, dan dengan perlahan meloloskan tali branya, dan mengeluarkan sebelah payudaranya dari balik cup bra. Mata Tommy melotot nyaris copot memandangi nanar payudara Venina yang menggantung bebas di udara, serta pucuk payudaranya yang berwarna merah kecoklatan.Gairah Tommy bangkit lagi. Dikocok-kocoknya penisnya dengan semangat tanpa disuruh. Venina terkekeh melihat ekspresi wajah Tommy yang begitu cabul. Ia tahu apa yang diinginkan Tommy. Dengan genit Venina makin mencondongkan sebelah payudaranya yang terpampang menantang Tommy. Lalu dengan lembut Venina menjawil sendiri puting susunya dengan telunjuknya, dan mendesah kecil.“Aduh.. geliiiii….”Tommy makin kesetanan melihat aksi Venina. Dengan napas menderu ia berbisik ke Venina.“Terus kak nin, colek lagi kak.. Cubitin kak…”Venina tersenyum nakal mendengar permohononan Tommy.

Dengan perlahan Venina mencubit putingnya yang kenyal dan memuntirnya perlahan sembari seraya mendesah manja.“Awh, Tom.. uuunnnch…”Venina menggeliat manja sengaja memancing birahi Tommy lebih lagi. Sialnya hari itu memang Venina sedang agak horny, apalagi rencananya untuk bercinta dengan Randi juga batal. Maka itu rangsangan di putingnya itu dan show Tommy didepannya diam-diam malah ikut memancing nafsunya sendiri. Kini bahkan Venina keterusan untuk mencubit-cubit mesra putingnya sendiri sembari asyik menonton onani Tommy.Ditengah gelora nafsu Tommy melihat tatapan Venina yang juga kini agak sayu. Bak ditimpa durian runtuh, kini Tommy melihat Venina melepaskan cup bra yang satu lagi, dan menggelitiki putingnya yang satunya lagi hingga kini Venina asyik memainkan kedua puting susunya didepan Tommy.“Ouh kak Venina, seksi banget kak.. Terus kak cubit kak.. Mmhh. enak ya kak?” Pancing Tommy.Venina tak menggubris bisikan Tommy dan terus asyik merangsang dirinya sendiri. Nafsunya kini sudah bangkit, celana dalamnya terasa begitu hangat oleh hawa nafsunya sendiri. Tenggorokan Venina terasa kering akibat gairahnya yang sudah naik. Venina mengumpat dalam hati karena ia jadi ikut terangsang. Venina menjadi gemas sekali oleh penis Tommy. Tapi ia masih berusaha menahan diri. Rasanya ingin ia langsung menyambar dan mengisap penis Tommy hingga ke tenggorokannya dan menelan habis sperma Tommy. Pasti legit sekali rasanya, pikir Venina dalam hati.“Kak nin, Tommy pegel nih kak tangannya..” ujar Tommy lirih. “Bantuin dong kak nin gantian, pleasee…” ujar Tommy mencoba peruntungannya.Venina melirik Tommy tajam. Sial sekali Tommy seakan tahu pikiran dalam kepalanya. Diantara gelombang nafsu seperti ini, ia jadi galau terombang-ambing. Brengsek! Pikir Venina dalam hati.“Hm! Sial lu tom. Sini cepet!” jawab Venina singkat sembari berusaha tetap cool.Tommy berbunga-bunga seakan bermimpi di siang bolong. Dengan gugup ia melangkah mendekat, mencodongkan pinggulnya kedepan. Venina pun tak kalah gugup menjelang tangannya menyentuh batang keras Tommy. Tommy menggelinjang pelan penuh kenikmatan ketika tangan Venina menggengam penisnya. Nyaris saja Tommy ejakulasi merasakan halusnya tangan Venina. Venina mendesis gemas sembari menyapu jengger Tommy dengan jempolnya. Venina jadi terkesima oleh diameternya yang ternyata nyaris tak muat dalam genggamannya. Terasa betapa kokoh dan kerasnya penis Tommy dalam genggamannya.

