Ngewe Sama Ibu Guru Sendiri Ngewe Enak

CERITA SKANDAL – Saat itu umurku masih mengijak 17-18 tahun. Sedang guru lukisku itu adalah guru wanita paling muda, baru 25 tahun. Semula aku memanggilnya Bu Guru, layaknya seorang murid kepada gurunya. Tapi semenjak kami akrab dan dia mengajariku making love, lama-lama aku memanggilnya dengan sebutan Mbak. Tepatnya, Mbak Yenni. Mau tahu ceritanya?

Sore itu ada seorang anak kecil datang mencari ke rumah. Aku

diminta datang ke rumah Mbak Yenni, tetangga kampungku, untuk memperbaiki jaringan listrik rumahnya yang rusak.

“Cepat ya, Mas. Sudah ditunggu Mbak Yenni,” ujar anak SD

tetangga Mbak Yenni.

Dalam hati, aku sangat girang. Betapa tidak, guru seni lukis

itu rupanya makin lengket denganku. Aku sendiri tak tahu,

kenapa dia sering minta tolong untuk memperbaiki peralatan

Cerita Panas

Baca Juga Cerita Sex : Ngewe Sama Tante Nissa Kisah Nyata

rumah tangganya. Yang jelas, semenjak dia mengajaku melukis pergi ke lereng gunung dan making love di semak-semak hutan, Mbak Yenni makin sering mengajakku pergi. Dan sore ini dia memintaku datang ke rumahnya lagi.

Tanpa banyak pikir aku langsung berangkat dengan mengendarai sepeda motor. Maklum, rumahnya terbilang cukup jauh, sekitar 5km dari rumahku. Setibanya di rumah Mbak Yenni, suasana sepi.

Keluarganya tampaknya sedang pergi.Betul, ketika aku mengetuk pintu, hanya Mbak Yenni yang tampak.

“Ayo, cepet masuk. Semua keluargaku sedang pergi menghadiri acara hajatan saudar di luar kota,” sambut Mbak Yenni sambil menggandeng tangganku.

Darahku mendesir ketika membuntuti langkah Mbak Yenni. Betapa tidak, pakaian yang dikenakan luar biasa sexy, hanya sejenis daster pendek hingga tonjolan payudara dan pahanya terasa menggoda.

“Anu, Rud… Listrik rumahku mati melulu. Mungkin ada ada

kabel yang konslet. Tolong betulin, ya… Kau tak keberatan

kan?” pinta Mbak Yenni kemudian.

Tanpa banyak basa-basi Mbak Yenni menggandengku masuk ke ruang tengah, kemudian masuk ke sebuah kamar.

“Nah saya curiga jaringan di kamar ini yang rusak. Buruan kau

teliti ya. Nanti keburu mahrib.”

Aku hanya menuruti segala permintaannya. Setelah merunutu

jaringan kabel, akhirnya aku memutusukan untuk memanjat atap kamar melalui ranjang. Tapi aku tidak tahu persis, kamar itu tempat tidur siapa. Yang jelas, aku sangat yakin itu bukan

kamarnya bapak-ibunya. Celakanya, ketika aku menelusuri

kabel-kabel, aku belum menemukan kabel yang lecet. Semuanya beres. Kemudian aku pindah ke kamar sebelah. aku juga tak bisa menemukan kabel yang lecet. Kemudian pindah ke kamar lain lagi, sampai akhirnya aku harus meneliti kamar tidur Mbak Yenni sendiri, sebuah kamar yang dipenuhi dengan aneka lukisan sensual. Celakanya lagi, ketika hari telah gelap, aku belum bisa menemukan kabel yang rusak. Akibatnya, rumah Mbak Yenni tetap gelap total. Dan aku hanya mengandalkan bantuan sebuah senter serta lilin kecil yang dinyalakan Mbak Yenni.

Lebih celaka lagi, tiba-tiba hujan deras mengguyur seantero

kota. Tidak-bisa tidak, aku harus berhenti. Maunya aku ingin

melanjutkan pekerjaan itu besok pagi.

“Wah, maaf Mbak aku tak bisa menemukan kabel yang rusak. Ku pikir, kabel bagian puncak atap rumah yang kurang beres. Jadi besok aku harus bawa tangga khusus,” jelasku sambil melangkah keluar kamar.

“Yah, tak apa-apa. Tapi sorry yah. Aku…. merepotkanmu,”

balas Mbak Yanti.