Dengan pelan Venina mulai mengocok penis Tommy naik dan turun. Tommy menggigit bibirnya sendiri tak kuasa menahan kenikmatan. Venina menjadi makin bersemangat oleh desahan tertahan Tommy. Ingin rasanya ia cepat-cepat melihat ejakulasi Tommy. Venina meludahi tangannya sendiri untuk melicinkan kocokannya. Tommy terbelalak dan mendengus nafsu melihat kebinalan Venina seperti itu.“Awghh… k-kak nin.. Enak bangettt… suerr…” ceracau Tommy.CLOK!CLOK!CLOK!CLOK!Bunyi kulit pelir Tommy bergesekan dengan telapak tangan Venina yang basah oleh liurnya sendiri. Venina bahkan menambahkan liurnya lagi dan langsung meludahkannya keatas kepala penis Tommy demi melicinkan lagi kocokannya.“Kak nin, j-jilat dikit dong kak.. Aku dah mau keluar nihh.. Sshmmmm” rayu Tommy lagi.Shit, pikir Venina dalam hati. Sebenarnya memang Venina sedari tadi sudah terpancing untuk melakukan hal tersebut, namun tentu Venina tidak mungkin merendahkan harga dirinya dan meminta duluan, Apa kata dunia? Tapi kini posisinya Tommy sudah meminta, jadi Venina berpikir apakah ia akan mengiyakan permintaan Tommy atau tidak. Namun dilain pihak Venina juga begitu ingin mengecap sperma Tommy di mulutnya. Akhirnya didesak oleh nafsu birahi, Venina mencondongkan kepalanya maju.“Hmmhh.. sialan lu tom! errrghh.. sini deh cepet! Slurp… mhhhhmmm… chuppp..”Venina dengan sekejap langsung mengemut kepala penis Tommy dan mengisapnya bak permen lolipop. Tommy mengejang-ngejang keenakan. Baru kali itu ia merasakan nikmat seperti itu. Sapuan lidah dan hisapan Venina melambungkannya ke awang-awang. Dilain sisi Venina juga menikmati mengisapi batang penis milik Tommy itu. Bagaimana Venina harus membuka mulutnya lebar-lebar demi memasukkan batang penis Tommy kedalam mulutnya.“Fuwaaahhmmm… mhmhhhhhmm… slrrrpppp…”Venina melepahkan pelir Tommy dan menyapunya ke seluruh permukaan bibirnya. Digenggamnya penis Tommy dan dijilatnya batang Tommy mulai dari pangkal, hingga ke pucuk helmnya, diakhiri dengan kuluman dalam mulutnya, membuat Tommy kocar kacir.

Venina mengeluarkan pengalamannya demi membuat Tommy bertekuk lutut, sialnya Tommy bisa begitu kuat menahan orgasmenya hingga Venina harus berupaya ekstra.Akhirnya Tommy tak bisa lagi menahan orgasmenya. Diujung sisa perlawanannya, Tommy tiba-tiba menjambak rambut panjang Venina dengan kencang, dan menghentakkan pinggulnya dalam-dalam. Venina yang samasekali tidak siap hanya bisa mencengkram pinggul Tommy ketika penis gagah Tommy terdorong melesak jauh kedalam tenggorokannya. Tommy dengan gilanya menggagahi tenggorokan Venina tanpa ampun, membuat Venina tersedak dan terbatuk-batuk hebat.Bak di dalam video porno hardcore, Venina hanya bisa pasrah tenggorokannya diperkosa Tommy. Diantara keberingasan itu Venina anehnya malah makin terangsang, diam-diam ia menyukai perilaku beringas Tommy ini. Makin ia terbatuk-batuk sesak napas, makin nikmat rasanya hingga basah sendiri celana dalam Venina.“Hmmmmmhhh! Makan nih peju gue… ssshhghghggg….gggghhhhh…….”Tommy meregang sembari membenamkan pelirnya dalam-dalam di mulut Venina. Cairan sperma Tommy yang berlimpah membanjiri rongga mulut dan tenggorokan Venina. 1,2,3,4, kali penis Tommy berkedut-kedut menyemburkan benihnya seakan mulut Venina adalah rahim yang hendak dibuahinya. Venina yang kehabisan napas, tersedak oleh pelir, dan sperma hanya bisa pasrah dalam kenikmatan. Dan ketika Tommy usai menuntaskan orgasmenya, ia mencabut penisnya serta merta dan terhuyung kebelakang terduduk di kursi komputernya lagi.“OHOK! OHOKK!!! HOEKK!!!… FYUHHHH… aahgghhhh… ohok.. Ohok…”Venina terbatuk-batuk hebat ketika paru-parunya yang nyaris meledak diisi kembali oleh oksigen. Ludah, dahak, serta sprerma kental dimuntahkan olehnya ke lantai. Venina mengelap bibirnya yang belepotan campuran berbagai cairan, dan juga mengelap butiran airmatanya yang menetes ke pipi. Tommy tak lagi sanggup berdiri dan hanya bisa terduduk sembari mengelap penisnya menggunakan tissue.“Cuhhh… hhhh…hh… brengsek lu tom.. Hhh.hhh..” umpat Venina disela-sela napasnya masih dengan suara serak.Tommy buru-buru bangkit dan mengambil tissue bersih demi membantu mengelap bibir Venina yang masih tidak karu-karuan. Tommy dengan penuh perhatian membantu mengelap sisa-sisa kebrutalannya tadi. Venina dengan pandangan kesal melirik tajam ke arah Tommy.“Maap kak… Tommy kebawa suasana.. Maap yaah .Abis kak Venina hebat banget sih nyepongnya. Tommy jadi ga kuat..” Ujar Tommy sambil malu-malu“Ga kuat sih ga kuat, tapi ga langsung deephtroat juga kali gue kan kaget. Untung aja ga keluar semua makan siang gue tadi.” dengus Venina kesal.“Iya deh maap ya kak nin, nanti besok-besok ga gitu lagi deh.. Janji. Hehe” rayu Tommy.“IH, enak aja besok-besok lagi. Sorry ya.. Cukup sekali ini. Huuu..” cibir Venina sembari masih tersengal-sengal.“Jangan gitu dong kak nih, haha. Enak kan kontol Tommy? Buktinya kak Venina ngisepnya menghayati banget tadi..” ujar Tommy sambil tersenyum-senyum.“Halah, kepedean lu tom. Namanya orang sange ya pasti menghayati lah…” cerocos Venina lagi.“Hoooooo jadi tadi sange juga toh? Kesian dong kak nin belom keluar.. Karena Tommy baik, sini gantian Tommy bantuin, Kak.” goda Tommy sambil tersenyum-senyum girang.“EH EH mo ngapain lu tom? Ih lepass!”Tommy segera merengkuh tubuh Venina dan merebahkannya ke kasur. Terasa kini oleh Venina betapa badan Tommy yang jauh lebih besar ketimbang tubuhnya dan dapat dengan mudah menahannya di kasur. Tommy dengan agak memaksa menciumi telinga dan leher Venina. Bahkan tangannya Tommy juga kini ikut menggerayangi dada Venina.“Tom.. tom udah tom udah, iya iya ampun ampun. Oke oke damai pliss..” mohon Venina berusaha menghentikan serangan Tommy.“Kenapa kak nin? Hmmmm…mmmuach… kan Tommy cuman pengen bantuin kak Venina aja, ga enak dong Tommy tadi udah keluar duluan kak Venina belom.. Mmmmwach..” ujar Tommy terus menyerang tengkuk Venina. Venina merasakan penis Tommy sudah agak mengeras lagi menyenggol pahanya.“Oke, oke deh, lo boleh bantuin dengan satu syarat.. Tapi lo jangan masukin ya tom.