“Itu es tehnya diminum dulu.”

Sementara menunggu hujan reda, kami berdua berakap-cakap

berdua di ruang tengah. Cukup banyak cerita-cerita masalah

pribadi yang kami tukar, termasuk hubunganku dengan Mbak Yenni selama ini. Mbak Yenni juga tidak ketinggalan menanyakan soal puisi indah tulisannya yang dia kirimkan padaku lewat kado ulang tahunku beberapa bulan lalu.

Entah bagiamana awalnya, tahu-tahu nada percakapan kami

berubah mesra dan menjurus ke arah yang menggairahkan jiwa. Bahkan, Mbak Yenni tak segan-segan membelai wajahku, mengelu telingkau dan sebagianya. Tak sadar, tubuh kami berdua jadi berhimpitan hingga menimbulkan rangsangan yang cukup berarti untukku. Apalagi setelah dadaku menempel erat pada payudaranya yang berukuran tidak begitu besar namun bentuknya indah dan kencang. Dan tak ayal lagi, penisku pun mulai berdiri mengencang. Aku tak sadar, bahwa aku sudah terangsang oleh guru sekolahku sendiri! Namun hawa nafsu birahi yang mulai melandaku sepertinya mengalahkan akal sehatku. Mbak Yenni sendiri juga tampaknya memiliki pikiran yang sama saja. Ia tidak henti-hentinya mengulumi bibirku dengan nafsunya.

Akhirnya, nafsuku sudah tak tertahankan lagi. Sementara

bibirku dan Mbak Yenni masih tetap saling memagut, tanganku

mulai menggerayangi tubuh guru sekolahku itu. Kujamah gundukan daging kembar yang menghiasi dengan indahnya dada Mbak Yenni yang masih berpakaian lengkap. Dengan segera kuremas-remas bagian tubuh yang sensitif tersebut.

“Aaah… Rudi… aah…” Mbak Yenni mulai melenguh kenikmatan.

Bibirnya masih tetap melahap bibirku.

Mengetahui Mbak Yenni tidak menghalangiku, aku semakin berani. Remasan-remasan tanganku pada payudaranya semakin menjadi-jadi. Sungguh suatu kenikmatan yang baru pertama kali kualami meremas-remas benda kembar indah nan kenyal milik guru sekolahku itu. Melalui kain blus yang dikenakan Mbak Yenni kuusap-usap ujung payudaranya yang begitu menggiurkan itu. Tubuh Mbak Yenni mulai bergerak menggelinjang.

“Uuuuhhh… Mbak…..” Aku mendesah saat merasakan ada jamahan yang mendarat di selangkanganku. Penisku pun bertambah menegang akibat sentuhan tangan Mbak Yenni ini, membuatku bagian selangkangan celana panjangku tampak begitu menonjol.

Mbak Yenni juga merasakannya, membuatnya semakin bernafsu

meremas-remas penisku itu dari balik celana panjangku. Nafsu

birahi yang menggelora nampaknya semakin menenggelamkan kami berdua, sehingga membuat kami melupakan hubungan kami sebagai guru-murid.

“Aaauuhh… Rud… uuuh…..” Mbak Yenni mendesis-desis dengan

desahannya karena remasan-remasan tanganku di payudaranya bukannya berhenti, malah semakin merajalela. Matanya terpejam merasa kenikmatan yang begitu menghebat.

Tanganku mulai membuka satu persatu kancing blus Mbak Yenni dari yang paling atas hingga kancing terakhir. Lalu Mbak Yenni sendiri yang menanggalkan blus yang dikenakannya itu. Aku terpana sesaat melihat tubuh guru sekolahku itu yang putih dan mulus dengan payudaranya yang membulat dan bertengger dengan begitu indahnya di dadanya yang masih tertutup beha katun berwarna krem kekuningan. Tetapi aku segera tersadar, bahwa pemandangan amboi di hadapannya itu memang tersedia untukku, terlepas itu milik guru sekolahku sendiri.