Baca Juga Cerita Sex Indonesia : Kisah Nyata Bercinta Dengan Bu Guru Keenakan

Lo jilatin aja ya… okeee? Hmmm..” kilah Venina berusaha menghindar, Venina merasa terpaksa menyerah ketimbang Tommy terus menyerangnya dan malah membuat dirinya makin lengah.“Hmmmm.. Muach.. Okedeh… hehe. Sini kak Tommy jilatin kak.” ujar Tommy bersemangat beranjak melepaskan cengkramannya.Venina menghela napas mengatur napasnya lagi. Nyaris saja Venina pasrah oleh serangan Tommy. Tommy nampak begitu bersemangat tersenyum-senyum membuat Venina geleng-geleng kepala. Venina dengan agak ogah ogahan menanggalkan roknya hingga jatuh ke lantai. Ia rapatkan pahanya dalam-dalam agar Tommy tidak bisa melihat bercak basah dicelana dalam pink nya.“Eh, eh, kak kok langsung sih? Nanti dong santai.. Hehe. Tommy pengen jilat yang ini dulu..” Ujar Tommy seraya meraba payudara Venina. Sialan pikir Venina, kali ini malah keadaan berbalik dirinya yang dimanfaatkan Tommy.Dengan masih tersenyum-senyum cabul, Tommy merabai payudara Venina. Ditariknya lagi Venina hingga ia jatuh terduduk diatas kasur. Tommy dengan lembut menjawil puting susu Venina dari balik bra.“Eghmmm..”Venina menahan bibirnya rapat-rapat agar tidak kelepasan mendesah. Tommy tentu tak akan pikir dua kali untuk memanfaatkan Venina habis-habisan. Kini dua telunjuk Tommy bermain di kedua puting susu Venina yang kenyal. Venina tetap berusaha cool duduk di tepi ranjang. Tommy beralih kebelakang Venina, dan mulai mencubit pelan dan memuntir-muntir puting Venina lembut. Untunglah pikir Venina, karena Tommy jadinya tidak bisa melihat ekspresi Venina yang mulai agak terpejam-pejam dimainkan putingnya oleh Tommy.Tommy terus memancing desahan Venina untuk keluar. Dari posisi belakang, Tommy dengan diam-diam kembali menciumi leher Venina penuh nafsu. Venina tak kuasa menggelinjang merinding tatkala Tommy mempermainkan tubuhnya seperti itu. Secara naluriah Venina melingkarkan lengannya kebelakang merangkul leher Tommy. Tommy begitu girang melihat gelinjang manja tubuh Venina dipelukannya. Selama ini dia hanya bisa bermimpi bercinta dengan wanita lebih tua, dan sekarang khayalannya jadi kenyataan, apalagi dengan Venina teman kakaknya yang paling seksi dan menjadi imajinasi onaninya selama ini.“Mhhmm.. Tom, gila ah tom geli banget gue….” ceracau Venina dalam kenikmatan.Tommy dengan giatnya terus mencubit, menjawil, mengusap, dan menarik puting Venina yang makin kenyal. Lidahnya menari-nari dileher dan kuping Venina membuatnya bergetar keasyikan. Venina tak habis pikir bagaimana anak smp ini bisa mencumbuinya sebegitu hebat seperti kekasihnya sendiri.Kemudian secara perlahan sebelah tangan Tommy merayap kebawah dan membelai paha Venina. Venina yang sudah tipis kesadarannya hanya mengikuti bimbingan tangan Tommy untuk membuka kedua pahanya. Tommy mendesis gemas merasakan hangat dan basahnya celana dalam Venina. Venina menoleh kearah Tommy dan segera memagut bibir Tommy penuh nafsu ketika jemari Tommy merabai kemaluannya lembut.

“Ahh.. anget banget kak. Enak ya dimainin Tommy?” tanya Tommy mesra.Venina menjawab dengan pagutan yang sangat mesra di bibir Tommy sembari badannya menggigil merinding ketika Tommy terus menjamahi kemaluannya. Tommy yang juga sudah gemas menelusupkan tangannya masuk kedalam celana dalam Venina. Venina yang kalap menjambak rambut Tommy dan menciumnya makin dalam ketika jemari Tommy mengusap bibir vagina Venina yang berlendir.“Ssshh.. Itilnya tom, itilnya mainin plis..” Mohon Venina.“Ini yah? Ini kak? Hmmm?”“Aggghhh tommm….”Venina meringis penuh kenikmatan sewaktu ujung jari tengah Tommy menelusup diantara celah vaginanya dan mencolek tonjolan berkerudung di sudut atas kemaluannya. Badan Venina bergetar seakan dialiri listrik dari ujung kepala hingga ujung kaki manakala Tommy menjawili mesra klitoris Venina. Kini bahkan kedua kaki Venina berjinjit mengangkang di pinggir kasur membuat Tommy makin leluasa mengerjainya.“Ahmmm… gila tom enak bangettt.. Terusin tomm… kocokin memek gue tommm…”Tommy segera memasukkan jari tengahnya kedalam rongga kemaluan Venina. Sangking basahnya dengan mudah jari Tommy menelusup masuk. Tommy baru kali itu merasakan bentuk isi vagina. Sungguh licin, berdaging, dan tentu saja basah. Tommy mengorek-ngorek penuh rasa ingin tahu isi dalam vagina Venina. Kini posisi mereka berdua kembali berpindah, Venina merebahkan diri diatas kasur mengangkang sementara Tommy diantara kedua kakinya terus mengorek-ngorek vagina Venina.“Tooom.. Gilaa…tommm…auhh terus tommm…. Mhmhh..”Venina merengek-rengek liar ketika Tommy memasukkan jari kedua kedalam vagina Venina dan kemudian menyeruput klitoris Venina dengan sedapnya.“Shrrrrppppppptttt…..”Venina menggelinjang binal dibuatnya. Disodok-sodokannya jari Tommy kedalam vagina Venina dengan beringas.“YESH!! UGHH FUCK.. Kasarin gue tom, kasarin tomm.. Ouggghhh fuck me!”Tommy tersenyum girang luar biasa mendengar teriakan garang Venina ketika ia menyodokkan tangannya dengan kasar. Tommy merasa kedua jarinya diremas-remas kencang oleh dinding vagina Venina. Venina mengerang seperti anjing sekarat ketika tanpa diduga-duga Venina menyemburkan cairan encer dari dalam kemaluannya. Tommy terbelalak kaget ketika Venina terus menerus mengencingi tangan dan kasurnya habis-habisan hingga kasurnya basah menggenang.Dan akhirnya Venina melepaskan jepitan pahanya dan melepaskan tangan Tommy yang basah kuyup hingga ke lengannya. Baru kali itu Tommy merasakan sendiri sensasi squirting yang selama ini hanya bisa ia tonton di film bokep. Venina megap-megap mencari napas sehabis mengeluarkan orgamse yang begitu dahsyat.

Tommy membiarkan Venina beristirahat sejenak mencari udara dan menikmati sisa sisa klimaksnya. Hingga akhirnya Venina kembali sadar dan melirik lembut kearah Tommy.“Sini Tom..” Panggil Venina lembut.Tommy mendekat diatas tubuh Venina dan kemudian secara naluriah Venina melingkarkan kedua kakinya di pinggang tomo, dan mencumbui bibir Tommy mesra. Venina sendiri merasa takjub Tommy bisa membuatnya orgasme sekencang itu. Bahkan kekasihnya sendiripun jarang-jarang bisa membuatnya seperti itu.“Belajar darimana lo kaya gitu? Kebanyakan nonton bokep lu ya.. Hihi.” Ujar Venina sembari tetap mendekap manja Tommy.“Hehe, iya dong tapi ada untungnya kan? Buktinya Tommy bisa bikin kak nin muncrat ampe segitunya..” kelakar Tommy.“Huu.. hoki lu bisa bikni gue begini.. Cowo gue aja gabisa. Mmwachh..” Ujar Venina lagi sembari kembali mencumbu Tommy manja.“Haha.. berarti lebih jago Tommy dong dari pacarnya kak Venina? Kalo gitu pacaran sama Tommy aja kak.. Tommy entot tiap hari deh janji..” rayu Tommy nakal.“Haha geer lu tom, emang siapa yang mau dientot sama lo?”“Yakin gamau dientot kak? Udah keras lagi nih kak… tinggal bless aja..”Tommy terus merayu Venina sembari menggesek-gesekkan penisnya ke bibir vagina Venina. Sesekali kepala penisnya menggesek klitoris Venina membuat Venina kembali menggelinjang geli. Terkadang bahkan kepala penisnya menggoda nyaris merangsek masuk kedalam vagina Venina yang sudah merekah dan sangat licin. Sembari keduanya terus bercumbu mesra tidak memperdulikan waktu.“Emang lu bisa masukin tom? Yakin ga salah lobang?” goda Venina sambil tersenyum genit.“Wah meragukan nih. Bener ya? Tommy masukin nih… hmmmmm..”“Coba aj–eggngnggghhhh….”Venina seketika meringis ketika kepala penis Tommy masuk tepat sasaran kedalam vagina nia masih dalam posisi mereka tetap berpelukan seperti tadi. Tommy tersenyum penuh kemenangan melihat Venina meringis keenakan. Hanya dengan sekali dorong, setengah penis Tommy sudah merangsek masuk kedalam liang vagina Venina. Tommy merasa birahinya naik lagi dengan cepat merasakan sensasi kenikmatan yang baru kali ini ia rasakan seumur hidup. Semua kenikmatan onani yang ia rasakan tak sebanding dengan nikmatnya vagina asli.“Tommyii.. kok langsung masuk sihhh.. kak Venina belom siap..” Protes Venina dengan manja. Nadanya sangat lembut tak seperti yang tadi-tadi.“Tadi kak Venina nantangin.. sshhh.. Tommy masukin lagi yah? ughh..” ujar Tommy mendesis-desis keenakan penisnya dijepit vagina Venina.Tommy dengan perlahan menggerakan pinggulnya maju menekan penisnya masuk lebih dalam ke vagina Venina. Venina merengkuh leher Tommy kencang merasakan batang kokoh itu masuk semili demi semili kedalam rongga kemaluannya. Hingga akhirnya dirasa batang penis Tommy tertanam seluruhnya dalam vagina Venina. Tommy berdiam sejenak menikmati sensasi seluruh penisnya yang terbungkus rongga vagina Venina. Begitu juga Venina yang menggeliat-geliat merasakan vaginanya penuh sesak oleh penis Tommy. Terasa begitu nikmat selisih diameter antara penis Tommy dibanding milik kekasihnya, dimana vagina Venina belum pernah merenggang selebar itu sebelumnya.“Gede banget tom…” bisik Venina tanpa sadar oleh rasa takjub. Tommy jadi besar kepala mendengar pujian seperti itu, apalagi ini adalah pengalaman seks dia yang pertama.Dengan percaya diri Tommy mulai menggenjot Venina dibawahnya. Tommy dengan cepat mampu beradaptasi dan menggerakkan pinggulnya maju mundur berirama.POK.POK.POK.POK.POK.Bunyi tamparan daging bertemu daging menggema di ruangan. Diselingi juga bunyi nafas tersengal-sengal dan desahan lirih manja dua insan yang bersama-sama mereguk kenikmatan.