Tidak ingin membuang-buang waktu, bibirku berhenti menciumi

bibir Mbak Yenni dan mulai bergerak ke bawah. Kucium dan

kujilati leher jenjang Mbak Yenni, membuatnya

menggelinjal-gelinjal sambil merintih kecil. Sementara itu,

tanganku kuselipkan ke balik beha Mbak Yenni sehingga

menungkupi seluruh permukaan payudara sebelah kanannya. Puting susunya yang tinggi dan mulai mengeras begitu menggelitik telapak tanganku. Segera kuelus-elus puting susu yang indah itu dengan telapak tanganku. Kepala Mbak Yenni tersentak menghadap ke atas sambil memejamkan matanya. Tidak puas dengan itu, ibu jari dan telunjukku memilin-milin puting susu Mbak Yenni yang langsung saja menjadi sangat keras. Memang baru kali ini aku menggeluti tubuh indah seorang wanita. Namun memang insting kelelakianku membuatku seakan-akan sudah mahir melakukannya.

“Iiiihh….. auuuhhh….. aaahhh…..” Mbak Yenni tidak dapat

menahan desahan-desahan nafsunya. Segala gelitikan

jari-jemariku yang dirasakan oleh payudara dan puting susunya

dengan bertubi-tubi, membuat nafsu birahinya semakin

membulak-bulak.

Kupegang tali pengikat beha Mbak Yenni lalu kuturunkan ke

bawah. Kemudian beha itu kupelorotkan ke bawah sampai ke perut Mbak Yenni. Puting susu Mbak Yenni yang sudah begitu mengeras itu langsung mencelat dan mencuat dengan indahnya di depanku. Aku langsung saja melahap puting susu yang sangat menggiurkan itu. Kusedot-sedot puting susu Mbak Yenni. Kuingat masa kecilku dulu saat masih menyusu pada payudara ibuku. Bedanya, tentu saja payudara guru sekolahku ini belum dapat mengeluarkan air susu. Mbak Yenni menggeliat-geliat akibat rasa nikmat yang begitu melanda kalbunya. Lidahku dengan mahirnya tak ayal menggelitiki puting susunya sehingga pentil yang sensitif itu melenting ke kiri dan ke kanan terkena hajaran lidahku.

“Oooh…. Buuuuuuuud” desahan Mbak Yenni semakin lama bertambah keras. Untung saja rumahnya sedang sepi dan letaknya memang agak berjauhan dari rumah yang paling dekat, sehingga tidak mungkin ada orang yang mendengarnya.

Belum puas dengan payudara dan puting susu Mbak Yenni yang

sebelah kiri, yang sudah basah berlumuran air liurku, mulutku

kini pindah merambah bukit membusung sebelah kanan. Apa yang kuperbuat pada belahan indah sebelah kiri tadi, uperbuat pula pada yang sebelah kanan ini. Payudara sebelah kanan milik guru sekolahku yang membulat indah itu tak luput menerima jelajahan mulutku dengan lidahnya yang bergerak-gerak dengan mahirnya. Kukulum ujung payudara Mbak Yenni. Lalu kujilati dan kugelitiki puting susunya yang tinggi. Puting susu itu juga sama melenting ke kiri dan ke kanan, seperti halnya puting susu payudaranya yang sebelah kiri tadi. Mbak Yenni pun semakin merintih-rintih karena merasakan geli dan nikmat yang menjadi-jadi berbaur menjadi satu padu. Seperti tengah minum soft drink dengan memakai sedotan plastik, kuseruput puting susu guru sekolahku itu.

“Buuuddd….. Aaaahhhhh…..” Mbak Yenni menjerit panjang.

Lidahku tetap tak henti-hentinya menjilati puting susu Mbak

Yenni yang sudah demikian kerasnya. Sementara itu tanganku

mulai bergerak ke arah bawah. Kubuka retsleting celana jeans

yang Mbak Yenni kenakan. Kemudian dengan sedikit dibantunya

sambil tetap merem-melek, kutanggalkan celana jeans itu ke

bawah hingga ke mata kaki. Tubuh bagian bawah Mbak Yenni

Baca Juga Cerita Bokep : Nikmatnya Memek Babysisterku

sekarang hanya dilindungi oleh selembar celana dalam dengan

bahan dan warna yang seragam dengan behanya. Meskipun begitu, tetap dapat kulihat warna kehitaman samar-samar di bagian selangkangannya.

Ditunjang oleh nafsu birahi yang semakin menjulang tinggi,

tanpa berpikir panjang lagi, kulepas pula kain satu-satunya

yang masih menutupi tubuh Mbak Yenni yang memang sintal itu.

Dan akhirnya tubuh mulus guru sekolahku itu pun terhampar

bugil di depanku, siap untuk kunikmati.