Tommy dengan fokus menghantamkan pinggulnya maju mundur, membuat Venina dibawahnya makin kalang kabut. Keringat menetes deras di tubuh mereka, begitu juga cairan pelumas yang merembes makin banyak keluar dari sela-sela bibir kemaluan Venina.“Sshh.. sini kak nin gantian kak, entotin Tommy yah.. hehe..” Ujar Tommy sembari merengkuh badan Venina.Masih dalam posisi missionary, Tommy merengkuh badan Venina yang masih agak setengah fly. Kini posisinya Venina duduk dipangku diatas Tommy berhadap-hadapan dengan Tommy berada dibawah. Venina dengan cepat beradaptasi dan mulai menggerakkan bagian bawahnya yang masih tertancap penis Tommy.“Ughhh.. dalemm..” bisik Venina manja.Dalam posisi berpangkuan seperti itu terasa penis vertikal Tommy menancap dalam. Venina mulai menggerakkan pinggangnya naik turun sekenanya karena masih lemas terasa pahanya. Tommy dengan sabar memegangi kedua bongkah pantat Venina dan membimbingnya bergerak naik turun. Dengan giat Venina menunggangi Tommy sambil terus meracau dan mendesah.Tommy yang masih belum puas bermain dengan Venina, menggiring Venina ke pinggir kasur dan mengaitkan kedua tangannya dibawah kaki Venina. Venina yang lemas hanya bisa pasrah kebingungan ketika Tommy serta merta dengan gagahnya menggendong Venina didalam dekapannya.“Ahhg tomm, mo ngapain..?”Tommy tak menjawab dan hanya langsung memposisikan penisnya lagi di bibir kemaluan Venina. Dengan sekejap Tommy kemudian mampu melesakkanya lagi dalam-dalam ke kemaluan Venina masi dalam posisi berdiri menggendong Venina seperti itu.“AUGH!!”Venina melolong antara ngilu dan nikmat ketika Tommy lagi-lagi menghantamkan pinggulnya kedepan. Venina hanya bisa berpegangan kuat-kuat di leher Tommy saat badannya terayun-ayun kedepan dan belakang. Memanfaatkan gravitasi, Tommy mengayun Venina maju mundur. Badan Venina terombang-ambing terus menerus dihantam oleh Tommy yang beringas seperti kuda liar. Baru terasa oleh Venina betapa Tommy sudah jauh berbeda dari yang dulu. Bocah kecil ingusan itu kini telah berubah menjadi pria dewasa yang mampu mempermainkan dirinya seperti boneka seks dengan mudahnya.Venina bergetar kejang-kejang manakala kemaluannya kembali mulai berkedut kencang, menandakan dirinya nyaris mencapai orgasme lagi. Nikmat yang menjalar di seluruh bagian bawah tubuhnya, ditambah lagi posisinya yang masih mengangkang dalam gendongan Tommy makin membuat kakinya mati rasa. Sedangkan Tommy masih dengan gagahnya menggendong Venina dalam posisi berdiri. Badannya yang berotot berkilat-kilat oleh derasnya keringat yang mengucur.“Tom.. Tommyi… TOMMY!!”Venina memekik kencang memanggil nama Tommy manakala akhirnya banjir deras dari dalam rahim Venina kembali tercurah kencang. Pinggul dan pantat Venina mengejan-ngejan dan meliuk-liuk manakala curahan air kembali menyembur dari sisa-sisa sela pinggir vaginanya yang tertancap keras batang Tommy. Tommy dengan santai menikmati tumpahan air yang mengalir membasahi paha hingga kakinya. Tommy tersenyum melirik ekspresi Venina yang begitu keenakan diterjang orgasme, matanya terpejam-pejam dan bibirnya setengah menganga dengan rambut terurai basah oleh keringat.Tommy dengan perlahan kembali menelentangkan Venina di kasur yang nyaris melorot karena tak sanggup lagi menyangga dirinya di pelukan Tommy. Venina yang masih mengambang diantara kesadaranya hanya bisa terkangkang pasrah lemas diatas kasur. Baju seragam putihnya sudah kusut tak karuan, seperti pula rambutnya yang kusut oleh keringat. Vaginanya yang senantiasa masih berkedut menggembung, yang meski masih mengkilat basah, namun merah merona oleh sodokan tak henti-henti dari Tommy.

Tommy dengan bangga menyaksikan hasil kemenangannya atas Venina, melihat dirinya yang terkulai lemah seperti pelacur yang habis diperkosa semalaman. Gairah Tommy kembali bergelora ketika membayangkannya.“Kok udah lemes? Masih belom selesai loh. Tommy masi belum keluar lagi nih..” Ujar Tommy seraya membaringkan badan disebelah Venina dan mengelus rambutnya yang berantakan. Venina mendengking pelan menghindari usapan tangan Tommy di kepalanya seolah berusaha menampik rayuan Tommy, badannya terasa sangat lelah, dan selangkangannya terasa amat pegal. Rasanya Venina enggan untuk meladeni nafsu bejat Tommy yang ternyata diluar dugaan Venina itu. Dengan gemas Tommy menjambak rambut Venina dan berbisik kasar.“Ayo. Gue masih pengen ngentotin memek lo nih. Mmmmuach..” Ujar Tommy dengan nada mengancam seraya mencium paksa bibir Venina. Venina seketika ciut mendengar perkataan Tommy barusan. Ia tak menyangka Tommy bisa membuatnya ketakutan seperti itu.“Mmmggghh..! Udah tom.. Please..” Mohon Venina sepenuh hati. Didorongnya Tommy menjauh melepaskan ciuman mereka. Namun Tommy yang kini sudah berubah menjadi hewan buas, tak mengindahkan permohonan Venina. Tommy kemudian besimpuh dan dengan garangnya ia menarik kepala Venina untuk menyuapkan batangnya yang masih keras kedalam mulut Venina.“MMFHGHGHHH!!”Venina kembali gelagapan dipaksa menelan batang pelir Tommy yang masih tegak perkasa. Dengan gagahnya Tommy mengangguk-anggukkan kepala Venina, memaksa penisnya keluar-masuk dengan kasar di mulut Venina.“MMHHGHFFGG…MMMGGMHFF…MMH–FWAAHHH…”Setelah puas melicinkan penisnya dengan liur Venina, Tommy pun mengangkat badan Venina hingga Venina bersimpuh didepannya. “PLAKKKK!!” tamparan keras mendarat di bongkahan pantat Venina. “Anngggghh!” Venina meringis merasakan rasa panas di bokongnya. Lagi-lagi dengan gagahnya Tommy meraih pinggul Venina, dan dengan tanpa ampun Tommy menelusupkan batangnya kembali kedalam kemaluan Venina dengan kasar.“NNGGHHH!”Venina mendengus ngilu ketika dalam sekejap seluruh batang penis Tommy kembali bersarang dalam kemaluannya. Tanpa basa-basi Tommy segera menggenjot kemaluan Venina sekua-kuatnya dan sekencang-kencangnya.PLAK!PLAK!PLAK!PLAK!PLAK!“Annnnghhhhhh ammmpuunn tommmm.. Amp–ngaaahhh!”Venina terjungkal-jungkal kedepan seperti boneka tak bernyawa dipacu liar oleh Tommy. Tommy dengan buasnya menghantam Venina tanpa ampun, seakan-akan memang tengah memakai pelacur murahan. Dalam keadaan seperti itu Venina malah kembali merasakan birahinya kembali naik. Diam-diam Venina juga ikut menikmati sensasi kasar ala Tommy terhadap dirinya yang baru pertama kali ini ia rasakan seumur hidupnya. Selama ini kekasihnya selalu bercinta dengan sangat lemah lembut, dan jujur membuat Venina agak bosan. Perilaku kasar dan beringas Tommy ini berbeda 180 derajat dari yang biasa ia rasakan, dan anehnya Venina malah lebih menikmatinya.