Tak ayal, jari tengahku mulai menjamah bibir vagina Mbak Yenni

di selangkangannya yang sudah mulai ditumbuhi bulu-bulu tipis

kehitaman walaupun belum begitu banyak. Kutelusuri sekujur

permukaan bibir vagina itu secara melingkar berulang-ulang

dengan lembutnya. Tubuh Mbak Yenni yang masih terduduk di sofa melengkung ke atas dibuatnya, sehingga payudaranya semakin membusung menjulang tinggi, yang masih tetap dilahap oleh mulut dan bibirku dengan tanpa henti.

“Oooohhh….. Rudddyyyy….. Iiiihhh….. Buuud…..!”

Jari tengahku itu berhenti pada gundukan daging kecil berwarna

kemerahan yang terletak di bibir vagina Mbak Yenni yang mulai

dibasahi cairan-cairan bening. Mula-mula kuusap-usap daging

kecil yang bernama klitoris ini dengan perlahan-lahan.

Lama-kelamaan kunaikkan temponya, sehingga usapan-usapan tersebut sekarang sudah menjadi gelitikan, bahkan tak lama kemudian bertambah lagi intensitasnya menjadi sentilan. Klitoris Mbak Yenni yang bertambah merah akibat sentuhan jariku yang bagaikan sudah profesional, membuat tubuh pemiliknya itu semakin menggelinjal-gelinjal tak tentu arahnya.

Melihat Mbak Yenni yang tampak semakin merangsang, aku menambah kecepatan gelitikanku pada klitorisnya. Dan akibatnya, klitoris Mbak Yenni mulai membengkak. Sementara vaginanya pun semakin dibanjiri oleh cairan-cairan kenikmatan yang terus mengalir dari dalam lubang keramat yang masih sempit itu.

Puas menjelajahi klitoris Mbak Yenni, jari tengahku mulai

merangsek masuk perlahan-lahan ke dalam vagina guru sekolahku itu. Setahap demi setahap kumasukkan jariku ke dalam vaginanya. Mula-mula sebatas ruas jari yang pertama. Dengan susah payah memang, sebab vagina Mbak Yenni memang masih teramat sempit. Kemudian perlahan-lahan jariku kutusukkan lebih dalam lagi. Pada saat setengah jariku sudah amblas ke dalam vagina Mbak Yenni, terasa ada hambatan. Seperti adanya selaput yang cukup lentur.

“Aiiihh… Rud…” Mbak Yenni merintih kecil seraya meringis

seperti menahan rasa sakit. Saat itu juga, aku langsung sadar,

bahwa yang menghambat penetrasi jari tengahku ke dalam vagina Mbak Yenni adalah selaput daranya yang masih utuh. Ternyata guru sekolahku satu-satunya itu masih perawan. Baru aku tahu, ternyata sebandel-bandelnya Mbak Yenni, ternyata guru sekolahku itu masih sanggup memelihara kehormatannya. Aku sedikit salut padanya. Dan untuk menghargainya, aku memutuskan tidak akan

melanjutkan perbuatanku itu.

“Rud….. Kok distop…..” tanya Mbak Yenni dengan nafas

terengah-engah.

“Mbak, Mbak kan masih perawan. Nanti kalo aku terusin kan Mbak

bisa…..”

Mbak Yenni malah menjulurkan tangannya menggapai

selangkanganku. Begitu tangannya menyentuh ujung penisku yang masih ada di dalam celana pendek yang kupakai, penisku yang tadinya sudah mengecil, sontak langsung bergerak mengeras kembali. Ternyata sentuhan lembut tangannya itu berhasil membuatku terangsang kembali, membuatku tidak dapat membantah apapun lagi, bahkan aku seperti melupakan apa-apa yang kukatakan barusan.

Dengan secepat kilat, Mbak Yenni memegang kolor celana pendekku itu, lalu dengan sigap pula celanaku itu dilucutinya sebatas lutut. Yang tersisa hanya celana dalamku. Mata Mbak Yenni tampak berbinar-binar menyaksikan onggokan yang cukup besar di selangkanganku. Diremas-remasnya penisku dengan tangannya, membuat penisku itu semakin bertambah keras dan bertambah panjang. Kutaksir panjangnya sekarang sudah bertambah dua kali lipat semula. Bukan main! Semua ini akibat rangsangan yang kuterima dari guru sekolahku itu sedemikian hebatnya.