Baca Juga Kisah Sex : Maafin Gue, Gue Tiduri Istri Loe

Tommy meraih rambut Venina lagi dan menjambaknya kebelakang seperti tengah menunggangi seekor kuda. “Ahhhhhgg!” Venina meringis dan mendongak mengikuti tarikan rambutnya. Tommy berdesis-desis menikmati tunggangan liarnya itu, sang kuda binal yang selama ini hanya jadi objek masturbasinya belaka.“Shhhh..aahhh…ssshhhh……sshhhhhhh…..uuuhhhh….yeaaahhh…”Kini Tommy bahkan meraih leher Venina dan mencekiknya hingga badan Venina ikut tertarik kebelakang Posisi badan mereka kini sama-sama berlutut dengan Tommy masih terus menghajar Venina dari belakang tanpa ampun. Tommy mencekik leher Venina kuat sembari lidahnya menyapu dan menghisap telinga Venina dari belakang.“Hmmmghh.. Sshh.. enak kan kak Venina? Hmm? Enak ngga Tommy entotin gini?!” Bisik Tommy seraya masih tetap tangannya melingkar di leher Venina. Venina yang kembali melayang-layang diterpa kenikmatan hanya bisa mengangguk lemah dengan mata setengah tertutup. Sebelah tangan Venina bahkan melingkar kebelakang seolah berusaha memegangi pantat Tommy, tak rela apabila Tommy mengendurkan genjotannya. Venina begitu larut dalam kenikmatan hingga tak lagi mampu berkata-kata.“Mau ngga Tommy entotin tiap hari gini? Hah? Mau ngga? Jawab gue, perek!” Bisik Tommy kasar. Panggilan kasar itu seakan melecut Venina semakin keenakan. Semakin kasar Tommy, semakin birahi Venina berkobar.“Agh-agh-agh-m-mau-to-tom-agh-agh-agh” Jawab Venina terbata-bata akibat guncangan kasar Tommy menyetubuhi dirinya.“Shh–aah… kalo gitu-shh–terima nih.. P-peju gue.. Urghhh!!”Tommy dengan serta merta tak lagi berusaha menahan laju orgasmenya. Bendungan sperma yang sedari tadi ia tahan, ia curahkan semua kedalam rahim Venina. Venina dengan syahdu menerima semburan demi semburan cairan panas didalam liang kemaluannya, hingga titik terakhir. Dan akhirnya mereka berdua pun ambruk saling bertindihan. Dan tak lama keduanya sama-sama memejamkan mata dan terlelap.Venina terbangun kaget dan langsung terduduk. Rasanya ia seperti baru terbangun sehabis minum semalaman. Badannya terasa remuk namun ia jugamerasa amat segar. Diliriknya handphone nya yang tergeletak jatuh ke lantai. 12 Misscall, dan puluhan pesan masuk dari kekasihnya. Ia samasekali lupa dengan kekasihnya yang tak kunjung mendapat kabar sedari tadi. Sejenak ia panik hendak beralasan apa nanti kepada kekasihnya, mana mungkin ia mengaku sehabis bercinta dengan adik temannya sendiri? Namun ketika ia menoleh kesamping, ia melihat Tommy yang masih terlelap. Sekelebat aksi bercinta mereka selama 2 jam tadi kembali merasuk dalam ingatan Venina. Dan entah mengapa Venina jadi tidak perduli dengan semua urusan yang lainnya. Dikecupnya bibir Tommy lembut sambil ia tersipu malu dan Venina pun kembali merebahkan diri disebelah Tommy. Demikian lah Cerita Sex Indonesia Lagi Coli Malah Ketahuan Ehh Malah Ada Lawannya oleh Cerita sex hot