“Mbak….. aku buka dulu ya,” tanyaku sambil menanggalkan

celana dalamku.

Penisku yang sudah begitu tegangnya seperti meloncat keluar

begitu penutupnya terlepas.

“Aw!” Mbak Yenni menjerit kaget melihat penisku yang begitu

menjulang dan siap tempur. Namun kemudian ia meraih penisku itu dan perlahan-lahan ia menggosok-gosok batang ‘meriam’-ku itu, sehingga membuat otot-otot yang mengitarinya bertambah jelas kelihatan dan batang penisku itu pun menjadi laksana tonggak yang kokoh dan siap menghujam siapa saja yang menghalanginya. Kemudian Mbak Yenni menarik penisku dan membimbingnya menuju selangkangannya sendiri. Diarahkannya penisku itu tepat ke arah lubang vaginanya.

Sekilas, aku seperti sadar. Astaga! Mbak Yenni kan guru

sekolahku sendiri! Apa jadinya nanti jika aku sampai

menyetubuhinya? Apa kata orang-orang nanti mengetahui aku

berhubungan seks dengan guru sekolahku sendiri?

Akhirnya aku memutuskan tidak akan melakukan penetrasi lebih jauh ke dalam vagina Mbak Yenni. Kutempelkan ujung penisku ke bibir vagina Mbak Yenni, lalu kuputar-putar mengelilingi bibir gua tersebut. Mbak Yenni menggerinjal-gerinjal merasakan sensasi yang demikian hebatnya serta tidak ada duanya di dunia ini.

“Aaahhh….. uuuhhhh…..” Mbak Yenni mendesah-desah dengan

Yennirnya sewaktu aku sengaja menyentuhkan penisku pada

klitorisnya yang kemerahan dan kini kembali membengkak.

Sementara bibirku masih belum puas-puasnya berpetualang di

payudara Mbak Yenni itu dengan puting susunya yang

menggairahkan. Terlihat payudara guru sekolahku itu dan daerah sekitarnya basah kuyup terkena jilatan dan lumatanku yang begitu menggila, sehingga tampak mengkilap.

Aku perlahan-lahan mulai memasukkan batang penisku ke dalam lubang vagina Mbak Yenni. Sengaja aku tidak mau langsung menusukkannya. Sebab jika sampai kebablasan, bukan tidak mungkin dapat mengoyak selaput daranya. Aku tidak mau melakukan perbuatan itu, sebab bagaimanapun juga Mbak Yenni adalah guru sekolahku, darah dagingku sendiri!

Mbak Yenni mengejan ketika kusodokkan penisku lebih dalam lagi ke dalam vaginanya. Sewaktu kira-kira penisku amblas hampir setengahnya, ujung “tonggak”-ku itu ternyata telah tertahan oleh selaput dara Mbak Yenni, sehingga membuatku menghentikan hujaman penisku itu. Segera saja kutarik penisku perlahan-lahan dari Yenning surgawi milik guru sekolahku itu. Gesekan-gesekan yang terjadi antara batang penisku dengan dinding lorong vagina Mbak Yenni membuatku meringis-ringis menahan rasa nikmat yang yang tak terhingga. Baru kali ini aku merasakan sensasi seperti ini. Lalu, kembali kutusukkan penisku ke dalam vagina Mbak Yenni sampai sebatas selaput daranya lagi dan kutarik lagi sampai hampir keluar seluruhnya.

Begitu terus kulakukan berulang-ulang memasukkan dan

mengeluarkan setengah batang penisku ke dalam vagina Mbak

Yenni. Dan temponya pun semakin lama semakin kupercepat.

Gesekan-gesekan batang penisku dengan Yenning vagina Mbak Yenni semakin menggila. Rasanya tidak ada lagi di dunia ini yang dapat menandingi kenikmatan yang sedang kurasakan dalam permainan cintaku dengan guru sekolahku sendiri ini.

Baca Juga Cerita Sex Indonesia : Kisah Cerita Threesome Sama Temen Punya Pacar

Kenikmatan yang pertama dengan kenikmatan berikutnya,

disambung dengan kenikmatan selanjutnya lagi, saling

susul-menyusul tanpa henti.

Tampaknya setan mulai merajalela di otakku seiring dengan

intensitas gesekan-gesekan yang terjadi di dalam vagina Mbak

Yenni yang semakin tinggi. Kenikmatan tiada taranya yang serasa tidak kesudahan, bahkan semakin menjadi-jadi membuat aku dan Mbak Yenni menjadi lupa segala-galanya. Aku pun melupakan semua komitmenku tadi.

Dalam suatu kali saat penisku tengah menyodok vagina Mbak

Yenni, aku tidak menghentikan hujamanku itu sebatas selaput

daranya seperti biasa, namun malah meneruskannya dengan cukup keras dan cepat, sehingga batang penisku amblas seluruhnya dalam vagina Mbak Yenni. Vaginanya yang amat sempit itu berdenyut-denyut menjepit batang penisku yang tenggelam sepenuhnya.

“Aaaauuuuwwww…..” Mbak Yenni menjerit cukup keras kesakitan.

Tetapi aku tidak menghiraukannya. Sebaliknya aku semakin

bernafsu untuk memompa penisku itu semakin dalam dan semakin cepat lagi penetrasi di dalam vagina Mbak Yenni. Tampaknya rasa sakit yang dialami guru sekolahku itu tidak membuat aku mengurungkan perbuatan setanku. Bahkan genjotan penisku ke dalam lubang vaginanya semakin menggila. Kurasakan, semakin cepat aku memompa penisku, semakin hebat pula gesekan-gesekan yang terjadi antara batang penisku itu dengan dinding vagina Mbak Yenni, dan semakin tiada tandingannya kenikmatan yang

kurasakan.

Hujaman-hujaman penisku ke dalam vagina Mbak Yenni

terus-menerus terjadi sambung-menyambung. Bahkan tambah lama bertambah tinggi temponya. Mbak Yenni tidak sanggup berbuat apa-apa lagi kecuali hanya menjerit-jerit tidak karuan.

Rupa-rupanya setan telah menguasai jiwa kami berdua, sehingga kami terhanyut dalam perbuatan yang tidak sepantasnya dilakukan oleh dua guru dan murid.

“Aaaah….. Rudi….. aaahhh…..” Mbak Yenni menjerit panjang.

Tampaknya ia sudah seakan-akan terbang melayang sampai langit ketujuh. Matanya terpejam sementara tubuhnya bergetar dan menggelinjang keras. Peluh mulai membasahi tubuh kami berdua. Kutahu, guru sekolahku itu sudah hampir mencapai orgasme. Namun aku tidak mempedulikannya. Aku sendiri belum merasakan apa-apa. Dan lenguhan serta jeritan Mbak Yenni semakin membuat tusukan-tusukan penisku ke dalam vaginanya bertambah menggila lagi. Mbak Yenni pun bertambah keras jeritan-jeritannya. Pokoknya suasana saat itu sudah gaduh sekali. Segala macam lenguhan, desahan, ditambah dengan jeritan berpadu menjadi satu.

Akhirnya kurasakan sesuatu hampir meluap keluar dari dalam

penisku. Tetapi ini tidak membuatku menghentikan penetrasiku pada vagina Mbak Yenni. Tempo genjotan-genjotan penisku juga tidak kukurangi. Dan akhirnya setelah rasanya aku tidak sanggup menahan orgasmeku, kutarik penisku dari dalam vagina Mbak Yenni secepat kilat. Kemudian dengan tempo yang tinggi, kugosok-gosok batang penisku itu dengan tanganku. Tak lama kemudian, cairan-cairan kental berwarna putih bagaikan layaknya senapan mesin bermuncratan dari ujung penisku. Sebagian mengenai muka Mbak Yenni. Ada pula yang mengenai payudara dan bagian tubuhnya yang lain. Bahkan celaka! Ada pula yang belepotan di jok sofa yang diduduki Mbak Yenni. Ditambah dengan darah yang mengalir dari dalam vaginanya, menandakan keperawanan guru sekolahku itu berhasil direnggut olehku.

Dan akhirnya karena kehabisan tenaga, aku terhempas begitu saja ke atas sofa di samping Mbak Yenni. Tubuh kami berdua sudah bermandikan keringat dari ujung rambut ke ujung kaki. Aku hanya mengenakan kaus oblong saja, sedangkan Mbak Yenni telanjang Bulat tanpa selembar benangpun yang Menutupi tubuhnya. Demikian lah Cerita Sex Indonesia Ngewe Sama Ibu Guru Sendiri Ngewe Enak oleh Cerita sex hot